PWMU.CO – Mubaligh Muhammadiyah perlu jenaka selain cerdar, kreatif, dan sederhana. Hal itu mengemuka saat Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Pusdiklat PSDM) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyelenggarakan Rapat Kerja (Raker) 2024 di Dormy Hostel UMM, Rabu-Kamis (1-2/2/2024). .
Di awal acara, Direktur Eksekutif Pusdiklat PSDM UMM Zen Amirudin menyampaikan, sebagai sebuah organisasi yang besar di internal UMM, Pusdiklat membidangi beberapa divisi, yaitu Divisi P2KK (Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan), Divisi Diklat Dosen dan Karyawan, Divisi PPUT (Program Pendidikan Ulama Tarjih), dan Divisi Pengelolaan Rusunawa.
“Rusunawa kita saja ada lima, masing-masing memiliki fungsinya sendiri. Dengan besar dan luasnya pengelolaan Pusdiklat, tantangan kita sekarang sesungguhnya adalah kemampuan untuk bersinergi antardivisi, juga dengan bagian AIK, bagian akademik, dan kemahasiswaan. Supaya program-program yang sudah didiskusikan bisa dieksekusi dengan baik,” jelas Zen yang juga Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UMM.
Sekretaris Pusdiklat Nafik Muthohirin menambahkan, di samping divisi-divisi yang sudah berdiri dan berkegiatan selama beberapa tahun ini, yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah aspek pemeliharaan (maintenance) sarana dan prasarana Pusdiklat.
“Infrastruktur Pusdiklat di samping perlu dijaga, juga masih membutuhkan utilitas pendukung apalagi seperti kamar rusunawa yang dipakai secara bergantian, pasti ada rusaknya,” urai Nafik.
Selain itu, melalui raker tersebut, Pusdiklat PSDM memutuskan untuk mulai menggarap bidang kehumasan dan media kreatif. Aspek ini sangat penting untuk membentuk citra positif Pusdiklat baik di internal maupun eksternal UMM.
“Bagi Pusdiklat dan divisi-divisi lainnya sudah saatnya mempublikasikan berbagai kegiatannya secara menarik di media sosial melalui video pendek, Reel, flyer, dan lainnya,” jelasnya.
Raker Pusdiklat PSDM dihadiri oleh Badan Pengurus Harian UMM Dra Su’adah MSi dan seluruh Staf Ahli Pusdiklat PSDM yaitu Ir Dr Abdul Malik MP, Prof Dr Jabal Tarik Ibrahim MSi, dan Dr Nurbani Yusuf MSi.
Menurut Su’adah, Pusdiklat perlu memperhatikan pentingya pengarsipan dokumen mengingat padatnya kegiatan di internal lembaga ini.
Mubaligh Jenaka
Pada kesempatan ini, Nurbani Yusuf juga memberikan masukan penting terkait dengan pentingnya Pusdiklat, khususnya divisi PPUT, untuk membangun kultur atau tradisi Muhammadiyah di UMM, seperti budaya takzim kepada pimpinan dan pendiri UMM.
“Target lulusan mahasiswa PPUT juga perlu ditingkatkan, jangan hanya 5 juz, tapi 15 juz bahkan 30 juz dengan ratusan hadist. Setalah 20 tahun usia PPUT, harusnya ada yang jadi mubaligh Muhammadiyah yang aktif di media sosial, mubaligh yang menguasai khazanah-khazanah Islam klasik dan bisa menyampaikannya secara jenaka,” tuturnya.
Menurut Nurbani, kader PPUT itu harus bangga menjadi mubaligh Muhammadiyah. Di samping itu juga perlu melihat peta dan peluang untuk menjadi mubaligh di luar komunitas Muhammadiyah.
“Jangan alergi memberikan khotbah di luar komunitas Muhammadiyah, makanya yang dibicarakan jangan tema bid’ah, syirik, atau yang membuat orang takut,” tuturnya.
Menurutnya pesan dakwah itu juga perlu ada intertaintment-nya, tapi harus cerdas dan kreatif. Selain itu, menjadi mubaligh Muhammadiyah juga perlu meneladani kesederhanaan dan keulamaan tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti AR. Fahrudin, Ki Bagus Hadikusumo, dan lainnya,..
Nurbani bersama Abdul Malik dan Jabal Tharik menyampaikan supaya beasiswa kader ulama atau PPUT ini juga diberikan kepada fakultas-fakultas lain, dengan tidak mengurangi kuota dari Fakultas Agama Islam.
Hal ini penting supaya usia PPUT yang sudah 20 tahun ini mampu melahirkan kader-kader ulama tarjih yang menguasai ilmu-ilmu agama sekaligus ilmu-ilmu umum. (*)
Penulis Azmi Al-Khawarizmi Editor Mohammad Nurfatoni