PWMU.CO – Cerita Busyro Muqoddas ketika disewa negara disampaikan dalam Kajian Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan bertempat di Masjid Ki Bagus Hadikusumo Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla), Sabtu (3/2/2024).
Pengajian dilaksanakan oleh Majelis Tabligh PDM Lamongan tema memilih pemimpin dalam perspektif Islam. Dihadiri anggota PDM, PCM, PRM, Pimpinan Daerah Aisyiyah, PCA, PRA, Ortom se Lamongan.
”Menghadapi Pemilu kita tidak perlu serius, kalian akan rugi, wong sing ngurusi negara ae gak tau serius kok, mosok kita yang serius rugi,” kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Busyro Muqoddas mengatakan,”Kenapa mengatakan tidak serius dalam Pemilu, karena 10 tahun saya disewa oleh negara, untuk ngurusi lembaga negara sehingga tahu.”
Dia pernah menjadi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi dua periode.
Cerita Busyro Muqoddas zaman Ketua MPR Prof Dr Amien Rais waktu itu menghasilkan lembaga negara penting.
”Dulu MPR saat dipimpin oleh orang PP Muhammadiyah menghasilkan tiga lembaga negara penting, satu Komisi Yudisial, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Mahkamah Konstitusi (MK),” ujarnya.
Lantas Busyro bercerita waktu aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
”Alhamdulillah sejak kecil saya sering main ke Surabaya, dan mulai aktif di IPM. Mulai dari Ranting sampai Pusat,” ujarnya.
Muhammadiyah punya Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM). Ada IPM, IMM, Nasyiah, Pemuda Muhammadiyah. ”Jadi kaderisasi Muhammadiyah itu melalui perkaderan AMM supaya meneruskan warisan dan wasiat KH Ahmad Dahlan,” tuturnya.
Warisannya, kata Busyro, seperti wasiatnya Nabi Muhammad saw. Yaitu kutinggalkan kepadamu dua perkara, sepanjang kamu mengikuti dua perkara itu, mengamalkan dan mempelajari maka kamu akan menjadi umat yang terpuji dan apabilah kamu meninggalkan dua perkara iru akan menjadi umat yang tidak terpuji, hina dan mudah dipecah bela.
Kemudian sahabat bertanya kepada Rasulullah,”Apa wahai Rasulullah dua perkara itu?”
Rasulullah menjawab: al-Quran dan sunnah.
Kata Busyro, maka KH Ahmad Dahlan mulai dari berdirinya Muhammadiyah sampai akhir akan berpedoman atas dua dasar sumber hukum Islam yaitu al-Quran dan sunnah. ”Tetapi memahaminya dengan ilmu, caranya dengan ijtihad,” cerita Busyro.
”Sebagai Ketua PP Muhammadiyah ketika ditanya akan milih presiden siapa, maka saya tidak akan menjawab, tetapi saya akan memberikan kriterianya, yaitu fathona, amanah, tabligh, dan sidiq,” ujarnya.
”Dengan kriteria itu, bapak ibu silakan memilih yang mendekati empat kriteria tersebut,” tandasnya.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto