PWMU.CO – Jangan sepelekan dosa kecil karena dampaknya bisa besar dikupas dalam Pengajian Ahad Pagi KH Ahmad Dahlan Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Batu di Masjid At-Taqwa, Ahad (4/2/2024).
Hadir sebagai pembicara Prof Dr Abdul Haris MA, Ketua PDM Kota Malang dan guru besar Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang.
”Kita tahu di sekitar kita ada banyak orang, termasuk mungkin teman kita, tidak malu berbuat maksiat, misalnya minum miras atau narkoba. Pernahkah kita berpikir mengapa mereka melakukan maksiat itu? Itu karena mereka sedang tersesat,” kata Prof Haris, sapaan akrabnya mengawali kajian.
Manusia yang tersesat telah digambarkan oleh Allah SWT dalam surat al-Ahzab: 36.
Tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, sungguhlah dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.
Dia menjelaskan, ayat tersebut menggambarkan tipologi orang beriman, yaitu menurut pada Allah dan RasulNya.
”Orang yang beriman melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan dengan ikhlas menjauhi larangan Allah. Tidak ada penyangkalan. Tidak ada pilihan lain, taat itulah yang harus dilakukan,” tegas Prof Haris.
”Dengan mematuhi Allah dan RasulNya, kita tidak akan tersesat dalam hidup ini. Bila seseorang tersesat, dia akan merasa bingung, panik, takut, dan tidak sampai pada tujuan padahal telah membuang banyak waktu,” ujarnya.
Orang tersesat itu, kata dia, penyebabnya berbuat dosa melalui maksiat. Dosa-dosa tersebut menjadikan manusia tidak bisa menjalani kehidupan dengan baik karena dia kehilangan petunjuk pada jalan yang benar.
Dia mengutip ulama Bilal bin Sa’ad yang berkata,”Jangan melihat kecilnya dosa, tapi lihatlah kepada siapa kita bermaksiat.”
Kepada siapa kita bermaksiat? Tentulah kepada Allah. Oleh sebab itu, pernyataan tersebut menegaskan sungguh tidak pantas manusia berbuat dosa, meski sekecil apapun pada Allah karena Allah telah memberikan berbagai nikmat yang tidak terhitung jumlahnya.
”Terlalu banyak nikmat yang diberikan Allah membuat manusia lupa akan nikmat tersebut dan menganggap nikmat itu sebagai hal yang biasa. Akibatnya, tidak bersyukur terhadap nikmat itu dan merasa biasa ketika berbuat dosa,” ujarnya.
Menurut dia, dosa kecil yang terus dilakukan akan mengotori hati yang semula bersih dan bercahaya. Sebab itu jangan sepelekan dosa kecil.
”Setiap mukmin berbuat dosa Allah memberikan satu noktah hitam di hatinya. Setiap dia bertaubat, titik hitam itu dihapus oleh Allah sehingga hatinya bersih dan kembali bersinar. Ada cahaya di hatinya. Hati adalah penuntun jalan. Kalau hati itu bersinar manusia bisa melihat dengan jelas kebaikan dan keburukan. Kalau hati itu hitam sinarnya redup maka manusia tidak bisa membedakan kebenaran dan keburukan,” jelas Prof Haris.
Banyak dosa menyebabkan orang takut dalam menghadapi hidup, ujarnya. Lari dari permasalahan hidup sehingga kemudian berbuat hal-hal yang tidak berguna bahkan melakukan berbagai maksiat untuk melupakan permasalahan tersebut.
”Karena itulah, jangan sepelekan dosa sekecil apapun. Bila merasa telah berbuat dosa segeralah bertaubat kepada Allah. Setelah itu lanjutkanlah dengan memperbanyak dzikir dan beribadah kepada Allah, berusaha taat kepada Allah,” tuturnya.
Selama kita taat pada Allah maka Allah akan ridho dan memberikan keberkahan sehingga kita akan mudah menjalani hidup dengan berbagai permasalahan.
Sebaliknya, kalau tidak taat pada Allah, maka Allah tidak akan ridho, Allah tidak ridho maka akan murka. Murka Allah menyebabkan Allah mengutuk dan akan mengubah kebaikan orang itu menjadi keburukan.
Mengutip perkataan Abu Dzar: Orang-orang harus berhati-hati bila mendapat laknat dari orang-orang beriman. Allah tidak langsung melaknat, tapi melalui orang-orang beriman. Sebab orang-orang beriman menjauhi orang yang banyak berbuat dosa.
”Kunci sukses hidup hanya taat kepada Allah. Tanda hati kita bersih adalah ada kecenderungan pada kebaikan, senang dengan kebaikan, dan tidak suka dengan keburukan. Orang beriman dikondisikan oleh Allah untuk tidak menyukai hal-hal yang buruk. Sebaliknya, orang yang banyak dosa cenderung suka pada keburukan, berbuat keburukan dan hal-hal yang tidak berguna,” tandasnya.
Penulis Khoen Eka Editor Sugeng Purwanto