Capai Sukses Bersama
Ponpes ini akan didukung dengan relawan pengajar dari mahasiswa-mahasiswa UMM. “Kami tidak akan membiarkan relawan bekerja saja tanpa kesamaan persepsi untuk bagaimana men-support anak itu. Jadi harus mampu tumbuhkan interaksi belajar dan kebersamaan anak,” katanya.
Saat ini, kata Suprat, pendidikan di Indonesia kebanyakan masih bersifat satu arah. Guru dan murid kurang interaktif. Mereka juga dituntut berkompetisi satu sama lain. Tuntutan untuk berkompetisi dan lemahnya interaksi dalam belajar inilah yang akan diubah di ponpes ini.
“Budaya itu harus kita ubah menjadi budaya belajar baru. Pesantren ini tidak ingin mencetak anak yang pasif, individualis, dan soliter. Selain itu, ego manusia untuk menjadi terdepan memang tidak bisa dilepaskan.”
“Tapi egonya ini akan kita arahkan kepada kebanggaan bisa saling berbagi. Saling menguatkan dan beriringan untuk mencapai outcome dan sukses bersama,” lanjutnya.
Besar harapan Suprat, pesantren ini bisa menjadi rujukan, pengembangan dan transformasi kemajuan sekolah dan pondok pesantren Muhammadiyah lain. “Kalau kita sudah punya tim yang kuat, saya yakin akan siap untuk berbagi kepada lembaga pendidikan lain,” ujarnya.
Suprat juga menjelaskan, dalam pesantren itu ada sekolah setingkat SMP dan SMA. Kurikulumnya sesuai dengan Mendikbud dan Kemenag, serta dipadukan dengan kurikulum internasional. Nantinya, Ponpes ini juga bekerja sama dengan institusi luar negeri agar para lulusannya dapat diterima di universitas-universitas Timur Tengah dan negara barat.
“Kita ingin menciptakan nuansa pendidikan layaknya negara maju. Pendidikan abad 21,” tegasnya.
Pihaknya mengadopsi kurikulum negara maju yang terbaik dan mengintegrasikan dalam outcome (capaian), model belajar dan asesmen. “Kita juga bakal membangun standarisasi pendidikan kita lewat program partnership dengan lembaga pendidikan luar negeri,” tuturnya kepada PWMU.CO, Rabu (7/2/2024). (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni