Pemimpin Kotor dan Dirty Vote

Pemimpin Kotor
Abu Nasir

Pemimpin Kotor dan Dirty Vote oleh Abu Nasir, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Pasuruan.

PWMU.CO – Tidaklah setiap umat kecuali ditunjuk untuknya  pemimpin di zamannya. Pemimpin itu tentu dari kalangan mereka, sama kulit dan kalamnya. Pemimpin itu mengurus dan mengatur semua urusan dan kebutuhan umat, baik duniawiyah maupun ukhrawiyah.

Begitulah yang terjadi di kalangan Bani Israel dari waktu ke waktu. Allah berkenan memilihkan seorang nabi dan rasul menjalankan kepemimpinan itu dari generasi turun temurun yang bertugas dan berperan ganda sebagai kenabian dan kemanusiaan.

Dalam sebuah hadits muslim terdapat statemen Rasulullah Saw:

كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ

الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ

Kaum Bani Israel dulu dipimpin para nabi. Setiap nabi wafat diganti oleh nabi berikutnya. (Sahihaini )

Semua siyasah (urusan dan kebutuhan) mereka diatur, dikelola, dan diatasi berturut-turut dari nabi satu ke nabi lainnya.

Setiap seorang nabi wafat Allah tunjuk nabi berikutnya dari dinastinya. Dinasti kenabian berakhir pasca Rasulullah Muhammad saw diganti oleh para khulafau taktsur, pemimpin-pemimpin dari kalangan manusia biasa yang banyak melakukan penyimpangan dan dosa .

وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ

”Sesudahku tidak ada nabi. Kepemimpinan beralih kepada para pemimpin yang banyak berbuat dosa.Kalian harus tetap baiat dan taat kepadanya. Berikan haknya sebagai pemimpinku sepenuhnya,” kata Rasulullah.

Sebanyak apapun dosa dan penyimpangannya serta seburuk apapun kepemimpinannya umat diminta tetap berbaiat, taat dan menyerahkan hak-hak pemimpin mengurusi persoalan umat.

Bayangkan, andai salah memilih pemimpin maka sepanjang kepemimpinannya umat menyerahkan kehidupan dan lehernya tanpa bisa berbuat apa apa.

Pemimpin penuh dosa biasanya dikerubungi oleh kalangan semisal mereka. Tidaklah seseorang  menunjuk seorang teman kecuali memiliki kemiripan kecenderungan dengannya. Apalah lagi dalam urusan kepemimpinan dan pemerintahan.

Hal ini terkonfirmasi dalam sabda nabi :

يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

Sesudahku akan ada pemimpin yang tidak menggunakan petunjuk dan sunnahku. Dikelilingnya adalah orang-orang berhati setan berwujud manusia.

Setan berwujud manusia berkumpul dalam satu koalisi dan saling dukung menjalankan perilaku nir etik dan fasik.

Sejauh itupun umat diminta menaati dan mendengarkannya. Sekali. Umat memilihnya selamanya dia pasrahkan beban berat di punggungnya dan perampasan harta miliknya untuk dijarah (dikorupsi) pemimpinnya.

Cerminan Umat

Seseorang bertanya kepada Sayyid Ali bin Abi Tholib ra. ”Kenapa pada zaman anda banyak terjadi pertengkaran dan fitnah (musibah), sedangkan pada zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak?

Ali menjawab: ”Karena pada zaman rasul rakyatnya adalah aku dan sahabat lainnya. Sedangkan pada zamanku yang menjadi rakyat adalah kalian.”

“Keadaanmu mencerminkan pemimpinku. “Sebaliknya “Apabila manusia rusak maka mereka akan dipimpin orang-orang yang rusak.” Demikian sabda Rasulullah saw.

Syekh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah meminta umat merenungkan ketika Allah memilih seorang hamba untuk menjadi pemimpin, entah itu presiden, raja, perdana menteri dan lain sebagainya itu bisa divalidasi dari umat atau rakyatnya.

Baik, buruk, zalim, adil, ataupun jahat, mulianya pemimpin tecermin dari rakyatnya:

وتأمل حكمته تعالى في ان جعل ملوك العباد وأمراءهم وولاتهم من جنس اعمالهم بل كأن أعمالهم ظهرت في صور ولاتهم وملوكهم فإن ساتقاموا استقامت ملوكهم وإن عدلوا عدلت عليهم وإن جاروا جارت ملوكهم وولاتهم وإن ظهر فيهم المكر والخديعة فولاتهم كذلك وإن منعوا حقوق الله لديهم وبخلوا بها منعت ملوكهم وولاتهم ما لهم عندهم من الحق ونحلوا بها عليهم وإن اخذوا ممن يستضعفونه مالا يستحقونه في معاملتهم اخذت منهم الملوك مالا يستحقونه وضربت عليهم المكوس والوظائف وكلما يستخرجونه من الضعيف يستخرجه الملوك منهم بالقوة فعمالهم ظهرت في صور اعمالهم وليس في الحكمة الالهية ان يولى على الاشرار الفجار الا من يكون من جنسهم ولما كان الصدر

Sesungguhnya di antara hikmah Allah ta’ala dalam keputusanNya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun jika rakyat berbuat zalim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zalim. Jika tampak tindak penipuan di tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan.

Dirty Vote

Berhati-hatilah memilih pemimpin. Film dokumenter Dirty Vote menggambarkan fenomena dan fakta upaya upaya masif terpilihnya pemimpin melalui cara-cara kotor.

Hanya umat kotor yang memilih pemimpin kotor. Umat dilarang mendekat dan berada dalam kalangan pemimpin kotor.

Rasulullah tidak akan menerima mereka sebagai bagian dari umatnya.

عَنْ كَعْبٍ بْنِ عُجْرَةَ قاَلَ: خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَنَحْنُ تِسْعَةٌ خَمْسَةٌ وَ أَرْبَعَةٌ أَحَدُ الْعَدَدَيْنِ مِنَ الْعَرَبِ وَاْلآخَرُ مِنَ اْلعَجَمِ فَقَالَ إِسْمَعُوْا هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُوْنُ بَعْدِيْ أُمَرَاءُ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْ عَلَيْهِمْ وَلَم يُعِنْهمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ وَلَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ.

Dari Ka’ab bin Ujrah (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah saw menghampiri kami, kami berjumlah sembilan, lima, dan empat. Salah satu bilangan (kelompok) dari Arab sementara yang lain dari ajam. Beliau bersabda: Dengarkan, apa kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku nanti akan ada pemimpin-pemimpin, barangsiapa yang memasuki (berpihak kepada) mereka lalu membenarkan kedustaan mereka serta menolong kezaliman mereka, ia tidak termasuk golonganku dan tidak akan mendatangi telagaku. Barangsiapa tidak memasuki (berpihak kepada) mereka, tidak membantu kezaliman mereka dan tidak membenarkan kedustaan mereka, ia termasuk golonganku, aku termasuk golongannya dan ia akan mendatangi telagaku.

Saat kezaliman datang dari kalangan pemimpin, mereka melampaui batas dan kefasikan merajalela adalah momentum mengganti pemimpin kotor dengan yang terbaik demi menyelamatkan generasi dan kepemimpinan berikutnya.

Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version