PWMU.CO – Kalau tidak cinta Muhammadiyah, rugi dong! Demikian kata Wakil Sekretaris Majelis Dikdasmen dan PNF PWM Jatim Phonny Aditiawan M saat menyambut 110 siswa SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik berkesempatan mengunjungi Aula Mas Mansur Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Jalan Kertomenanggal IV No. 1 Surabaya, Kamis (15/2/2024).
Sebelumnya, siswa berkunjung ke Komando Armada II Surabaya untuk melihat suasana Akademi TNI AL serta melihat berbagai monumen dan kapal perang.
Guru PKN dan Pancasila jenjang kelas VI Shofan Hariyanto MPd memberikan semangat ke seluruh siswa saat lagu Sang Surya menggema menyambut siswa.
“Kalian harus bangga berada di Aula Mas Mansur ini. Karena di tempat ini adalah tempat di mana Bapak-Bapak Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur selalu rapat penting. Ya di ruangan ini,” ujarnya.
Shofan juga tak lupa memberikan kuis seputar tema outdoor yang bertajuk ‘Siapkan Kader Bangsa Tangguh dan Kader Muhammadiyah Patuh’. Selain memberi motivasi, kader Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) ini juga berkesempatan untuk mengawali kegiatan di PWM.
Dari pihak PWM, siswa kelas IV ini disambut oleh Phonny Aditiawan M dan Anggota Majelis Dikdasmen PWM Jatim Dr Mas’ulah MA. Saat itu para siswa didampingi Ketua Pelaksana Naharun Mubarok SPd dan AH Nurhasan Anwar sebagai guru Kemuhammadiyahan dari jenjang kelas IV.
“Maksud dan tujuan kami, ingin mengenalkan tentang seluk beluk kegiatan di PWM, mulai dari struktur organisasi, serta nanti ada pertanyaan-pertanyaan dari anak-anak,” ungkapnya.
Pria kelahiran Lamongan yang kerap dipanggil Barok menambahkan, tujuan kedua, ingin menumbuhkan semangat dalam berorganisasi Muhammadiyah. “Sehingga menjadi pondasi pembentuk kader Muhammadiyah ke depannya,” ujarnya.
Shofan kemudian memberikan kesempatan kepada AH Nurhasan Anwar untuk memberikan sambutan iftitah sebelum tuan rumah dari PWM memaparkan lebih lanjut. Hasan mengingatkan ada janji pelajar Muhammadiyah yang berbunyi siap menjadi kader Muhammadiyah dan bangsa.
“Dengan kader itulah mengapa Muhammadiyah sampai lebih dari satu abad. Maka kalian harus bangga dengan organisasi Muhammadiyah. Dengan apa? Tentu dengan kembali ke Muhammadiyah apapun cita-cita kalian ketika dewasa,” pesannya.
Rugi Tak Cinta Muhammadiyah
Setelah Hasan menyampaikan iftitahnya, maka Phonny Aditiawan dalam sambutannya dengan mengingatkan, bermuhammadiyah harus dengan gembira. “Saya teringat almarhum Najib Hamid yang berpesan bahwa dalam bermuhammadiyah harus dengan gembira.”
Phonny kemudian menyemangati peserta dari SDMM dengan menunjukkan di layar struktur organisasi PWM. “Mungkin sekarang kalian masih di SD. Siapa tahu di tahun-tahun akan datang kalian sebagai kader pimpinan, ada yang di PWPM, PWNA atau PW Hizbul Wathan,” ujarnya.
Phonny pun berpesan agar menjadi kader harus mencintai Muhammadiyah. “Kalian harus cinta dengan Muhammadiyah karena kalian punya saudara lebih dari 176 ribu kader Muhammadiyah. Itu baru Jatim saja!” tegasnya.
“Kemana pun kalian berada, dalam maupun luar negeri, kalian pasti akan bertemu saudara Muhammadiyah. Karena itu kalau kalian tidak cinta Muhammadiyah, rugi dong!” katanya disambut tawa oleh siswa SDMM.
Salah satu tanda cinta dengan Muhammadiyah, menurutnya, meneruskan untuk selalu sekolah di sekolah Muhammadiyah. Phonny kemudian mengenalkan Pondok Pesantren jenjang SMP di Kota Malang. “Namanya Pondok Pesantren International Abdul Malik Fadjar,” imbuhnya.
Setelah pemaparan dari Phonny, giliran Dr Mas’ulah MA yang menyampaikan pemaparannya dengan bahasa Inggris sebagaimana permintaan para siswa SDMM. “Apakah kalian bahagia?” Semua siswa menyatakan senang, “Happy.”
Dosen Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya kemudian memberikan tantangan berupa pertanyaan dalam bahasa Inggris. “What is the name of the pondok pesantren school at Malang?” tanyanya.
Spontan, Randy dari kelas IV Amerika pun berlari dan menjawab, “Abdul Malik Fadjar International Islamic Boarding School,” jawabnya.
Kejadian itu pun Phonny abadikan dengan video. Tampak antusias siswa, khususnya mereka yang ikut kelas ICP.
Mas’ulah pun menyadari mengapa anak-anak meminta sambutan dengan bahasa Inggris. “Thats why you want to hear me in English,” ujarnya.
Mas’ulah kemudian memberikan berbagai pertanyaan dalam bahasa Inggris sebagai tantangan. “You will have a reward,” katanya. Siswa akan mendapatkan hadiah. Pertanyaan itu seputar Kemuhammadiyahan namun dikemas dalam bahasa Inggris. (*)
Penulis Zaki Abdul Wahid Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post