PWMU.CO – Dalang bocil (bocah cilik), menjadi salah satu kejutan di acara Roadshow Milad Ke-8 PWMU.CO wilayah Balapan plus dan Malang Raya, Sabtu (17/2/2024) pagi. Acara berlangusung di Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember. Sehari sebelumnya, Erna Widiastuti, salah satu kontributor tuan rumah, mengatakan akan banyak kejutan di acara ini.
Ialah Ki Dalang Adideva Karuna Sangkara Widiwasa. Dalang bocil berusia 3,5 tahun itu masih sekolah di KB Aisyiyah Igir-Igir Cakru, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Selama 10 menit, bocah yang akrab disapa Deva atau Adev lincah memainkan pewayangan Ontorejo dan Gatot Kaca memerangi musuh-musuhnya.
Ia tampil percaya diri di aula Gedung Ahmad Zainuri Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember. Saat berjalan ke panggung, ia melambaikan tangan kepada para Kontributor PWMU.CO dari wilayah Balapan yang meliputi eks-Keresidenan Besuki terdiri Banyuwangi, Jember, Bondowoso dan Situbondo. Ditambah peserta dari Lumajang, Probolinggo dan Pasuruan serta Malang Raya (Malang dan Batu). Juga Majelis Pustaka dan Informasi Digital (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (MPID) searea Balapan dan Malang Raya yang turut hadir.
Tepuk tangan peserta langsung meriah ketika ia percaya diri dan lantang menyampaikan nama dan usianya baru 3 tahun. Lalu Adev sukses menaklukkan tantangan menyebutkan satu per satu nama wayang di atas panggung.
Sang kakek, Bedor Suradiono, mengangkat satu per satu wayang itu secara acak. Di antara tokoh wayang yang Adev sebutkan ialah Cakil, Rambutgeni, Gatotkaca, Citraksi, Werkudoro, Durno, Bagong, Semar Gatotkaca, Ontoseno, Brotoseno, Baladewa dan Butoterong.
Bedor mengungkap ini ketiga kalinya Adev tampil di momentum besar. “Yang pertama di SMK Mulia Cakru, lalu di TK, ini yang ketiga,” paparnya.
Adapun target sekaligus harapan Bedor untuk sang cucu tampil memainkan wayang di sini cenderung menyasar pada softskill. “Bisa kendel (berani) dan percaya diri. Dia ngomongnya kan belum begitu cetha,” terangnya.
Pria yang menyukai seni ini menceritakan, cucunya belajar wayang secara otodidak dari YouTube. “Saya mengarahkan saja mulai di umur 1,5 tahun,” ujar Bedor.
Hal ini dibenarkan Elita Pance Krisdianti, bundanya. “Anangnya (kakeknya) memang suka seni Janger. Ayahnya juga. Kalau ayahnya tidur nggak dengar wayang, nggak bisa tidur. Jadi sejak hamil sudah dengar wayang terus,” ungkapnya.
Rahasia Berani dan Pede
Elita lantas mengungkap rahasia Adev bisa tampil berani dan percaya diri (pede). “Gak pernah saya tegur, larang. Jangan gini gitu, gak pernah. Kalau dia mau ya silakan. Asalkan nggak bahaya untuk dirinya,” ujarnya.
Dia dan sang suami, Dhaya Widhi Wasa, sangat mendukung Adev mengembangkan diri melalui seni wayang. Kostum dan pewayangan Adev semuanya milik sendiri.
“Belinya satu per satu, nunggu dia minta, baru kami belikan,” kenangnya sambil melihat tumpukan puluhan wayang yang sudah tertata rapi di atas panggung.
Ia juga mengizinkan Adev menonton wayang dari bangun tidur sampe berangkat sekolah, juga usai pulang sekolah. Meski menjaga mood bocah ini masih menjadi tantangan, Elita yakin kalau sudah ada musik terdengar, Adev langsung semangat main wayang. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni