PWMU.CO – Siswi Mudisa Bacakan puisi Pengagum Dahlan di acara Roadshow Milad Ke-8 PWMU.CO yang diadakan di Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember, Sabtu (17/2/24).
Puisi itu dibawakan Syaqila Yasmin, siswi kelas V SD SD Muhammadiyah 1 (Mudisa) Jember. Yasmin hadir 30 menit di lokasi acara sebelum acara dimulai. Dia didampingi ayah, bunda, dan adiknya.
Beberapa hari sebelumnya, saat dihubungi oleh gurunya, Yasmin langsung mengiyakan ketika diminta mengisi acara roadshow ini. Waktu itu dia mengaku gugup, namun merasa sangat bangga. “Gugup, karena saya harus berpuasa di depan guru-guru dan dosen,” ungkapnya.
Juara Bahasa
Yasmin beberapa kali memenangkan lomba puisi, terakhir ia mendapat juara I lomba puisi kategori SD dalam Festival Student.
“Alhamdulillah, atas izin Allah dan support ayah bunda, bisa mendapat juara I,” ujar penggemar catur ini.
Selain, puisi, lanjutnya, beberapa kegiatan di bidang bahasa ia ikuti. Di antaranya lomba dai cilik, pidato bahasa Indonesia, dan teater.
“Alhamdulillah, semua kegiatan yang selama ini diikuti, selalu menyenangkan dan membawa manfaat, jadi senang mengikutinya,” ungkapnya.
Yasmin menyampaikan ayah-bundanya—Dodik Gitiyarno Wahyudi dan Devy Serlita—selalu men-support setiap kegiatan yang digelutinya. Ayah-bundanya juga selalu mendampingi di setiap even lomba yang diikuti.
“Ayah bunda, selalu menyemangati dan mendoakan, mereka menyampaikan apapun hasil lomba yang penting sudah mencoba dan menampilkan yang terbaik,” ucapnya.
Berikut puisi yang dibacakan Yasmin
Pengagum Dahlan
Diangkat kejumudan dari dalam bumi sampai di depan mata
hingga gelap tersentuh cahaya
dipancarkan sinar sekuat daya
sungguh kagum aku padanya
Dahlan, pengolah residu penjajahan
maka jadilah minyak penyala kebebasan
ditebar-tebar
tumbuhlah biji kesadaran
Tanpa senjata di tangan
merenggang rantai dengan pikiran
memutus lingkaran setan tepat di sambungan
Teologi diangkat dari timbunan
mental jajahan dibongkar perlahankontruksi berkemajuan ditancapkan
Tanpa simbol perlawanan dia tetapkan garis
biji yang ditebar berbuah manis
maka tumbuhlah tunas-tunas nasionalis
di bumi yang pohonnya lama menangis
Pada jiwa yang tak sadar akan dahaga
Dahlan teteskan embun pagi
sejuk menyentuh hingga dalam nadi
semakin kagum aku padanya
Laksana air meresap di bumi
Dahlan padaku mengalir sendiri (*)
Penulis Wulidatul Aminah Editor Mohammad Nurfatoni