PWMU.CO – Pengurus Panti Asuhan Islam (PAI) se-Kota Sidoarjo Jawa Timur belajar IT di kantor Lazismu Jatim, Gedung Kemanusiaan, Jalan Jawa No. 5 Buduran Sidoarjo, Ahad (18/2/2024). Acara dimulai pukul 09.00 hingga 16.00 itu menghadirkan tiga narasumber para praktisi di bidangnya.
Materi pertama tentang bagaimana mengolah lembaga sosial disampaikan oleh Arief Camra, Ketua SYD Indonesia yang sukses mengolah Griya Lansia Khusnul Khotimah Malang dalam kurun waktu lima tahun.
“Saya mengolah rumah lansia ini dengan cara-cara jurnalistik karena saya dulu wartawan, lalu hijrah setelah bisnis percetakan saya terlilit utang,” kata mantan tim redaksi majalah Gapura milik Pemkot Surabaya ini.
Berbekal kemampuan fotografi dan narasi, Arief Camra selalu mendokumentasikan secara runtut setiap aktivitas sosialnya.
“Saya selalu mendokumentasikan foto, video, dan mem-folder-kan secara detail. Misal dari menemukan lansia yang terlantar, menjemputnya, membersihkan dan memeriksa badan mereka hingga tampil bersih dan terawat dengan memakai hijab atau kopiah dan baju koko,” jelasnya sambil menampilkan TikTok-nya.
Arief Camra memberi pesan khusus kepada para pengurus panti asuhan Islam utamanya para fundraising, agar bisa menyimpan minimal 3.000 nomor HP.
“Jika ingin panti kita maju, minimal kita harus simpan tiga ribu nomor HP, setiap hari kita wajib update status WA tentang aktivitas panti kita. Insyaallah ada yang lihat status WA kita. Ujung-ujungnya mereka akan berdonasi ke kita,” tegas Arief Camra.
Materi kedua diberikan oleh programer muda Sidoarjo, Luis Kholilul Rohman Saani MPd. Pendiri Starla Edu Tech itu mengajak para pengurus panti asuhan Islam untuk memanfaatkan teknologi AI atau artificial intelligence yang terbukti sangat membantu dalam menyusun program kegiatan untuk panti.
“Pengurus panti wajib mengikuti perkembangan teknologi yang makin memudahkan, kita tinggal minta bantuan AI bisa menyusun agenda kegiatan dan program bisa setahun, tiap bulan, per pekan, hingga harian,” terang putra pemangku pesantren di Tanggulangin Sidoarjo ini.
Luis juga menjabarkan bagaimana perbedaan menggunakan ChatGPT, Gemini Microsoft, dan Starla aplikasi buatan lokal generasi muda Muslim asli Sidoarjo.
“AI buatan asing seperti ChatGBT dan Gemini. Biasanya memberi definisi yang kurang islami. Misal ketika kita tanya tentang fashion atau pergaulan. Di Starla kami lebih memilihkan jawaban secara islami, jika Jenengan pengin tanya kegiatan atau program dalam AI buatan kami,” papar alumnus Ilmu Informatika UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Baca sambungan di halaman 2: Branding Digital Panti Asuhan