PWMU.CO – Cendekiawan perempuan sekaligus penasehat Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Prof Dr Nahlah Sabri El Saidy menyampaikan pandangan mengenai tantangan yang dihadapi oleh muslimah di era transformasi global.
Dia menyatakan, bahwa perempuan muslimah memiliki identitas budaya dan agama yang membuatnya berbeda dari wanita lain di dunia. Identitas ini perlu dijaga dan dipatuhi.
Hal itu dia sampaikan dalam Seminar Internasional yang digelar Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) bertempat di Ruang Auditorium KH Ahmad Dahlan Lantai 5, pada hari Kamis, (8/2/2024).
Prof Dr Nihla Sabry El Saidy menegaskan, bahwa perempuan pada masa era transformasi global saat ini mempunyai 4 tantangan yang sangat besar.
“Tantangan pertama adalah pengaruh budaya barat terhadap kelompok transformasi perempuan (Independent Women),” ucapnya.
Tantangan kedua, hijab sebagai penghalang, ketiga inflansi budaya dan intelektual. Sementara keempat adalah kemajuan teknologi yang luar biasa.
Promosikan Identitas Muslimah
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Prof Nahlah menekankan strategi bersinergi, seperti mengintensifkan program Islam yang ditargetkan pada perempuan muslimah melalui media sosial untuk mempromosikan identitas muslimah.
“Pembatasan yang ketat dan sensor kuat terhadap program dan platform media digital juga dianggap perlu. Selain itu, diperlukan kampanye kontra terhadap berita tidak benar dan penyampaian informasi yang benar kepada para perempuan,” ucapnya.
Menurutnya, kerja keras dan sinergi antara lembaga pendidikan untuk memperkuat kurikulum dalam aspek etika dan pendidikan yang tepat juga dianggap penting.
Selain itu, dia berpesan kepada hadirin, bahwa pada momentum Isra Mikraj di mana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan yang agung, maka umat Islam harus meneladani beliau.
لَا تَحْسَبَنَّ الْعِلْمَ يَنْفَعُ وَحْدَهُ مَا لَمْ يُتَوَّجْ رَبُّهُ بِخَلَاْق
“Tidak berguna ilmu jika digunakan untuk individu, dan harus dilandaskan dengan akhlak dan etika,” imbuhnya mengutip syair Bahasa Arab.
Dalam seminar internasional tersebut, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Paciran turut serta dengan mengirim sebanyak 60 peserta. Di antaranya Ketua STITM Paciran Idzi’ Layyinnati MPd, Wakil Ketua I Maftuhah MPd, Wakil Ketua II Himmatul Husniyah MPd, dan Wakil Ketua III Suntari MPd.
Selain itu ada operator kampus Muhammad Kholis SPd, Staff Administrasi Iin Mahfudhoh SPd, Staff Administrasi Johar Gemilang Abadi SPd serta seluruh mahasiswa peraih Beasiswa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan dan seluruh Mahasiswa Semester VIII.
Mahasiswa STITM Paciran Dapat Apresiasi
Rombongan STIT Muhammadiyah berkumpul di Masjid At Taqwa Paciran berangkat pukul 07.30 WIB kemudian sampai di Umsida pukul 11.30 WIB. Setibanya di sana, rombongan istirahat serta menunggu adzan untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah di Masjid Umsida. Setelah shalat dhuhur, pukul 12.15 WIB mereka menuju ke ruang Seminar Internasional.
Kegiatan pra acara dibuka dengan tarian sambutan yang dibawakan oleh 5 mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Umsida secara kompak dan harmonis. Setelah itu ada pembacaan puisi Bahasa Arab yang dibawakan oleh mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) dengan pembawaan pembacaan puisi secara dramatis dan sangat menjiwai.
Seminar internasional ini dihadiri Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2015 Prof Dr H Din Syamsuddin, Warek I Dr Hana Catur WahyuniST MT, Warek II Dr Heri Widodo SE MSi Ak CA, Warek III Dr Nurdyansyah MPd, serta Dekan Fakultas Agama Islam Dr Imam Fauzi Lc MPd beserta jajarannya.
Peserta terhitung lebih dari 1000, yang terdiri dari mahasiswa Umsida, beberapa perguruan tinggi yang berkolaborasi dengan FAI Umsida, serta siswa SMA/MA sederajat Se-Jawa Timur.
Seminar ini dimoderatori oleh Kaprodi PGMI Dzulfikar Akbar Romadhon SFil MUd dibantu penerjemah A’yunina Mahanani Lc MH yang merupakan Dosen Ma’had Umar Bin Khattab.
Dalam sesi tanya jawab, perwakilan Mahasiswa STIT Muhammadiyah Paciran semester VIII Muhammad Amirul Mukminin mengacungkan tangan untuk bertanya dengan menggunakan Bahasa Arab. Ia pun mendapat apresiasi dan diberik hadiah oleh Prof Dr Nihla Sabry El Saidy. (*)
Penulis Maftuhah Editor Nely Izzatul