PWMU.CO – Pertanyaan-pertanyaan “menjebak” dilontarkan KH Syamsul Huda LC—pengasuh Muhammadiyah Boarding School (MBS) Al Amin Bojonegoro—saat menjadi pembicara dalam Pengajian Ahad Pagi, (6/8/17) di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM), Jalan Graha Bunder Asri No 07 Gresik.
“Siapa di sini yang sering jadi panitia penyembelihan hewan kurban,” tanya Huda yang langsung dijawab serempak hadirin, “Saya …”
(Baca: Blantik Sapi Kurban Itu Ternyata Pengawas SMA Berprestasi Nasional)
Pertanyaan selanjutnya pun segera dilancarkan, “Siapa di sini yang sering mendapatkan bagian hewan kurban? Siapa di sini yang suka menjual kulit hewan kurban dengan alasan untuk beli tas kresek? Siapa di sini yang biasa bawa pulang tulang-belulang hewan kurban?”
Mendapat pertanyaan beruntun itu, peserta pengajian pun diam. Sejurus kemudian Huda berkata, “Inilah realita yang terjadi di Masyarakat. Panitia penyembelihan hewan kurban beranggapan bahwa mendapatkan jatah daging untuk panitia itu diperbolehkan karena beranggapan panitia termasuk amil zakat.” Menurut Huda panitia tidak termasuk amil zakat dan tidak boleh mendapatkan bagian daging kurban.
Selain membahas soal ketidakbolehan panitia kurban menerima daging dan bagian lainnya, Kyai Huda juga menjelaskan tentang hukum kurban bagi orang yang sudah meninggal dunia.
(Baca juga: Inilah Tata Cara Penyembelihan Hewan Kurban yang Syar’i dan Sehat)
“Pertanyaan yang sering saya dengar adalah bagaimana jika kita berkurban mengatas-namakan orang tua/saudara/suami/istri kita yang sudah meninggal dunia,” pancing Huda.
Malah, lanjutnya, mungkin sudah ada di sekitar kita orang yang sudah meninggal namun diikutkan kurban oleh keluarganya. Menurutnya, hal itu dibolehan. “Asalkan harus memenuhi 2 syarat,” ujarnya.
Apa 2 syarat itu? “Pertama, si almarhum(ah) sebelum meninggal pernah bernadzar untuk berkurban. Syarat kedua, sebelum meninggal dia pernah berwasiat untuk berkurban. Namun jika tidak memenuhi dua syarat itu, maka tidak boleh berkurban mengatas-namakan orang yang sudah meninggal,” tegasnya.
(Baca juga: Di Idul Adha 1438 H, Lazismu Jatim Targetkan 1240 Hewan Qurban)
Sebelumnya Kyai Huda juga menjelaskan makna kurban yang berasal dari bahasa Arab yang berarti dekat. “Maksudnya menyembelih hewan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ujarnya.
Dia juga memberi motivasi pada ratusan warga Muhammadiyah untuk berkurban. “Barang siapa yang mempunyai kelonggaran (harta) namun ia tidak berkurban maka jangan dekat dekat dengan mushala (masjid)-ku,” ungkap Huda mengutip hadits Nabi Muhammad riwayat Ahmad dan Ibnu Madjah.
“Lalu apakah kita tahun ini akan berkurban?” tanya dia. Apakah kita, lanjutnya, masih merasa tidak mampu? Padahal sebenarnya kita masuk kategori mampu. “Maka, hanya diri kita yang mampu menjawabnya, karena sesungguhnya bila kita telah mampu namun kita tidak berkurban maka kita akan dosa,” terang dia.
(Baca juga: Libur Lebaran Tak Menyurutkan Semangat Pengajian Ahad Pagi Muhammadiyah Gresik)
Pengajian Ahad Pagi yang diselenggarakan Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik berlangsung semarak. Jamaahnya membludak, sehingga kuris yang disediakan panitia tidak cukup. Sebagian peserta duduk di lantai dan lainnya berdiri.
Semangat tidak hanya dirasakan oleh para peserta pengajian, para penjual berbagai macam dagangan seperti makanan, buku, dan majalah pun ikut meramaikan suasana. Bahkan ada pula stand kesehatan dari RS Muhammadiyah Gresik.
Yang juga menarik, usai pengajian, jamaah mendapat bekal sarapan nasi bungkus dari panitia dan donatur, seperti yang dilakukan oleh Nur Azizah dengan menyediakan nasi bakar. “Semoga membantu jamaah yang rumahnya jauh dan belum sarapan pagi,” ujarnya. (Nia Ambarwati/Abdul Rozak)