PWMU.CO – Banding jamu tradisional dilakukan mahasiswa Umsida ketika Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Seloliman Trawas Mojokerto. Mahasiswa KKN di desa ini mulai awal Februari 2024.
Ada 16 mahasiswa di desa ini dipimpin ketua kelompok Akbar Rahmadin. Anggotanya Ari Yohanes, Ardelia Putri Devi Clarisa, Nia Fatma, Layyinatul Afidah, Lila Lianatus Sholikah, Sifaul Fitriah, Hilda Halimah Hanum, M. Rafli Pramuditya, Ahmad Reza Rahmawan, Nur Fatkhurrahman, Lailus Salisa, Putri Juni ADB, Silvia Islami, Ummi Habibah, Andikario.
Programnya branding jamu tradisional milik Tuminah warga Dusun Sempur Desa Seloliman Trawas. Dia membuat jamu kunyit asem dalam kemasan botol dibantu suaminya.
Selama ini dia menjual jamu lewat layanan pesan antar dan menitipkan di warung tempat wisata Jolotundo.
Ketua Kelompok 32 KKN Akbar Rahmadin menjelaskan, tim membantu Tuminah mengurus legalitas usaha supaya mendapat perlindungan hukum dan dipercaya konsumen.
”Juga mendampingi dalam branding dan pemasaran seperti membuatkan label kemasan, logo,” katanya dihubungi Jumat (23/2/2024).
Menurut dia, pembuatan logo dan kemasan penting untuk mengenalkan dan memberikan identitas terhadap merk. Pemasaran memanfaatkan platform media sosial untuk promosi dan memperluas jangkauan pasar.
Tuminah mengatakan, usaha jamu ini mata pencaharian keluarga. ”Kami titipkan di warung-warung wisata Seloliman. Juga menerima pesanan bagi warga sekitar,” katanya.
Dia mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa KKN Umsida yang membantu penjualan jamu.
Dia menjelaskan, jamu kunyit asem ini bermanfaat menyehatkan tubuh dan menyegarkan. Apalagi diminum dengan es batu atau dimasukkan kulkas. ”Harga per botol Rp 7.000,” ujarnya.
Bahan rempah kunyit hasil kebun sendiri di belakang rumah. Dia mengaku omset jualan jamu mencapai Rp 6,5 juta per bulan.
Penulis Nur Faktur Rahman Editor Sugeng Purwanto