PWMU.CO – Sejatinya, masyarakat Indonesia itu toleransinya sangat otentik. Kesadaran akan keberagaman dan hidup saling menghormati merawat toleransi antar sesama itu tinggi sekali. Namun, mulai ada yang mendestruksi toleransi dan keberagaman kita. Destruksi itu tidak lahir dari masyarakat namun lahir Dari destruksi politik.
“Laku Politik kita belakangan ini masuk pada level yang ‘memuakkan’ bagi mereka yang merawat nalar sehat. Karena cenderung destruktif dan merusak sendi-sendi rekatan kuat sosial antar kelompok, etnis dan agama,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak.
Laku politik rente yang menghalalkan segala cara dan mengabaikan kepentingan bersama, telah merusak rekatan sosial kita. Toleransi dijadikan alat politik. Orang yang berbeda, tidak setuju dan berbeda sikap politik distigmatisasi menjadi kelompok intoleran.
“Demikian sebaliknya, ada sebagian yang juga menggunakan agama sebagai alat politik, bukan justru meninggikan etika,” tuturnya.
(Baca: Dahnil A Simanjuntak: Tauhid yang Murni Itu Letaknya di Masjid dan Bertemu Pastor Fred S Tawaluyan, Inilah Pesan Toleransi Otentik dari Manado yang Disampaikan pada Dahnil Anzar Simanjuntak)
Narasi-narasi intoleran dan miskin etika itu lahir dari isi kepala politisi yang menghalalkan segala cara untuk menang dan berkuasa. Makna toleransi dimonopoli sesuka dan sesuai selera kepentingan politik.
“Maka Saya mengajak untuk stop perilaku seperti ini. Mari hadirkan toleransi yang otentik. Toleransi yang melahirkan dialog dan saling hormat-menghormati secara tulus bukan basa-basi politik.
(Baca juga: Di Depan Ribuan Pasukan, Dahnil Jelaskan Trilogi KOKAM dan Sampaikan Kondisi Nasional Terkini, Dahnil ‘Hibur’ Warga Muhammadiyah Tulungagung)
Untuk itu, lanjut Dahnil, yang harus dihadirkan adalah perilaku meninggikan akhlak politik atau etika Politik. Stop menghalalkan segala cara demi menegasikan lawan politik.
“Politik yang menghalalkan segala cara melahirkan perilaku politisi yang minus etika dan akhlak. Menghadirkan agama sebagai solusi bagi kehidupan sosial dan politik, sebagai perekat sosial bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,” pungkasnya. (ilmi)
Discussion about this post