PWMU.CO – Besuk sungai, Eco Bhinneka Banyuwangi Jawa Timur memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 bertema Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif.
Besuk sungai di Kali Baru, Siliragung, Banyuwangi Jawa Timur ini merupakan kegiatan untuk yang ketiga kalinya dalam rangka Anak Muda Eco Bhinneka Blambangan (Among) berinisiatif mengatasi sampah plastik di sungai untuk dijadikan ecobrick, Rabu, (21/02/2024).
Ketua komunitas Among, Mahatma Adi mengatakan, aksi ini diikuti oleh 32 pemuda lintas agama, kolaborasi dengan Merdeka Sampah PWNA Jatim, Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Siliragung, dan kader lingkungan SMK Muhammadiyah 8 Siliragung, yang merupakan sekolah dampingan Eco Bhinneka.
“Harapan kami, dengan ecobrick ini sampah yang ada di Kali Baru tidak berakhir di lautan. Sampah merusak ekosistem sungai dan laut. Ayo anak muda kita jadi pahlawan masa kini untuk lingkungan,” lanjut Mahatma yang juga aktif dalam organisasi Pemuda Hindu.
Dalam kegiatan ini, relawan diimbau untuk membawa gunting dan botol plastik bekas. Cara pembuatan ecobrick ini adalah dengan mengumpulkan plastik-plastik yang ada di area sungai kemudian dicuci bersih.
“Sampah plastik dipotong-potong kemudian dimasukkan ke dalam botol minuman plastik. Diharapkan botol bisa diisi padat dan penuh dengan sampah plastik dari bantaran sungai. Masing-masing ecobrick ditimbang untuk mendapatkan berat yang sama,” paparnya.
Zahrotul Janah dari Merdeka Sampah Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur sekaligus Sekretaris Among mengajak perempuan muda untuk terlibat aktif dalam aksi peduli lingkungan.
“Dengan terjun langsung, perempuan juga punya experience yang bisa dirasakan bahwa sampah-sampah yang bergelantungan di pohon-pohon pinggir sungai ini bisa jadi sampah dari rumah kita, lalu berakhirnya seperti ini,” katanya.
Ke depan, dia mengaku ingin melakukan audiensi dengan pejabat terkait untuk bersama-sama menangani pengelolaan sampah. “Di atas ini ada Tempat Pembuangan Akhir liar dan sempat terbakar beberapa waktu yang lalu. Tentu bukan hanya lokasi yang dibutuhkan. Namun juga edukasi dan kami siap menjadi bagian itu,” imbuh Zahro.
Pada program besuk sungai kali ini, nampak sampah plastik semakin banyak yang tersangkut di pohon-pohon berukuran 1-2 meter yang tumbuh di tengah aliran sungai. Jika air pasang, maka sampah plastik akan terbawa arus sungai dan berakhir di laut.
“Menurut penelitian, sampah plastik membunuh 1,1 juta hewan di habitat laut. Tentu fenomena ini tidak bisa didiamkan begitu saja, ancaman sampah itu nyata,” imbuh Zahro.
Oleh sebab itu, lanjutnya, pemanfataan ecobrick ini bisa untuk kursi, penahan longsor, bahkan ada yang sudah menjadikan rumah sebagai bahan pengganti bata atau batako. Plastik adalah bahan yang susah terurai, butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun. (*)
Penulis Zahrotul Janah dan Windarti Editor Nely Izzatul