PWMU.CO – Menjadi penulis produktif atau pesimis? Pilihan ini terlintas di benak saya setelah mengikuti Roadshow Milad Ke-8 PWMU.CO di Aula Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).
Roadshow tersebut diikuti kontributor dari Gresik, Lamongan, Surabaya Sidoarjo, Bojonegoro, dan Tuban, Sabtu (24/2/2024). Momentum ini meninggalkan jejak rasa untuk menentukan langkah saya.
Ajang ‘reuni’ ini sangat dinantikan para kontributor Dekolah Menulis PWMU.CO, termasuk saya, Tri Eko Sulistiowati asal Surabaya. Meski dengan jumlah peserta terbatas, namun saya yakin pertemuan ini bisa memberi peluang untuk berubah menjadi lebih baik.
Disadari atau tidak, aktivitas menulis bukanlah hal yang mudah bagi pemalas dan yang hanya mau coba-coba. Pastinya butuh istikamah dan tekad yang kuat untuk menyelesaikan sebuah tulisan menjadi berita yang enak dibaca.
Bertemunya kontributor dengan editor di satu tempat dan waktu yang tepat menjadi peluang charger (mengisi baterai) jitu. Untuk mengisi energi baru yang mampu mengubah ketidakyakinan pada kemampuan diri menjadi semangat baru dalam menyelesaikan tulisan.
Kesempatan untuk menggugah dan membangunkan kemalasan jadi motivasi utama saya memenuhi undangan dan memilih hadir. Walau sudah bisa saya tebak, akan ada jamu pahit yang harus saya telan.
Sebagai aktivis organisasi di Muhammadiyah dan Aisyiyah yang tak pernah sepi kegiatan, mendokumentasikan giat organisasi lalu mengirim ke redaksi PWMU.CO adalah hal ideal yang harus dilakukan seorang kontributor produktif.
Akan tetapi hal itu bisa berubah menjadi beku manakala penyakit malas menulis datang dan menyerang. Ditambah kurangnya komunikasi dan interaksi dengan editor dan kontributor lainnya yang bisa memengaruhi semangat kompetitif yang mulai memudar.
Itulah yang saya rasakan sejak memasuki tahun ketujuh PWMU.CO hingga saat ini masuk tahun kedelapan. Semangat menyelesaikan sebuah berita dalam satu kegiatan tak juga bisa saya kirim ke redaksi untuk dieksekusi.
Saya merasa kurang produktif karena kurangnya informasi kegiatan yang saya dapat di organisasi. Awalnya tak ada kabar. Lama-lama makin menjauh dan menghilang. Sehingga tak ada tantangan yang harus diselesaikan.
Kembalikan Semangat Menulis
Tujuh tahun bergabung sebagai kontributor bukanlah waktu yang sebentar untuk jadi pemenang atau stagnan. Hal ini saya sampaikan di sela roadshow itu ketika berjumpa dengan Sugiran, kontributor dari Situbondo yang sudah naik kelas jadi editor.
Sugiran memberikan tips fokus dan istikamah saat saya menanyakan cara bisa naik kelas di Sekolah Menulis PWMU.CO. Hal ini sangat saya sadari ketika saya semakin jauh tertinggal kelas walaupun sebenarnya kesempatan masih terbuka.
Kami berdua berangkat bersama dari tidak bisa menjadi bisa menulis dan mengirimkan tulisan setiap selesai berkegiatan. Stabilo yang diberi editor jadi ajang belajar mandiri yang mengasah kemampuan menulis lebih baik bahkan endingnya bisa jadi penulis buku yang produktif.
Kata Sugiran, “Yang pasti, jangan cepat menyerah. Lawan kemalasan dengan motivasi! Jadikan kritikan sebagai jamu pahit yang menyehatkan sehingga muncul semangat memberi manfaat dan menebarkan kemanfaatan.”
Di tengah waktu istirahat tak hanya menjadi waktu terbaik untuk saling bertegur sapa antara editor dengan kontributor, akan tetapi bisa jadi ajang curhat dan umpan balik yang mengembalikan semangat menulis.
Saya masih ingat pesan Pemimpin Redaksi (Pemred) PWMU.CO Mohammad Nurfatoni. “Bu Tri ini mood-nya tergantung angin. Ke mana angin membawa maka di situ ia menulis. Maka besok, saya beri tantangan liputan kegiatan agar semangat menulisnya kembali,” ujarnya.
Dengan optimis, saya menerima tantangan itu sebagai upaya membangkitkan kembali kemampuan mengolah kata menjadi kalimat berita yang enak dibaca. Selanjutnya, bangkit lalu melesat atau terlena lalu tidur adalah pilihan yang bisa menjadikan diri sebagai penulis produktif ataukah jadi penulis yang pesimis. (*)
Penulis Tri Eko Sulistiowati Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni