PWMU.CO – Ketua Aisyiyah Jatim, Dra Rukmini Amar MAp menegaskan kepada kader Muhammadiyah harus hafal kaidah Himpunan Putusan Tarjih (HPT).
Hal itu ia tekankan saat mengisi kajian pagi dengan tema Pemahaman Agama Menurut Muhammadiyah yang dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur secara online melalui zoom meeting, Ahad (25/2/2024).
Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur tersebut menjelaskan, ada empat ideologi yang perlu dipahami kader Muhammadiyah. Pertama adalah ideologi Keislaman. “Al Islam adalah agama yang dibawa Nabi. Sedang Dinul Islam lebih khusus bermakna ajaran atau agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW,” katanya.
Dia menjelaskan, bahwa agama Islam diturunkan oleh Allah SWT, yang termuat di dalam al-Quran dan tersebut dalam sunnah yang sahih.
“Agama Islam berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan umat manusia. Ternyata semua itu faedahnya untuk keshalihan atau kebaikan hamba dunia dan akhirat,” jelasnya.
Yang kedua ideologi Kemuhammadiyahan. Memahami agama secara benar sangat menentukan untuk dapat beramal secara tepat.
“Muhammadiyah memegang prinsip wasathiyah artinya seimbang. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah itu usaha maksimal tapi belum final. Artinya akan terus dikaji ulang. Tetapi kaidah HPT itu harus dihafal,” tegasnya.
Dia menjabarkan, dalam Muhammadiyah ada Risalah Islam Berkemajuan yang memuat lima karakteristik yaitu berlandaskan pada Tauhid, bersumber pada Al Quran dan As Sunnah, menghidupkan ijtihad dan tajdid, mengembangkan wasathiyah, serta memberi rahmat bagi semesta alam.
Ketiga, ideologi Keumatan. Bahwa umat yang menjadi ladang dakwah ada perorangan dan ada masyarakat.
“Dalam QS Ar Ruum ayat 30 disebutkan perintah agar manusia tetap berada pada fitrah Allah yang menciptakan. Karena fitrah adalah potensi dasar yang diberikan Allah pada manusia,” paparnya.
Potensi Dasar Manusia
Dia pun mengutip hadits Nabi kullu mauluudin yuuladu alal fithrah bahwa setiap manusia dilahirkan atas fitrah. “Pada dasarnya fitrah manusia itu kebenaran, kebaikan, keindahan. Bulan Ramadhan seharusnya mampu mengembalikan manusia pada potensi dasar tersebut,” ujarnya.
Keempat, ideologi Kebangsaan. Dia menjelaskan di QS al-An’am ayat 153, bahwa manusia diperintahkan mengikuti jalan yang lurus dan dilarang mengikuti jalan-jalan lain yang bisa menghambat kita mencapai tujuan yang lurus dan sebenarnya.
Dia pun mengambil contoh, di bangku perkuliahan ada salah satu mahasiswa yang mengajak temannya untuk tidak mengikuti mata kuliah tertentu agar terhindar dari tugas.
“Hendaknya mahasiswa tersebut merenungkan kembali tujuannya untuk menuntut ilmu, sehingga ia mampu kembali sabar menjalani proses nya dan tidak mudah tergoda gangguan,” ujarnya mengingatkan.
Menurutnya, _subulun_atau jalan-jalan cabang seperti ini dapat mengakibatkan perpecahan (dalam sebuah organisasi misalnya) dan menghambat tercapainya tujuan. Untuk itu, cara menangkalnya adalah dengan sifat taqwa yaitu taat pada aturan Allah SWT.
“Besar harapan saya untuk kader Nasyiatul Aisyiyah agar kelak melanjutkan tugas berat ibunda Aisyiyah mengamalkan dan menyampaikan ilmu agama. Saya siap memberikan pelatihan khusus,” katanya.
Rukmini juga berpesan, bahwa dalam pengamalan ilmu harus sabar baik bagi yang menyampaikan maupun yang mendengarkan.
“Di setiap akhir kajian sebaiknya membaca al ashr dan diikuti doa penutup majelis agar sama-sama dilimpahi kesabaran dalam menyampaikan kebenaran,” pungkasnya. (*)
Kontributor Yunia Zahrotin Nisa’ Editor Nely Izzatul