PWMU.CO – Simpan HP di saku ternyata bisa memicu kanker.
Hal itu dijelaskan dalam penyuluhan Yayasan Kanker Indonesia kepada guru SMK Muhammadiyah 1 dan 2 Vocational High School Taman Sidoarjo (Vocatama), Jumat (23/2/2024).
Pembicara Syafran menuturkan, lelaki bisa kena kanker payudara. Penyebabnya, pertama, suntik hormon untuk memperbesar payudara.
Kedua, radiasi HP di saku baju memicu kanker payudara. ”Kalau di saku celana pernah dilaporkan menjadi penyebab kanker prostat,” katanya.
Jadi, kata dia, hati-hati simpan HP di saku baju maupun celana.
Pada wanita, sambung dia, kanker payudara menempati pembunuh nomor satu.
Dia menjelaskan, faktor pemicu sel kanker adalah genetika, kimia, fisika, asap rokok , radiasi HP, makanan yang mengandung formalin, minuman bersoda, sosis, bakso, lontong, pewarna makanan, dan cara penyajian makanan yang salah, jamur aspergillus pada nasi menguning di magic jar.
”Juga penggunaan minyak goreng lebih dari tiga kali,” tuturnya.
Dia menuturkan, kanker payudara bisa dideteksi dini melalui rabaan maupun dengan alat mamografi (mamotest). Alat ini dapat mendeteksi keganasan sel.
”Kemungkinan juga kanker payudara bisa terjadi pada wanita yang tidak mau menyusui. Atau wanita yang menyusui hanya pada satu payudara maka payudara sebelahnya bisa terkena,” katanya.
Kalau punya benjolan berpindah-pindah atau ada kutil di payudara, ujar dia, patut waspada. Tanda itu bisa mengarah ke kanker getah bening.
Kanker serviks, dia menambahkan, menempati posisi kedua setelah kanker payudara. Penyebabnya bisa seks bebas, tidak menjaga kebersihan pakaian dalam.
”Papillomadan bakteri bisa berkembang pada keadaan lembab pakaian dalam,” katanya.
Dijelaskan, kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini berkembang pelan dan baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut.
”Oleh sebab itu, penting mendeteksi kanker serviks sejak dini sebelum timbul komplikasi serius,” pesannya.
Serviks atau leher rahim adalah bagian rahim yang terhubung ke vagina. Fungsinya untuk memproduksi lendir yang membantu menyalurkan sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual. Serviks juga berfungsi melindungi rahim dari bakteri dan benda asing dari luar.
Di Indonesia, kata dia, kanker serviks menempati peringkat kedua setelah kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak terjadi dari seluruh kasus kanker pada tahun 2020.
Tercatat lebih dari 36.000 kasus dan 21.000 kematian akibat kanker ini. Pengobatan kanker serviks tergantung pada stadium kanker yang dialami pasien dan kondisi kesehatannya. Tindakan yang dilakukan dokter meliputi kemoterapi, radioterapi, bedah, atau kombinasi dari ketiganya.
Peluang penderita kanker serviks untuk sembuh, menurutnya, lebih besar jika kondisi ini terdeteksi sejak dini. Wanita disarankan menjalani skrining kanker serviks secara berkala sejak usia 21 tahun atau sejak menikah.
”Pencegahan infeksi HPV yang dapat memicu kanker ini juga dapat dilakukan dengan menjalani vaksinasi kanker serviks sejak usia 10 tahun,” katanya.
Penulis Dian R. Agustina Editor Sugeng Purwanto