PWMU.CO – Beda penulisan naksah berita online dengan televisi menjadi salah satu materi acara Pendampingan dan Pelatihan Jurnalistik, Sekolah Toleransi, SMP Mudelta, Selasa (20/2/2024). Kegiatan tersebut diikuti oleh anggota Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) SMP Muldelta.
Anggota Forum Wartawan (Forwas) Sidoarjo Riko Hardiansyah hadir sebagai narasumber. Dai mengaku senang bisa berbagi ilmu dengan siswa-siswi SMP SMP Muhammadiyah 8 Tanggulangin (Mudelta) Sidoarjo.
Riko, sapaannya, menjelaskan perbedaan antara konten dan berita. Menurut reporter Trans TV dan CNN itu,konten dibuat berdasarkan analisisi dari diri si pembuat, sedangkan berita harus diperkuat minimal dengan dua narasumber
Materi lainnya adalah tentang cara penulisan: media cetak atau online ditulis dengan huruf kecil sedangkan naskah berita televisi ditulis dengan huruf besar semua (kapital).
Berita di televisi naskahnya tidak ditampilkan, tapi hanya diperuntukkan dan dibaca bagi dubber (pengisi suara) atau news anchor (pembaca berita). Tujuan penulisan huruf kapital adalah untuk membedakan antara huruf i, L, dan angka 1.
Tanda baca pada naskah berita yang dibacakan di televisi tidak seperti pada berita online atau cetak, misal tanda baca koma (,) diwakili dengan tanda (/) dan tanda baca titik (.) diwakili dengan tanda (//).
Riko mengatakan, kekurangan anak-anak ketika belajar menyusun berita adalah kesulitan merangkai kosa kata. Hal itu terbukti ketika ada dua siswa, Maulana dan Zuda Helmi, menampilkan berita yang dibuatnya, masih saja kurang memenuhi unsur 5W + 1H.
Hal lain yang disampaikan Riko soal judul. Menurutnya judul haruslah padat, jelas, dan menarik karena merupakan intisari dari berita.
Lissilmi Kaffah, guru Bahasa Indonesia di SMP Muldelta, berharap dengan adanya pelatihan jurnalistik kali ini siswa dan siswi bisa menyusun berita yang sesuai dan bisa menampilkan ataupun menyertakan gambar yang bisa mewakili berita. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni