PWMU.CO – Curhat kontributor ke editor mengisi sesi Sambung Rasa Editor-Kontributor. Di sesi itu Pemimpin Redaksi (Pemred) PWMU.CO Mohammad Nurfatoni mempersilakan para kontributor mencurahkan curahan hati (curhat) seputar penulisan berita dan komunikasi antara kontributor dengan editor.
Fatoni, sapaannya, mempersilakan editor yang hadir–Sugeng Purwanto, Ichwan Arif, Sugiran, dan Syahroni Nur Wachid (IT Support)–untuk duduk di sofa depan. Dengan tujuan, siap-siap menjawab curhat dari peserta Roadshow Milad ke-8 PWMU.CO di Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Sabtu (24/2/2024).
Fatoni memberi kesempatan semua peserta yang hadir untuk curhat berkaitan dengan berita yang selama ini sudah mereka kirim ke admin. Dalam sambung rasa ini, beberapa peserta tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya dan mengungkapkan ‘kekesalan’ kepada admin dan editor yang telah menerima dan mengedit naskah.
Di antaranya, ada kontributor Vivid Rohmaniyah dari Lamongan yang curhat saat dia diingatkan oleh admin karena mengirim tiga naskah dalam waktu bersamaan.
Fatoni menjelaskan, sebenarnya apa yang disampaikan oleh admin itu benar. “Sebaiknya memang begitu selesai menulis satu naskah berita segera kirim, jangan mengirimnya menunggu selesai penulisan berita lainnya, sehingga ada waktu untuk membaca secara seksama dan mendistribusikan ke editor,” katanya.
Tapi Vivid bersikukuh. Katanya, tiga berita yang dia kirim bersamaan itu dia kerjakan dalam waktu yang hampir bersamaan di saat kegiatan yang dia liput sedang berlangsung.
Mendengar penjelasan tambahan Vivid tersebut, Sugeng Purwanto menjelaskan, bila kasusnya seperti itu, yakni meliput suatu peristiwa penting dan langsung ditulis dalam beberapa angle berita, maka sebaiknya tidak kirim ke admin, melainkan minta izin ke pemred, sebaiknya di kirim ke mana.
“Nanti pemred yang akan mengaturnya,” kata SGP, sapaan mantan wartawan Surabaya Post itu.
Alur Pengiriman Berita
Fatoni lalu menjelaskan alur pengiriman naskah berita. “Yang pertama, melalui admin (WA 0858-5961-4001). Lalu admin meneruskan ke salah satu editor yang dituju. Permasalahannya, semua editor itu bekerja. Seperti saya di percetakan, Pak Sugeng editor buku, Pak Sugiran bisnis pupuk, dan Mas Ichwan Arif guru,” terangnya.
Editor lain yang tak bisa hadir ada yang jadi kepala sekolah (Ria Pusvita Sari), ibu rumah tangga (Nely Izzatul), PNS (Darul Setiawan), dan coeditor guru (Sayyidah Nuriyah, hadir sampai pukul 11.00).
Maka ia berpesan kepada kontributor untuk bersabar menunggu waktu luang editor. Tapi ada salah satu solusi yang harus dilakukan untuk mempercepat pemuatan berita itu, yaitu tulisan harus ‘naik kelas’.
Menurut Fatoni, salah satu ciri naskah yang baik, yang sudah naik kelas, adalah bisa dia terbitkan sambil menyetir mobil, karena nyaris sudah tak perlu ada editing. Dan untuk menerbitkan naskah seperti ini hanya butuh waktu 5-10 menit.
“Bayangkan kalau semua naskah yang masuk seperti itu, bisa cepat berita terbit dan kerja editor lebih enteng,” kata Fatoni sekaligus menjawab curhat yang mengemuka hari itu dari Mawaddah Syafriyanti (Jember), Eko Hijrahyanto Erkasi (Lamongan), Sri Aisan (Lamongan), Dimas Hasbi Assiddiqi (Gresik), dan lain-lain.
Cara agar tulisan cepat naik kelas, Fatoni menyarankan agar para kontributor secara disiplin menjalankan metode stabilo, yakni membandingkan antara naskah sebelum dan sesudah diedit, lalu memberi tanda warna dengan stabilo perubahan-perubahannya.
Dia lalu menyebutkan dua penulis PWMU.CO yang dulu rajin melakukan itu. Musyrifah dengan cara manual, benar-benar mengeprint naskah sebelum dan sesudah editing lalu menandai perubahan itu dengan penanda bermerk Stabilo. Sementara Sayyidah Nuriyah menggunakan ‘stabilo’ digital.
Baca sambungan di halaman 2: Jika Liputan Khusus