PWMU.CO – Menyambut Ramadhan refleksi diri dengan 5M disampaikan oleh Amrazi SFil I MPd, Anggota Majlis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur.
Dia mengemukakannya dalam Kajian Menyambut Ramadhan untuk guru dan karyawan SD Muhammadiyah 1 Krian Sidoarjo (SD Sakri), Sabtu (2/3/2024).
Mantan Kepala MTs Muhammadiyah 1 Taman itu memulai pengajian dengan mengatakan sebagai Muslim harus memiliki rasa syukur terlebih dahulu atas nikmat sehat wal afiat yang diberikan Allah.
Setelah itu Ustadz Amrazi, sapaannya, menyampaikan materi diri menyambut puasa dengan rumus 5M.
Pertama, muahadah atau mengingat perjanjian manusia dengan Allah). Dia menjelaskan, sebelum lahir ke dunia manusia punya dua perjanjian dengan Allah seperti yang tertuang di dalam al-Quran surat al-A’raf 172:
“Dan ingatlah ketika Alloh mengeluarkan dari tulang punggung keturunan Adam (manusia). Dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka sendiri seraya berfirman: ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu? Maka mereka (manusia) berkata”Kami bersaksi Engkaulah Tuhan kami’.”
“Janji yang kedua, yang kita ucapkan setiap hari dalam shalat sehari semalam sebanyak 17 kali yaitu di dalam surat al-Fatihah ayat 5 yang artinya ‘kepada-Mu-lah kami menyembah dan kepada-Mu-lah kami memohon pertolongan’,” ucapnya.
Menurutnya, dengan perjanjian ini seorang Muslim memahami bahwa tujuan hidup di dunia hanyalah untuk beribadah memurnikan Allah Azza wa Jalla. “Maka ibadah harus memurnikan niat tulus ikhlas kepada Allah, bukan untuk tujuan duniawi,” tuturnya.
Amrazi menjelaskan, orang yang beribadah itu ada tiga golongan, yaitu khasyi’un atau orang yang khusyuk, yang bisa menikmati shalat dengan adanya rasa rendah diri, tenang, dan menjaga waktu shalat.
Jangan Riya
Golongan kedua sahuun (lalai) yaitu orang yang menyia-nyiakan waktu shalat atau menunda-nunda.
Golongan ketiga raa’uun (riya’) yaitu ibadah, contohnya shalat karena ingin dipuji manusia. Riya’ ini ibarat semut hitam di atas batu hitam di malam hari sehingga sulit disadari bahwa hati telah riya’.
“Karena pintu riya yang masuk di tubuh kita ada tiga. Sebelum melakukan ibadah, saat melakukan ibadah, dan setelah melakukan ibadah,” ungkapnya.
Kedua, muraqabatullah artinya menghadirkan Allah ke dalam hati.
Seperti halnya ketika Ramadhan, umat Islam berusaha mencegah dari maksiat karena menghadirkan Ramadhan dalam hati. “Saat akan tergelincir dalam dosa selalu ingat bahwa saat ini sedang puasa dan akan berusaha menjaga pahala puasanya,” tutirnya.
Ketiga, muhasabah alias introspeksi diri. Yaitu mengoreksi kualitas ibadah di Ramadhan tahun kemarin dan ibadah setelah Ramadhan. “Karena Ramadhan menjadi tarbiah, melatih diri menjadi pribadi yang lebih baik. Begitu juga memperbanyak infak dan sedekah,” kata dia.
Keempat, muaqabah atau memberi hukuman kepada diri sendiri saat lalai melakukan kebaikan. “Supaya keburukan terhapus dengan kebaikan dan berusaha tidak mengulang kesalahan-kesalahan kecil yang sering dilakukan,” kata dia.
Kelima mujahadah yakni bersungguh-sungguh dalam melakukan kebaikan. Dia mengajak peserta untuk berusaha menjadi Mukmin sejati supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari. “Dan ibadah yang dilakukan bernilai pahala sehingga bisa masuk surga karena rahmat (kasih sayang) Allah),” pesannya. (*)
Penulis Ira Susanti Editor Mohammad Nurfatoni