PWMU.CO – Kok bisa Susi Pudjiastuti bersahabat dengan Haedar Nashir. Pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia tahun 2014-2019, Susi Pudjiastuti itu mengemuka dalam acara peluncuran buku Jalan Baru Moderasi Beragama Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir, di Auditorium Perpustakaan Nasional, Senin (4/3/2024) malam.
Di awal testimoninya, Susi Pudjiastuti memberikan ucapan selamat ulang tahun ke-66 kepada Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, “Semoga selalu sehat dan terus bisa memberikan fikiran besar kepada bangsa namun moderat.”
Kemudian dia menceritakan kedekatannya dengan Haedar Nashir. “Saya kenal Pak Haedar cukup lama. Ini merupakan satu kehormatan bagi saya setiap ada acara besar Muhammadiyah saya selalu diundang. Bahkan banyak orang yang tanya kok bisa seorang seperti Susi Pudjiastuti bersahabat dengan Prof Haedar Nashir,” tutur wanita kelahiran 15 Januari 1965 ini.
Susi kagum, meski antara dirinya dengan Haedar terdapat perbedaan. Namun, Haedar tetap mau menerimanya sebagai kawan.
“Tapi saya punya determination, mungkin sama, tetapi cara saya is very strong direct, kasar gitu ya. Pak JK tahu pasti. Tapi kalau Pak Haedar menerjemahkan determinationnya itu dengan begitu halus, tapi tegas begitu. Itu yang kadang-kadang buat saya betah ngobrol dengan beliau dan saya lihat beliau begitu sederhana,” ujarnya.
Susi juga bercerita soal tumbuh besar dari keluarga dengan budaya NU dan Muhammadiyah secara bersamaan. Dia menyebut kadang suka ada perdebatan di keluarganya.
“Jadi ini yang mendekatkan, kalau kita mau tarawih, ‘Kamu mah ke mana? Mesjid sana atau sana. Sana 22, sana 11‘. Nah kalau saya pergi ke yang 22, ‘Sopo seng perintah kowe, sembayang 22 kan capek toh, mbok ke sana yang 11‘ katanya. Tapi karena ibu ke sana, saya ikut yang 22. Jadi ibu NU, bapak Muhammadiyah,” cerita Susi.
“Saya pikir karena keluasan dan kebesaran pemikiran beliau dan moderasi, moderatenya pemikiran beliau sehingga ya, saya diberikan kesempatan dan kehormatan untuk bersahabat dengan Pak Haedar. Terima kasih. Permohonan apa pun kepada beliau itu mudah saja tidak susah-susah. Jadi begitu sederhana dan mudahnya beliau memberikan hand-nya untuk sahabatnya,” kata dia.
Lantas Susi menceritakan tentang calon mantunya yang dipimpin Haedar Nashir membaca ikrar syahadat.
“Ketika di Wonosobo saya bertemu dengan Pak Busyro (Busyro Muqoddas, Ketua PP Muhammadiyah), kemudian saya memohon agar calon mantu saya diikrarkan syahadat, apakah Pak Haedar bisa? Tiga hari kemudian Pak Busyro memberikan kabar bahwa Pak Haedar Nashir siap hadir kapan saja di Yogyakarta dan siap memimpin membaca ikrar syahadat,” kisah Susi.
Dari cerita itu, kata Susi, menunjukkan begitu sederhana dan mudahnya beliau untuk memberikan waktu untuk sahabatnya.
Selain Susi Pudjiastuti peluncuran buku juga dihadiri tokoh bangsa lainnya. Mulai dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy; Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin; Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim. Tampak juga Kapolir Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Kapolri Listyo Sigit Prabowo; pendakwah Adi Hidayat; dan lainnya.
Selain itu, hadir sebagai narasumber, mantan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla; Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo; dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Mohammad Nurfatoni