PWMU.CO – Rakerpim dan Raker BPP (Badan Pembantu Pimpinan) sukses digelar Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Bojonegoro. Acara berlangsung di Aula Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah (STIT) Jalan Setyo Budi No 03 Klangon Bojonegoro, Ahad (3/3/2024).
Kegiatan Rakerpim dan BPP tersebut mengangkat tema “Implementasi Kepemimpinan Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Kemajuan Bangsa”.
Hadir dari unsur Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) yang membuka acara, Badan Pembantu Pimpinan (BPP) serta Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Se-Daerah Bojonegoro. Setiap PCA mengirim 5 orang, jumlah total peserta 150 orang.
Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Bojonegoro, Zuliyatin Lailiyah SPdI menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua yang hadir, dari unsur PDM, BPP, dan PCA Se-Daerah Bojonegoro.
“Mohon maaf Rakerpim dan Rakerda PDA Bojonegoro periode 2022-2027 baru bisa dilaksanakan karena beberapa hal di antaranya menunggu tuntasnya konsolidasi (Musycab dan pengukuhan PCA) di bulan Desember,” katanya.
Sementara itu, imbuhnya, di Bulan Januari-Februari kegiatan juga sangat padat karena PDA harus mengikuti kegiatan di PWA.
Dia mengucapkan selamat kepada BPP dan PCA terpilih di periode ini semoga dapat mengemban tugas dengan baik. Mampu merawat amanah, meneladani kepemimpinan Rasulullah (kepemimpinan profetik) dan kepemimpinan transformatif.
“Mampu memotivasi, menginspirasi, memberdayakan, terbuka, toleran, progresif, mengimplementasikan kepemimpinan inklusif yakni terbuka dan mampu bersinergi, berkolaborasi baik internal maupun eksternal tanpa membedakan. Kepemimpinan kolektif kolegial,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro, Suwito MSi menyampaikan ucapan terima kasih atas kerjasama Aisyiyah dalam bergerak melalui organisasi.
“Yang namanya organisasi itu harus tertib dan mengikuti semua aturan yang ada, kuncinya sabar dan ikhlas, harus ada kecintaan dengan organisasi,” ujarnya.
Suwito berharap, kegiatan ini dapat mencetak perempuan berkemajuan mencerahkan bangsa. “Pertama tidak bercampur aduk dengan syirik (bertauhid yang benar). Kedua Memahami manghayati al-Quran dan sunnah. Ketiga, tajdid pembaharuan dalam semua dimensi kehidupan kecuali dalam ibadah tidak boleh diperbarui. Keempat toleransi (watasiyah) setuju dalam perbedaan,” katanya.
Dia mengingatkan, hendaknya Aisyiyah bisa menjadi contoh teladan di organisasi dan masyarakat pada umumnya. Begitu pula kewajiban sebagai seorang wanita, kewajiban seorang ibu harus bisa di jalankan dengan baik dan benar.
“Dengan memohon ridho Allah dan dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohim. Selamat bermusyawarah semoga dapat menjadi amal jariyah,” ujarnya. (*)
Penulis Dwi Anjarwati Editor Nely Izzatul