PWMU.CO – Menkes RI Budi Gunadi Sadikin menyatakan, “Muhammadiyah sangat besar peranannya untuk meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia.”
“Terima kasih, (Muhammadiyah) punya 171 perguruan tinggi,” ucapnya, Sabtu (9/3/2024) pagi.
“Cuma Fakultas Kedokteran (FK) baru 13, bisa ditambah, Pak,” ujarnya di hadapan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi dan Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya sekaligus Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr dr Sukadiono MM.
Selanjutnya, Budi mengungkap, “Saya sangat mendukung Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk menambah FK. Rumah sakitnya 125 itu sangat membantu kami.”
Waktu itu Budi Gunadi Sadikin menghadiri Peresmian Gedung At-Taawun Tower 23 lantai dan Groundbreaking Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM) UMSurabaya di halaman at-Taawun Tower, Jalan Raya Sutorejo No. 59, Dukuh Sutorejo, Mulyorejo, Surabaya.
Kemudian ia juga menilai, “Muhammadiyah kuat di sisi kesehatan dan pendidikan, di mana kesehatan penting sekali buat bangsa Indonesia.”
Agenda pagi itu dihadiri sejumlah tamu undangan penting, seperti Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI Prof Dr Muhadjir Effendy MAP, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ST MT, dan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Imam Sugianto. Hadir pula Konsulat Jenderal Australia di Surabaya Fiona Hoggart.
Jadi Negara Maju
Untuk menjadi negara maju, kata Budi, pendapatan rata-rata per kapita di Indonesia harus Rp 15 juta. “Sekarang baru sekitar Rp 5 juta. Jadi kita harus menaikkan tiga kali lipat rata-rata pendapatan rakyat Indonesia supaya masuk negara maju,” ujarnya.
Ia lantas mengingat, “Dalam sejarah bangsa-bangsa di dunia, yang bisa menjadi negara maju itu terjadinya dalam satu jendela waktu tertentu yang disebut bonus demografi.”
Karena saat itu, sambungnya, paling banyak ditemui masyarakat usia produktif, 15-64 tahun. “Ini adalah usia-usia yang bisa produktif mendapatkan income,” jelasnya.
Masalahnya, kalau jendela ini terlewati dan sedangkan negara tersebut tidak berhasil menjadi negara maju, kemungkinan menjadi negara maju lebih kecil.
Ia mencontohkan, gross domestic product (GDP) di Brazil dua kali lipat lebih tinggi dari Indonesia. “Kalau saya datang ke Puskesmas Brazil, isinya orangtua semua. Kalau saya datang ke Puskesmas Surabaya dan lainnya, isinya ibu-ibu dan anak-anak,” ungkapnya.
Melihat fenomena ini, Budi optimis, Indonesia punya kesempatan lebih untuk menjadi negara maju karena punya “bensinnya”. “Karena populasi kita masih muda. Brazil populasinya sudah tua,” terangnya.
Karena itulah, Budi mengingatkan, puncak bonus demografi Indonesia terjadi pada 2030. “Enam tahun lagi dari sekarang. Kita kasihlah 5 tahun, jadi 2030-2035 adalah kesempatan terbesar bangsa kita untuk naik jadi negara maju,” imbuhnya.
Kalau momentum ini terlewatkan, ia yakin, Indonesia semakin sulit menjadi negara maju. “Karena sudah lebih banyak orang-orang tua seperti saya, Pak Haedar (Ketum PP Muhammadiyah), Pak Menko PMK (Muhadjir Effendy),” ungkapnya.
Kalau mereka tidak bisa menaikkan GDP dalam 5-10 tahun ke depan, Budi menegaskan, “Kita berdoa ke anak kita, ke cucu kita. Karena tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk hidup sebagai warga negara maju, seumur hidupnya akan terjebak di negara menengah.”
Kesejahteraan Vs Kesehatan
Lantas apa hubungannya kesejahteraan dengan kesehatan? Budi menjawab ini dengan pertanyaan retorik, “Apa bedanya orang bergaji Rp 5 juta dengan Rp 15 juta? Orang yang gajinya Rp 15 juta pasti lebih sehat dan lebih pintar dari orang yang gajinya hanya Rp 5 juta.”
Ia yakin, kalau anak mengalami stunting maka tidak akan bisa pintar. “Jadi harus sehat dulu,” imbuhnya.
Dengan santai, ia mengungkap pembicaraannya dengan Mendikbud Nadiem Makarim. “Pak Nadiem mengurus kepintaran baru di PAUD. Usia 5-6 tahun. Kita mengurus kesehatan sejak dalam kandungan. Belum lahir saja sudah kita urus,” candanya.
Budi sebenarnya setuju keduanya, kesehatan dan pendidikan, sama pentingnya. “Keduanya penting dan dua-duanya ada di Muhammadiyah. Jadi kenapa saya sangat memohon sekali, kenapa datang ke sini, karena masa depan bangsa Indonesia, berhasil atau tidak berhasilnya, Muhammadiyah itu peranannya besar sekali,” ungkapnya.
Bukan hanya peran, sambung Budi, tanggung jawab Muhammadiyah besar sekali untuk membuat masyarakat Indonesia sehat dan pintar. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Sugeng Purwanto