PWMU.CO – Siswa SD Mugeb Gresik Jawa Timur belajar esensi sabar di acara Pesantren Kilat Darul Arqam, Jumat (8/3/2024).
Pagi itu, Jumat (8/3) lapangan timur SD Mugeb kembali dipenuhi oleh peserta didik beserta guru dan tenaga pendidik lainnya. Namun, Jumat pekan ini berbeda. Sebab, peserta didik tidak berkumpul di lapangan dengan tangan kosong.
Di tangan mereka terdapat Tabungan Ka’bah (Tabah) yang akan menjadi wadah peserta didik dan keluarga dalam menyalurkan infak harian di rumah selama bulan suci Ramadhan 1445H.
Suasana di lapangan juga terasa lebih bersemangat sebab alih-alih weekly morning ceremony seperti biasa, pagi itu akan diadakan upacara pembukaan untuk rangkaian kegiatan Pesantren Kilat Darul Arqam yang akan dilaksanakan pada saat bulan puasa mendatang, juga pelaksanaan kegiatan Tarhib Ramadhan sebagai ekspresi suka cita menyambut datangnya bulan suci tersebut.
Acara yang dipandu Raden Panji Hartono MPd itu dibuka dengan pembacaan Basmalah, yang dilanjutkan dengan sambutan dari kepala sekolah M Nor Qomari SSi.
Kemudian, sesi yang dinantikan pun tiba. Kehadiran sosok Kak Irul yang merupakan pendongeng Islami yang namanya sudah tidak asing di telinga para peserta didik di Gresik karena kemampuannya dalam berkisah.
Pria yang bernama lengkap Khoirul Huda MIKom itu membuka penampilannya dengan mengajak peserta didik menyanyikan lagu Kalau Kau Suka Hati yang liriknya diubah menjadi Islami.
“Apa nama agamamu yang benar? Islam!” Begitu kutipan liriknya.
Setelahnya, Kak Irul mengeluarkan selembar uang sebesar seratus ribu rupiah dan mengumumkan bahwa bagi peserta didik yang menyimak ceritanya dengan baik, maka dia akan berhak mendapatkan uang tersebut.
“Kak Irul bagi nanti yang paling tertib, baik, nanti langsung takkasih ini, cash,” katanya.
Kisah pun dimulai. Bercerita tentang seorang gadis bernama Naila yang harus menggembalakan hewan ternaknya seorang diri sebab sang ayah telah meninggal dunia. Suatu hari, saat Naila sedang menggembala kambingnya, cuaca mendadak berubah mendung dengan suara petir yang menyambar.
“Duar!!!” Suara Kak Irul mengejutkan para peserta didik. “Kaget, ya? Itu karena kalian belum ada persiapan,” jelasnya.
“Begitu pula dengan puasa. Kalau kita sudah ada persiapan, maka kita akan menjadi terbiasa,” imbuh Kak Irul.
Cerita pun berlanjut. Gerimis mulai turun. Ibu Naila kemudian mengajak Naila untuk kembali ke rumah. Naila pun menuruti ibunya walau harus dengan upaya lebih sebab kambing-kambingnya seolah enggan untuk diajak kembali ke kandang.
Setibanya di rumah, Naila bertanya pada ibunya dengan nada sebal mengapa dirinya yang cantik harus pergi menggembala kambing. Sang ibu pun kemudian berkata bahwa Naila harus bersabar sembari mencontohkan kisah nabi Muhammad SAW yang juga pernah menggembala hewan ternak.
“Sama, nih. Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan yang merupakan waktu bagi kita untuk belajar sabar,” terang Kak Irul.
Hari berganti. Di suatu sore, Naila sedang berjualan gorengan untuk takjil di bulan Ramadhan. Tak lama, datanglah Aldo, seorang anak dari kota yang kemudian mengejek Naila.
“Boleh, nggak ngomong kayak gitu? (re: mengejek teman)” tanya Kak Irul yang langsung disahuti oleh para peserta didik, “Nggak…!!!”
Naila yang terluka mendengar ejekan itu pun menangis dan berlari mengadu pada sang ibu. Ibunya pun kembali menyampaikan bahwa Naila harus bisa bersabar sebab Rasulullah SAW dulu juga tak jarang mendapat cacian dan hinaan dari kaum kafir Quraisy.
Cerita pun berakhir dengan pesan bahwa ketika kita didzalimi, maka kita bisa membalas perbuatan itu dengan kebaikan, kesabaran, dan kasih sayang. (*)
Penulis Septemdira Intan Sari Suprobowati. Editor Ichwan Arif.