PWMU.CO – Rambu menulis berita lolos editing disampaikan Editor PWMU.CO Sugeng Purwanto di acara Roadshow Milad Ke-8 PWMU.CO di Gedung Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Kediri, Sabtu (9/3/2024).
”Dalam proses editing, editor lebih suka mengambil berita yang sudah pressklaar. Tinggal benahi sesuai SEO lalu upload. Tidak sampai sepuluh menit berita sudah tayang,” kata Sugeng Purwanto yang pernah menjadi wartawan Harian Sore Surabaya Post selama 20 tahun itu.
Berita pressklaar, artinya, memenuhi kaidah penulisan 5W1H, susunan kalimat logis, bahasa dan ejaan benar, memenuhi kode etik jurnalistik. ”Sebagai media komunitas ada lagi tambahan kode etik jurnalistik Muhammadiyah,” jelasnya.
Karena itu dia meminta penulis website PWMU.CO memperhatikan rambu menulis berita lolos editing supaya berita yang dikirim cepat tayang.
”Setiap kontributor harus belajar memperbaiki tulisannya sehingga mempunyai kemampuan menulis berita pressklaar,” ujarnya.
Pertama, dia menjelaskan, berita adalah pengamatan satu peristiwa kemudian dikonfirmasi dengan wawancara narasumber yang berkompeten dengan kejadian itu.
”Narasumber kompeten itu adalah orang yang terlibat dalam peristiwa,” tuturnya. ”Tujuan wawancara untuk validasi peristiwa dan menggali data lebh lengkap. Berita yang sudah tervalidasi dijamin bisa dipertanggungjawabkan untuk dibaca masyarakat. Bukan berita hoaks.”
Misalnya, acara Roadshow di Kediri ini, narasumber yang kompeten bisa ketua panitia, Pemred PWMU.CO, pimpinan MPID, dan peserta yang hadir.
Kedua, penyusunan berita dengan kalimat logis. Setiap kalimat mengandung satu pokok pikiran. Antar kalimat menjelaskan sehingga cerita jadi runtut dan lengkap, tidak melompat.
”Kalau susunan kalimat membingungkan, pasti penulisnya bakal di-WA editor untuk tambah data atau ditanya maksud kalimat itu,” ujar Wakil Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini.
”Kalau di-WA editor langsung dijawab. Lewat dialog WA inilah sebenarnya terjadi proses pembelajaran menulis berita yang baik. Karena itu jangan tersinggung kalau editor bertanya lewat WA. Itu tanda sayang dari editor,” candanya.
Ketiga, pemilihan kata baku dan ejaan yang benar, sambung dia, juga membantu mempercepat proses editing karena tidak banyak yang diubah.
”Prinsipnya kata baku dan ejaan sesuai kaidah Bahasa Indonesia. Tapi ada beberapa kata yang khas penulisannya di PWMU.CO,” tuturnya.
Misalnya, penulisan transliterasi Arab al harus kecil dan dipisah kata sambung dengan kata bakunya. Contoh, al-Quran, Masjid al-Fattah, al-Baqarah.
Begitu juga menulis shalat, huruf shod ditulis sha. ”Kalau ditulis salat pernah diprotes pembaca karena bunyinya sama dengan salad buah,” katanya.
Dalam ragam bahasa jurnalistik, penulisan gelar tanpa titik koma. Jadi harus ditulis Prof Dr, SH, SE, MPdI dan sejenisnya.
Keempat, sesuai kode etik jurnalistik. Contoh, berita harus berdasarkan fakta bukan imajinasi. Ditulis secara cover both side dengan konfirmasi dua pihak kalau menulis berita berisi tuduhan atau perselisihan.
Kelima, sesuai kode etik jurnalistik Muhammadiyah. Berita yang ditulis harus sesuai dengan visi dan posisi Muhammadiyah.
Walaupun dakwah Muhammadiyah itu amar makruf nahi mungkar harus disampaikan dengan bahasa santun dan beretika.
”Tulisan yang sangat radikal atau mengkritik Ormas lain perlu dihindari. Pimpinan pusat maupun wilayah Muhammadiyah selalu mengingatkan kalau ada tulisan yang tidak patut dan dinilai tak sesuai posisi Muhammadiyah,” tandasnya.
Penulis Abdul Ghoni Mahmudi Editor Sugeng Purwanto