PWMU.CO – Raih emas di Olympicad Ke-7 2024, siswa SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya ditawari menjadi narasumber (narsum) di perkuliahan Universitas Muhammadiyah Bandung (UMB).
Aura kebahagiaan sang juara masih menyelimuti hati dua siswa Smamda Idzah Wildan Rahmanuh 11.6 dan Fabian Lucky Ariansyah 11.8 dalam perjalanan pulang menuju Surabaya, Jumat (8/3/2024).
Mereka berhasil membawa pulang medali emas dengan nilai tertinggi bidang Bussiness Plan Olympicad. Judul proposal mereka Collid Briquette: Ignite Brilliance, Fueling, Elegance berhasil menarik perhatian juri lomba.
Fokus pembahasan mereka adalah membuat arang ramah lingkungan yang mereka beri nama collid briquette dengan ditambahi ampas kopi sehingga dapat menambah durasi pembakaran dan mempermudah saat pembakaran.
“Latar belakang pembuatan arang briket ini adalah kami merasa prihatin bahwa jumlah karbon dioksida saat ini di atmosfer semakin bertambah setiap harinya. Seperti kita tahu, peningkatan jumlah karbon dioksida di atmosfer dapat memperparah terjadinya pemanasan global,” kata Fabian.
Dia menuturkan, arang briket milik kami ini memiliki inovasi yakni diberi campuran bahan ampas kopi sehingga emisi karbon dioksida yang dihasilkan saat pembakaran lebih sedikit dan tidak berasap.
Terciptanya ide arang briket ini memang berasal dari mereka yang dalam perjalanannya, Dora Rosella pembimbing lomba Bisnis Plan banyak memberikan masukan-masukan yang berarti.
“Berdasarkan pengalaman saya membimbing lomba Bisnis Plan, point utama penilaian juri adalah orisinilitas ide dan harus relevan dengan fakta yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari,” terang Dora.
Pengalamannya sebagai guru pembimbing Bisnis Plan tidak bisa dipandang sebelah mata, meski usianya terbilang masih muda namun guru ekonomi dengan pembawaan kalem ini pernah membawa siswa smamda meraih medali emas pada ajang ME Award 2022.
Dora pun optimis siswa di bawah asuhannya mampu mengharumkan nama smamda sebab dia melihat sendiri bagaimana siswa juara ini giat mengerjakan ide mereka di tengah-tengah kesibukan mereka sebagai pelajar.
“Awalnya kami sempat keteteran karena merasa waktu yang kami punya sangat pendek. Tetapi kami tidak mau menyerah. Kami kembali mengingat-ngingat bahwa tujuan utama kami mengikuti Olympicad ini selain ingin mengharumkan nama sekolah, kami juga ingin ide kami ini mengedukasi banyak orang bahwa ada lho alternatif bahan bakar yang dapat mengurangi emisi karbn dioksida di atmosfer,” ungkap Idzah.
Seperti yang mereka prediksi, ide mereka ini menarik para juri bahkan Idzah secara pribadi dikirimi voice note oleh panitia yang menjelaskan bahwa salah satu juri bisnis plan atas nama Lutfiah memberikan tawaran kepada mereka untuk menjadi narasumber di perkuliahan UMB yang pelaksanaannya melalui media zoom.
“Tentu saja mereka bahagia mendapat kabar ini, namun mereka tidak lantas menerimanya begitu saja sebab mereka akan mengkoordinasikan terlebih dahulu dengan guru pembimbing mereka,” terang Dora Rosella.
Idzah Wildan Rahmanuh mengaku senang dan maunya langsung mengiyakan tetapi kami berpikir kembali bahwa kami akan mendiskusikan terlebih dahulu dengan Bu Dora.
“Mempresentasikan ide kami di depan para juri tentu berbeda rasanya jika harus mempresentasikan di hadapan kakak-kakak mahasiswa,” urainya
Berita tentang mereka yang ditawari menjadi narasumber sampailah kepada orangtua masing-masing. Hal ini tentunya sangat membanggakan, namun senada dengan pemikiran anak-anak mereka bahwa para orangtua tetap menghendaki adanya bimbingan dari Bu Dora terlebih dahulu selain itu mereka menekankan putra-putranya untuk tetap kompak.
“Karena ini adalah kerja tim, maka kekompakan harus tetap terjaga. Jika ada perselisihan pendapat bisa dibicarakan baik-baik untuk dicari jalan keluar bersama dan mendalami materi briket sangat penting agar tidak grogi saat menyampaikan presentasi atau saat tanya jawab,” pinta Ida Ayu Furiani Wiratno, orangtua Fabian.
Siti Harisah, ibunda Idzah juga bersepakat tentang hal ini. Selain kelompok tersebut, satu lagi kelompok mata lomba Bisnis Plan juga menyumbangkan emas. Mereka adalah Romzy Norman 11.2 dan Raphaell Brilliansyah Prakoso 11.8 dengan judul proposal POCA (Pick up On your Canteen): Let POCA Saving Your Time.
Garis besar dari proposal mereka berupa jasa antrian makanan yang menggunakan website sebagai media melakukan transaksi, memesan makanan, dan melihat antrean.
Latar belakang dari ide ini adalah adanya sistem antrian di kantin yang kurang tertib, terstruktur dan terorganisir sehingga membuat siswa banyak kehilangan waktu istirahatnya, belum lagi ada siswa lain yang sering sekali main serobot antrian. Dalam mengerjakan proposal ini, Romzy dan Raphaell merasa waktu yang mereka punya kurang.
“Kami tidak sempat melakukan latihan presentasi karena waktu yang kami punya kami habiskan untuk membuat produk,” papar Romzy.
Lusy Prokamdiningrum orangtua Raphaell sudah memahami bahwa anaknya memang memiliki ketertarikan dalam membuat aplikasi.
“Raphaell pernah membuat aplikasi brinzshop yang sudah memiliki hak cipta namanya. Untuk pembayaran uang kas kelas, Raphaell juga sudah membuat aplikasi kasless dengan sistem pembayaran melalui gopay,” jelas Lusy. (*)
Penulis Era Restiani. Editor Ichwan Arif.