PWMU.CO – Jamaah Qiyamul Lail Ramadhan alias Tarawih berlangsung di Masjid Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo PCM Sukodono, Ahad (10/3/2024).
Usai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sukodono Dr Ir Dwi Songgo Panggayudi MM memimpin shalat Isya berjamaah, jamaah lanjut menyimak ceramah Ramadhan 1445. Penceramahnya Willy Masrur, Direktur PT Binar Inovasi Digital yang juga Anggota Majelis Tabligh PDM Sidoarjo.
Willy mengutip al-Quran surat al-Baqarah ayat 183.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Dia mengungkap, “Ayat ini menerangkan kepada semua orang yang beriman, yaitu umat Muslim, untuk menjalankan ibadah puasa. Allah yang dengan kasih sayang-Nya memanggil orang beriman, khusus hanya untuk orang beriman, yang diwajibkan berpuasa.”
Willy menilai, beruntunglah yang terpanggil sebagai orang beriman. “Mengapa? Orang beriman adalah orang yang berusaha dan dapat memenuhi seluruh kehendak Allah karena iman yang kuat di dalam hatinya,” jelasnya.
Ibarat mahasiswa yang mengerjakan skripsi, tesis atau tugas akhir untuk syarat kelulusan, sambung Willy, maka Allah pun menguji umat-Nya melalui ujian yang diberikan.
“Ciri-ciri orang beriman adalah selalu berjihad di jalan Allah. Ia mendirikan shalat dan menginfakkan hartanya serta mencintai Mukmin yang lain. Selain dicintai oleh Allah, seseorang yang beriman akan mendapatkan jaminan keselamatan dari Allah SWT. Dan mendapatkan Rahmat-Nya serta keberuntungan yang lain yang tidak terukur oleh manusia,” lanjut Willy.
Ia lalu mengisahkan dari hadits yang sahih, “Seorang Badui berlari menjauh setelah ia diberi bagian harta rampasan perang atau ghanimah oleh Rasullullah SAW. Ia tidak mau menerima harta tersebut.”
Ketika ditanya, jawabannya, ia hanya mau menghadiahkan kemenangan perang tersebut karena Allah. Ia juga jujur, jika diberikan kesempatan, ia ingin mati saat berperang dengan cara tertusuk panah di lehernya.
“Ternyata Allah mendengar doa orang Badui tersebut. Hal itu benar-benar terjadi. Hikmah dari kisah tersebut adalah kejujuran yang tulus maka Allah akan meluluskannya,” terang Willy.
Adapun terkait mengejar gelar setelah kelulusan ujian, bukan hanya gelar duniawi saja yang perlu. Gelar duniawi misal Pak Lurah, Pak Haji, Pak Dosen. “Namun ada gelar yang lebih hakiki yaitu gelar ukhrawi. Gelar yang kita kejar dan istikamah di jalan-Nya. Misalnya istikamah menghafal al-Quran, shalat malam, dan istikamah berinfak di jalan Allah,” tuturnya.
Terakhir, ia mendoakan, “Semoga kita bisa mengejarnya dengan berbuat baik secara istikamah di bulan Ramadhan dan berlanjut setelahnya, amin.”
Ia juga mendoakan para jamaah bisa menutup malam di bulan Ramadhan sepanjang satu bulan penuh dengan Qiyamul Lail Ramadhan. Istilah ini diambil dari Zainuddin MZ, bukan tarawih yang berarti shalat sepanjang malam. (*)
Penulis Dian Rahayu Agustina Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni