Nyaris Ditolak Juri, Konsep ‘Sekolah tanpa Pagar’ Kepala SMK Model Raih Medali Olympicad; Oleh Fela Layyin
PWMU.CO – Ajang perlombaan Olympicad di Bandung membawa kebanggaan tersendiri bagi Kepala SMK Muhammadiyah 8 Siliragung (SMK Models) Banyuwangi Muhlas Efendi ST. Pasalnya dia merupakan wakil satu-satunya kepala sekolah dari Banyuwangi yang mengikuti Lomba Best Practice Pengelolaan Sekolah (Kepala Sekolah) tingkat SMK. Hebatnya lagi, dia berhasil memperoleh medali perak.
Olympicad ke-7 diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Pusat Muhammadiyah diikuti ribuan peserta dari siswa, guru, dan kepala sekolah se-Indonesia pada Rabu–Jumat (6-8/3/2024) di Bandung, Jawa Barat.
Kepada PWMU.CO Muhlas menceritakan keikutsertaan lomba karena mendapat pesan dari Arbaiyah Yusuf— Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim 2015-2022—untuk menguji kemampuannya dalam memimpin sekolah dibuktikan dengan keberanian bersaing dengan kepala sekolah lain dari penjuru Indonesia.
Dia bercerita, hampir ditolak juri karena saya datang tidak membawa makalah. “Akhirnya saya negosiasi dengan juri untuk tampil di urutan terakhir saja karena ingin mempersiapkan makalah dulu. Masak saya juga sudah jauh-jauh datang dari Banyuwangi tidak boleh tampil,” ungkapnya sambil tertawa.
Mengusung tema Sekolah tanpa Pagar, Muhlas mempresentasikan dengan sangat baik sehingga berhasil memukau para juri. Bahkan ketika tampil presentasi sesi tanya jawab menjadi waktu paling lama di antara peserta lainnya.
Sekolah tanpa pagar ini membahas mengenai bagaimana karakter disiplin siswa bisa dibentuk melalui peraturan sederhana tetapi dinilai memberatkan bagi sebagian siswa yang suka membolos.
“Kebijakan sekolah tanpa pagar kita sosialisasikan kepada wali murid dalam rapat tahunan, dan kita berikan pilihan, jika wali murid keberatan boleh memindahkan anaknya ke sekolah lain,” katanya. Ternyata ketika disosialisasikan mayoritas atau 98 persen wali murid tidak keberatan dengan peraturan ini.
Dia menerangkan, sekolah tanpa pagar konsepnya adalah siswa yang membolos sekolah dan tidak shalat Dhuhur berjamaah di masjid sekolah akan dengan suka rela menyumbang satu sak semen ke sekolah.
“Jadi satu hari membolos maka hitungannya satu sak semen. Tinggal mengalikan saja siswa ini bolos berapa hari maka sumbangan semennya juga sesuai dengan jumlah harinya,” jelasnya.
Ketika diumumkan meraih medali perak, Muhlas Efendi sudah dalam perjalanan pulang sehingga tidak mengetahui jika menjadi juara. Informasi meraih perak disampaikan melalui chat WhatsAap oleh koordinator lomba Best Practice Pengelolaan Sekolah Dr Muhtadin Tyas MM. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni