PWMU.CO – Wideng, kepiting yang berwarna hitam, merupakan salah satu modal kebersamaan bagi guru-guru Aisyiyah di Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik.
Kepala TK Aisyiyah 16 Wotan, Panceng, Qoratul Aini SPd, menceritakan hal itu kepada PWMU.CO, Rabu (13/3/2024).
Sebelumnya, dia bersama 32 orang—terdiri dari: 7 utusan pengelola amala usaha Aisyiyah (AUA) , 13 kepala TK dan 13 guru Aisyiyah—dari Kecamatan Panceng, menjadi peserta terbanyak sebuah pelatihan.
Yakni Pelatihan Peningkatan Kompetensi Kepemimpinan Guru Taman Kanak-Kanak dan Kelompok Bermain Aisyiyah serta pengelola Amal Usaha Aisyiyah (AUA) se-Kabupaten Gresik di Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Ahad (3/3/2024).
Soal banyaknya utusan dari Panceng itu, menurut Qoratul Aini, sebagai salah satu bukti kebersamaan yang dipupuk melalui, di antaranya, makan bersama yang salah satunya menunya adalah wideng.
Ia berharap peserta yang mengikuti pelatihan itu, terutama guru Aisyiyah, memiliki wawasan yang luas. Kemudian bisa saling bekerja sama dengan pengelolanya. “Biar chemistry-nya muncul,” terangnya.
Kedekatan antarsesama guru sendiri sudah terbentuk sudah sejak lama. Salah satunya melalui makanan. “Ya, setiap ada pertemuan, kita mesti janjian membawa makanan apa gitu, nanti di makan bersama-sama,” ucapnya.
Seperti di sela-sela pelatihan kemarin, beberapa guru dari AUA Panceng lesehan makan bersama menu yang mereka bawa.
Tidak hanya saat pelatihan, saat mengikuti acara di Bawean, mereka membawa wideng. “Kita bawa satu kresek besar, sudah matang. Di kapal kita makan bersama-sama teman-teman dari Panceng,” ceritanya.
Kebersamaan kami, lanjutnya, terlalu solid, sampai tidak bisa terpisahkan. Permasalahan yang ada bisa disatukan kembali dengan acara makan-makan. “Saat makan bersama-sama, perasaan kita menjadi satu, di situ akhirnya bisa muncul solusi,” jelasnya.
Aini, sapaan akrabnya melanjutkan, di Panceng ada paguyuban Aisyiyah Panceng. Setiap dua bulan sekali mereka mengadakan pertemuan khusus untuk guru, kepala sekolah dan pengelola dari masing-masing ranting. “Dan setiap selesai acara pertemuan kita mesti bancaan, makan bersama-sama,” ujarnya.
Hal ini dibenarkan oleh Iis Rofidah SPd, Ketua Paguyuban Guru Aisyiyah Panceng.
Mereka melakukan pertemuan untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang ada. Misalkan saat ada even maupun lomba-lomba, “Persiapan lombanya nanti bagaimana, supaya nanti berprestasi di lomba itu bagaimana,” ucapnya.
Bagaimana nanti nama Aisyiyah itu bisa muncul dan berhasil setiap ada even. “Seperti dari Pantenan, Banyutengah, dan Wotan yang sering mendapatkan prestasi,” ucapnya.
Setelah sharing, dilanjutkan dengan makan siang bersama. “Seadanya, nggak harus dipaksa harus istimewa makannya, yang penting makan bersama,” lanjut kepala TK Aisyiyah 12 Pantenan ini
Adanya pelatihan ini, Iis berharap bisa memaksimalkan kembali kegiatan-kegiatan Aisyiyah yang ada di cabang maupun di ranting. Semua guru bisa mengikuti kegiatan Aisyiyah yang ada. “Guru-guru bisa mendukung, men-support dan ikut andil dalam kegiatan Aisyiyah tersebut,” harapnya.
Bagi lembaga, baik kepala TK maupun guru bisa lebih maksimal lagi dalam menjalankan tugas. “Bagi saya sendiri, saya bisa menjadi pemimpin yang lebih baik lagi dan bisa menjalankan tugas sesuai porsi saya,” tambahnya.
Saat dihubungi melalui WhatsApp, Rabu (13/3/2024), Aini mengatakan puasa dan organisasi itu seirama. Dalam organisasi ada kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan pada bulan Ramadhan.
“Seperti tadarus bersama ibu Aisyiyah dan NA di mushala, menghadiri ifthar di masjid satu bulan penuh yang diadakan majelis tabligh, berbagi takjil bersama anak-anak TK, tadarus pagi bersama ibu-ibu wali murid, dan melakukan bakti sosial bersama anak TK,” ujarnya. (*)
Penulis Anik Mas’ud Editor Mohammad Nurfatoni