PWMU.CO – Siswa Berlian School kelas III-IVmengikuti kegiatan Pesantren Kilat Darul Arqom (PKDA), Kamis (14/3/2024).
Dalam acara tersebut pemateri Wakil Kepala SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School) Muhammad Taufiq MAg menyampaikan, PKDA adalah kepanjangan dari Pesantren Kilat Daarul Arqom.
“Pesantren yang artinya mondok atau mencari ilmu, kilat artinya cepat, daar artinya rumah dan Arqom adalah salah satu sahabat nabi yang rumahnya juga digunakan untuk menimba ilmu bertauhid di jalan Allah,” katanya.
Dalam beberapa refrensi menyebutkan bahwa makna Ramadhan adalah panas menyengat atau membakar. Maksud dari menyengat atau membakar menurut tafsir imam al quthuby adalah Ramadhan bulan dimana digugurkan serta dibakarnya dosa-dosa dan kesalahan.
“Karna di bulan Ramadhan kita diwajibkan untuk berpuasa, puasa merupakan salah satu amal sholeh yang mampu menghapus kesalahan,” jelasnya.
Seperti yang dijelaskan dalam hadist “مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَنًا وَ احتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَ تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه بخاري و مسلم)”
Sedangkan arti puasa adalah menahan, yakni menahan dari segala sesuatu yang membatalkan puasa.
Taufiq juga menjelaskan beberapa hal yang dapat merusak puasa, diantaranya marah-marah, menghina teman, membohongi orang tua dan lain sebagainya. Oleh karena itu, tegasnya, kita wajib menjaga diri dari semua hal yang dapat merusak puasa kita.
Dia menyampaikan dasar perintah dari berpuasa ada pada surat al-Baqoroh ayat 183. Tidak hanya umat- umat Nabi Muhammad yang diwajibkan untuk berpuasa, namun beberapa nabi sebelum Nabi Muhammad pun juga dianjurkan berpuasa seperti contoh puasa di zaman Nabi Daud.
“Puasa Daud, puasa yang dilakukan dengan sehari puasa sehari berbuka selama satu tahun penuh,” katanya.
Diakhir penyampaian materi Taufiq menampilkan video yang menggambarkan perang Badar, perang yang terjadi di Masa Rasulullah di bulan Ramadhan.
Siswa menyaksikan video dengan seksama hingga di sesi tanya jawab, Mochammad Zakir Maulana siswa kelas IV Al Hambra bertanya, “kenapa perang zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang. Kalau dahulu masih perlu menunggu kalo melakukan penyerangan dan perang zaman sekarang kenapa langsung serta membabi buta?”
Taufiq menjawab, Kalau perang di zaman dahulu memang harus menunggu kesepakatan, perang zaman dahulu mmiliki kode etik dalam berperang. Sedangkan zaman sekarang perang dilakukan secara tiba-tiba.
“Islam membolehkan perang dengan aturan, diantaranya karna orang Islam didzalimi, tidak boleh membunuh anak-anak dan perempuan dan tidak boleh merusak fasilitas umum seperti tempat ibadah, rumah sakit dan lain sebagainya,” tambahnya. (*)
Penulis Novia Qurrati A’yunina. Editor Ichwan Arif.