PWMU.CO – Canda Abdul Mu’ti soal lima kelompok warga Muhammadiyah usai pemilu.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd dalam Kajian Ramadhan 1445 PWM Jatim bertempat di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Sabtu (16/3/24).
Di awal, Mu’ti yang membawakan tema “Menunaikan Amanah, Menepati Janji Politik” itu mengatakan, “Saya bicara harus hati-hati, pertama karena ini siang hari, waktunya istirahat. bulan puasa. Kedua, saya bicara harus hati-hati karena saya bicara di hadapan orang-orang yang sedang patah hati,” ujarnya disambut senyum hadirin.
Mu’ti juga mengatakan, harus hati-hati karena sedang berbicara di depan orang yang sedang berduka cita. Tentu saja ini menjadi bagian dari realitas yang mau kita sikapi dengan cara bagaimana.
“Kalau saya melihat pemetaan secara teologis. Melihat realitas pemilu walaupun semuanya masih quickcount. Saya kira hasilnya tidak jauh-jauh menyimpang dari itu,” kata dia.
“Tadi saya bicara secara nonformal dengan Kang Eep Saifullah. ‘Kang bagaimana membuktikan kecurangan itu? Kang Eep bilang, jika membuktikannya bisa, tapi mengubah hasilnya tidak bisa. Karena hasilnya akan seperti quickcount itu,” jelasnya.
Lima Kelompok Warga Muhammadiyah
Nah karena itu, Mu’ti melihat sikap warga Muhammadiyah itu ada lima kelompok. Satu kelompok Mu’tazilah. “Sikapnya bagaimana? Lawan. Amar makruf nahi mungkar itu doktrin wajibnya mu’tazilah, jadi lawan. Walaupun lawannya bagaimana pokoknya lawan dulu,” ucapnya disambut tawa.
Kelompok kedua, kata dia, adalah jabariyah. Kelompok fatalistis ini berpendapat udah pasrah saja. “Mereka mengucap ‘ya wis piye meneh’, ‘anane ngunu kuwi’. Saya kira begitu sikap Jabariah,” tuturnya.
Ketiga kelompok murjiah. Yakni kelompok wait n see, lihat dan tunggu dulu. “Kalau ekspresinya Murjiah itu seperti ‘piye jal, piye nih‘, ‘wait and see;,” jelasnya.
Keempat adalah kelompok Ahlussunah. “Mereka menyikapinya dengan sikap tengah, ‘ga bahaya ta?’,” ujarnya disambut gerr peserta kajian Ramadhan.
Nah, yang repot itu kelompok Khawarij. Kelompok Khawarij ini memang terkenal sangat ekstrem. “Kelompok ini berkata habis-habisi, tolak semuanya. Kira-kira begitu. Termasuk yang mengusulkan DPR dibubarkan itu khawarij sepertinya,” candanya.
Abdul Mu’ti kemudian menyampaikan jika ini sekadar pembuka kata saja. Supaya bapak-bapak tidak terlalu tegang.
“Karena ini tadi pesannya Pak Biyanto kenapa di taruh di sesi siang ini, karena memang sesi ini sesi yang berat. Dan memang melawan ngantuk itu suatu pekerjaan yang tidak mudah untuk kita lakukan. Karena itu saya memilih berdiri, karena kalau duduk nanti saya juga ikut ngantuk,” ucapnya. (*)
Penulis Darul Setiawan.