PWMU.CO – Abdul Mu’ti: Bangsa Indonesia mengalami krisis kepercayaan, mutual distrust yang serius.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd dalam Kajian Ramadhan 1445 PWM Jatim bertempat di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Sabtu (16/3/24).
Mu’ti mengatakan, jika kita sekarang mengalami masalah sosial yang sangat serius. Mutual distrust atau saling tidak percaya yang luar biasa itu sekarang yang sedang kita hadapi sebagai masalah bangsa yang sangat serius.
Kita coba membangun soal kepercayaan itu. Misalnya untuk pemberantasan korupsi, kita percayakan kepada KPK untuk menunaikan tugasnya. Tapi ternyata KPK korupsi juga. “Lalu siapa yang akan kita percaya soal pemberantasan korupsi itu,” tanyanya.
Persoalan Mutual Distrust
Kita ingin cari keadilan di pengadilan. Tapi apa yang terjadi pada hakim-hakim kita itu. Kemudian yang ketiga, ini termasuk kritik pada lembaga-lembaga agama. “Kita minta nasihat pada para ustadz. Tapi ustadznya sendiri juga bermasalah,” jelasnya.
Ini, lanjutnya, merupakan masalah yang serius. Di mana kita sebagai bangsa sedang mengalami krisis kepercayaan. “Dan persoalan mutual distrust itu tidak bisa kita anggap sebagai masalah yang sederhana. Karena implikasinya bisa terstruktur, masif, dan sistematis,” paparnya.
Jadi itu bisa ke mana-mana dampak mutual distrust itu. “Sehingga kemudian, kalau Prof Biyanto tadi cerita mengenai pesawat yang pilotnya tidur. Sehingga sekarang itu kita tidak hanya punya pemimpin yang dia itu tidur, tapi pemimpin yang dia itu ngawur,” selorohnya.
Ndak usah dicari contohnya, akan sangat mudah untuk menemukannya. Yang dalam ungkapan klasik dalam kritik budaya Jawa itu disebut Petruk Dadi Ratu. “Petruk yang maqamnya Petruk kok jadi ratu ya diobrak-abrik semuanya,” ungkapnya.
Realitas Politik
Kita tidak ingin menyoal itu, karena itu adalah realitas politik, yang memang Muhammadiyah punya konsen yang sangat serius sejak lama. Ini tidak bisa kita biarkan, tetapi juga tidak bisa kita bubarkan negeri ini.
“Pilihannya memang pilihan yang pahit dan pilihan ahlussunah itu. Yang tidak bisa diambil semuanya jangan dibuang semuanya. Itu pilihan ahlussunah yang sangat wasatiyah. Sehingga lembaga-lembaga tetap harus ada,” terangnya.
Pemimpin negeri ini juga harus ada. Tidak mungkin negeri ini tanpa pemimpin. Dan kita bisa menggunakan teori manapun untuk menyikapi kepemimpinan yang ada. “Dan Indonesia itu rumah kita. Indonesia itu maujud itu sebagiannya karena andil Muhammadiyah,” tuturnya.
Kemarin di Pengajian PP Muhammadiyah di Jogja, Prof Robert Hefner bahkan mengatakan salut pada Muhammadiyah. Karena organisasi ini bersama elemen bangsa yang lain merupakan kelompok yang memang berperan sejak awal untuk terbentuknya Indonesia.
Bahkan mungkin bisa dibayangkan, kalau tidak ada Muhammadiyah maka tidak ada Indonesia. “Bagaimana peran kemanusiaan Muhammadiyah dan peran Muhammadiyah membangun integrasi sosial yang luar biasa,” ucapnya. (*)
Penulis Darul Setiawan.