PWMU.CO – Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur 2019-2024, menceritakan perjuangan Abu Ayub Al-Anshori dan Muhamad Al Fatih dalam peperangan menaklukkan Konstantinopel.
Demikian disampaikan dalam acara Kajian Ramadhan 1445 HPWM Jatim bertema Menunaikan Amanat Kepemimpinan di Aula Ahmad Dahlan Umsida, Sabtu (16/3/2024) sore.
Di awal Khofifah mengomentari tema yang diberikan kepadanya dalam Materi ke III, Bersama Membangun Jawa Timur Berkemajuan.
Dengan tema ini, kata Khofifah, Muhammadiyah jauh lebih menyiapkan konsep-konsep bagaimana sebenarnya membawa kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kenegaraan dalam proses gerakan dakwah berkemajuan, ada gerakan tajdid, gerakan ilmu, dan ada gerakan amal.
Kemudian, Khofifah mengajak kalau ingin membangun bagaimana gerakan tajdid, gerakan amal, dan ilmu maka salah satunya harus menyiapkan sosok pengubah. Karena setiap pemimpin formal maupun nonformal harus siap menjadi sosok pengubah.
“Karena ketidakpastian dunia adalah keniscayaan hari ini. Ketidakpastian sering kali memberikan multiefek di bidang ekonomi, sosial, keagamaan, dan bidang lainnya,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Khofifah harus siap menjadi sosok pengubah. “Bagaimana cara mengubahnya” tanya Khofifah.
“Maka iki jawabane, setiap pemimpin harus punya inovasi, setiap pemimpin harus mau membuka kolaborasi dan kemudian seorang pemimpin harus bisa membangun sebuah inisiasi-inisiasi,” kata Khofifah.
Madinah
Dia menambahkan, Madinah, masyarakat mutamaddin ini menjadi penting, bagaimana yang kaya tidak mengisap kepada yang kecil dan yang kecil juga mendapat ruang untuk melakukan penguatan.
“Pola-pola yang selalu memberikan keberadaban dari seluruh proses kehidupan, apakah ekonomi, apakah ketahanan nasional, sosial, dan apakah politik. Bagaimana mengajak bersama-sama memberikan penghormatan yang satu dengan yang lain,” jelasnya.
Kemudian Khofifah bercerita, “Tiga hari yang lalu saya bercerita dengan Cak Indra dan Mas Firdaus. Saya menyampaikan berkeinginan untuk ziarah ke makam Abu Ayub Al Anshori. karena Abu Ayub Al Anshori adalah kaum Anshor dan juga termasuk yang mendapat kemuliaan dari Allah SWT menurut saya,” kata perempuan yang pernah menjabat sebagai Menteri Sosial Indonesia ke-27 dari tanggal 27 Oktober 2014 hingga 17 Januari 2018 ini.
Lebih lanjut, kata Khofifah, Rumahnya Abu Ayub juga pernah ditinggali Nabi Muhammad SAW. Dia adalah pejuang yang luar biasa dan prajurit andalan yang tidak terlewat dari perjuangan peperangan Rasulullah.
“Di perang Badar, Uhud, dan Khandak juga beliau selalu tampil. Bahkan setelah umur 80 tahun, saat Bani Umaiyah Yazid Bin Muawiyah mengajaknya mengikuti perang untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau semangat berjuang yang tidak kenal lelah,” kata Perempuan kelahiran 19 Mei 1965 ini.
Tiga Poin Penting
Poin-poin penting yang dapat kita ambil dari cerita itu, pertama semangat perjuangan tidak pernah lelah dari Abu Ayub Al-Anshori. “Selain itu juga pada saat usia lebih dari 80 tahun masih mau diajak perang menaklukan Konstantinopel,” tuturnya.
Kedua, Khofifah menceritakan Muhammad Al Fatih yang berhasil menaklukkan Konstantinopel yang kemudian berubah menjadi Instanbul.
“Alfatih tidak serta merta melakukan proses penaklukan. Tapi ada proses yang dilakukan, pertama mengumpulkan anak-anak pintar di negerinya, kedua yang dipilih Alfatih adalah anak muda yang taat beribadah. Jadi dua poin ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan,” kata Mantan Gubernur Jatim ini.
Ketiga, kata dia fisik yang tangguh. “Ini menjadi bagian penting bagi anak muda di lingkungan Muhammadiyah dan anak muda di negeri ini yang pintar dan taat beribadah,” katanya.
Taat beribadah tadi Khofifah mengambil referensi dalam surat Lukman ayat 13
يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Dalam surat Lukman ini, kata Khofifah menceritakan seorang ayah yang mengajarkan kepada anaknya tentang akidah, syariat, dan adab.
“Jadi Alfatih itu ketika merekrut tentara yang bisa menumbangkan Konstantinopel adalah anak pintar dan taat ibadah (syariat),” ujarnya.
Jadi menurut Khofifah, Muhammadiyah ke depan membutuhkan orang seperti cerita tadi, yaitu pintar dan juga taat beribadah. Karena itu yang akan bisa menjadikan pengendali diri masing-masing.
Kajian ini dihadiri jajaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah (PDM-PDA) se-Jatim; serta Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), organisasi otonom (Ortom), dan majelis dan lembaga PWM se-Jatim.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Mohammad Nurfatoni