PWMU.CO – Agar Khittah dan Kepribadian Muhammadiyah Tetap sebagai Gerakan Dakwah, karena kepentingan menegakkan Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd dalam Kajian Ramadhan 1445 PWM Jatim, yang bertempat di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Sabtu (16/3/24).
Abdul Mu’ti sebelumnya menjabarkan peran kontrol Muhammadiyah pasca pemilu. Menurutnya, dalam kaitan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah bisa melakukan kontrol politik, sosial, dan spiritual, agar para politisi dan pejabat negara itu tidak mengingkari janji-janjinya dan senantiasa menunaikan amanah yang mereka sudah siap memikulnya.
Secara politik, sambungnya, Muhammadiyah bisa mengontrol melalui kritik-kritik atas kebijakan yang secara konstitusional tidak tepat untuk dilakukan, dan itu juga sebagiannya sudah dilakukan dan memang sebagiannya berhasil dan sebagiannya belum berhasil.
“Tapi kita bisa melakukan itu, tentu tetap dalam wewenang dan wilayah sebagai masyarakat madani atau civil society,” imbuhnya. Muhammadiyah, kata dia, bisa melakukan kontrol sosial sebenarnya, dan itu sudah banyak dilakukan.
Lalu yang ketiga adalah kontrol spiritual dalam bentuk tawasau bilhaq dan tawasau bisshabr itu pengertiannya adalah kontrol spiritual.
“Sehingga Muhammadiyah harus terus melakukan engagement atau pertautan dan komunikasi dengan para politisi dan penyelenggara negara agar mereka senantiasa dapat menunaikan amanahnya,” jelasnya.
Agar Tetap sebagai Gerakan Dakwah
Kedua, Muhammadiyah dapat melakukan engagement dengan memberikan mereka masukan-masukan, bagaimana agar mereka dapat menunaikan amanah-amanah itu dengan sebaik-baiknya juga.
“Jadi, Muhammadiyah itu tidak boleh kemudian, karena yang tampil itu bukan bagian dari kita, bukan yang kita dukung, kemudian kita jelontorkan saja, saya kira itu bukan bagian dari sikap yang harus kita lakukan,” jelas Mu’ti.
Karena menurutnya, kepentingan untuk menegakkan Indonesia ini, itu jauh lebih penting dari pada orang-orang tertentu atau partai-partai tertentu.
“Itu menurut saya, peran yang bisa dimainkan Muhammadiyah, sehingga tetap bisa berada pada khittah dan kepribadian sebagai gerakan dakwah dan kemudian kita mengaktualisasikan dakwah kita itu dalam ranah politik kebangsaan dengan peran-peran yang bermakna dan tentu saja menuntut kecerdasan dan kearifan,” terangnya.
Dan dalam hal tertentu menuntut resiliensi atau ketahanan. “Sehingga dengan itu insyaallah Muhammadiyah tetap bisa bertahan,” tandas Mu’ti.
Penulis Darul Setiawan.