Bangkrut, Rugi, atau Beruntung oleh Drh Zainul Muslimin, Bendahara PWM Jatim.
PWMU.CO – Kriterianya sudah sangat jelas kalau hari ini lebih buruk dari kemarin disebut bangkrut. Ketika hari ini sama dengan hari kemarin, rugi, merugi. Ketika hari ini lebih baik dari hari kemarin, beruntung.
Agar lebih terukur maka hari kemarin itu dimulai saat kapan dan mulai dari berapa? Orang-orang keuangan menyebutnya cut off.
Betapa sulit untuk mengukur sekaligus menera, menghitung kinerja kita selama setahun ketika kita tidak punya landasan pijakan cut off-nya kapan, di mana dan di posisi berapa?
Terkait hiruk pikuk politik, kita merasa sangat yakin bahwa kita akan memenangkan kompetisi ini walau mungkin sebagian besar kita tak punya data berapa besar anggota kita dan seberapa besar orang-orang di sekitar kita yang akan kita sasar. Sehingga berapa kemungkinan yang akan kita peroleh bisa sangat terukur.
Berapa jumlah warga kita yang ber-NBM jika itu menjadi representasi jumlah warga sekaligus jumlah suara yang akan kita peroleh. Agar bisa dievaluasi menjadi beruntung maka berapa pertambahannya dan bahkan percepatannya?
Menurut data BPS mau tidak mau, suka tidak suka penduduk Jawa Timur akan terus bertambah setidaknya sebesar 0,79% per tahun.
Dari sekitar 42 juta penduduk Jawa Timur maka dalam setahun penduduk Jawa Timur akan bertambah di seputaran 331.000 jiwa.
Total jika dihitung selama periode kepemimpinan kita lima tahun dalam satu periode di Persyarikatan maka minimal penduduk Jawa Timur bertambah 1.655.000 jiwa.
Jika warga kita ingin bertahan di posisi 30 persen misalnya, maka jika ingin meningkat harus ada pertumbuhan anggota lebih dari 30 persen agar beruntung.
Jika tumbuh 30 persen maka posisi akan tetap saja, tidak berubah atau tidak ada perubahan alias mandeg.
Jangan-jangan kampanye perubahan yang diusung itu tidak banyak diakses oleh publik, oleh rakyat, karena kita sendiri yang mengampanyekan perubahan juga tidak berubah, enggan berubah.
Yang tidak kita inginkan tentu jika tidak ada pertumbuhan dan pertambahan sama sekali dari jumlah anggota warga Persyarikatan Muhammadiyah ini, karena itu akan masuk kuadran rugi-merugi.
Persentase jumlah kita akan semakin mengecil karena terdilusi oleh pihak lain yang terus tumbuh membesar. Tergilas oleh pihak lain yang percepatannya jauh lebih besar dari kecepatan yang kita miliki.
Bagaimana kalau cut off kapan di mana dan berapa juga nggak ada. Lebih parah lagi jika catatannya juga nggak ada.
Mari kita hitung sebelum kita dihitung.
Tetap semangat.
Bismillah.
Editor Sugeng Purwanto