PWMU.CO – Penyebab qiyamul lail tidak diterima Allah SWT disampaikan oleh Koordinator Korps Mubaligh Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Genteng, Tondo Harjoyo SPdI.
Tondo menyampaikannya dalam Kultum Ramadhan di Masjid At-Taqwa Pandan Kembiritan, Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (20/3/2024).
Kultum yang diadakan setelah shalat Tarawih itu berlangsung dengan khidmat dan khusyuk. Memulai kuliah tujuh menit (kultum)-nya, alumnus Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, itu menyatakan kebahagiaannya karena dapat bertemu dengan jamaah Masjid At-Taqwa.
“Takmirnya siapa ini? Sound system-nya ini enak. Rasanya bertambah semangat beribadah,” pujinya.
Selanjutnya dia mengajak jamaah untuk bersyukur, karena masih dapat menjalankan ibadah puasa dan qiyamul lail hingga sudah melewati satu pekan di Ramadhan ini.
Dalam kultumnya, dia membacakan satu ayat al-Quran Surat al-Isra 79. Di ayat ini dijelaskan anjuran Allah kepada hambanya untuk melaksanakan shalat Tahajud atau qiyamul lail. Dengan itu pelakunya akan mendapatkan tempat yang terpuji di sisi Allah.
Untuk lebih menjelaskan keutamaan qiyamul lail, dia menjelaskan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menegaskan qiyamul lail itu merupakan shalat sunah yang paling utama setelah shalat fardu.
“Namun, jangan sampai seperti seorang ahli ibadah yang merugi, akibat qiyamul lail-nya tidak diterima Allah,” ujarnya.
Lalu, dia menceritakan seorang ahli ibadah yang bernama Abu bin Hasyim. Dia seorang yang sangat rajin qiyamul lail. Bahkan dalam kisahnya, dia menjalankan shalat malamnya sampai 20 tahun. Namun qiyamullailnya tidak diterima oleh Allah.
Apa penyebabnya? tanyanya retoris. Abu bin Hasyim memang ahli ibadah, namun dia tidak mempedulikan sesamanya. Akibatnya qiyamul lailn-ya tidak diterima Allah. “Dia, hanya asyik dengan individunya. Tidak mau melihat lingkungannya,” ulasnya.
Menutup kultumnya, Tondo Harjoyo mendoakan jamaah: “Semoga kita mampu menjalankan puasa hingga akhir bulan. Dan tergolong sebagai orang yang memperoleh kemenangan. Serta layak sebagai orang yang ber-Idul Fitri.” (*)
Penulis Taufiqur Rohman Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post