PWMU.CO — Batal jadi gereja, masjid ini sekarang bisa menampung hingga 1100 jamaah iktikaf. Hal ini diungkap oleh Ketua Takmir Masjid al-Jihad Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Dr Taufik Hidayat MM.
Pria yang juga menjabat Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Banjarmasin ini mengungkapnya saat menghadiri Pengajian Ramadhan 1445 Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Tempatnya di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Rabu (20/3/2024) malam.
Dalam kajian itu hadir dua pembicara lainnya. Pertama, Ketua PCM Cileungsi Mustofa Idris, salah satu cabang inspiratif 2018. Kedua, Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat (LP2 PP) Muhammadiyah Dr Maskuri.
Taufik mengungkap, perolehan infak Masjid al-Jihad Banjarmasin per bulan bisa mencapai Rp 300 juta. Kalau zakatnya Rp 6,5 miliar. Pria yang baru 4 bulan menjabat sebagai Ketua Takmir Masjid al-Jihad itu mengakui, dalam rentang 2010-2022, perkembangan masjid sangat pesat.
“Masjid ini fenomenal dan punya sejarah yang cukup penuh perjuangan. Di belakang masjid ini ada sekolah Muhammadiyah dan pada waktu itu kalau tidak dibeli oleh Muhammadiyah akan dijadikan gereja,” kenangnya.
“Jadi diberi waktu cuma dua hari. Kalau tidak dibeli, akan dibangun gereja. Jadi semangat itulah dari dulu sampai sekarang bisa menggairahkan,” lanjut Taufik.
Wakil Ketua PDM Kota Banjarmasin ini lanjut menjelaskan, “Masjid al-Jihad sekarang tiga lantai. Ada eskalator dan bahkan jamaahnya sekitar 3.000. Jamaah masjid ini cukup banyak sekali, rata-rata setiap hari itu antara 500 sampai 1.500. Bahkan Ramadhan ini sampai 2.500 jamaah. Kalau Jumat 3.000 jamaah.”
Ia menegaskan hampir tiap hari ada kegiatan. “Menariknya pada Ramadan ini, setiap hari kita mengadakan buka puasa. Kita siapkan buka puasa sekitar 1.800 sampai 2.000 piring bubur ayam. Itu dengan dana sekitar 680 juta sekian,” terangnya.
“Kalau waktu iktikaf itu bahkan sampai 1100 jamaah. Jadi 1100 jamaah kita siapkan konsumsi dan sebelum sahur kita adakan tausiah,” imbuh pria tiga periode di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Banjarmasin itu.
Pemulasaraan Jenazah
Di Masjid al-Jihad ada pemulasaraan jenazah. “Ini hampir tiap hari ada yang menyerahkan ke takmir Masjid al-Jihad. Bahkan tercatat tahun 2021 itu 1312 jenazah yang diserahkan. Bahkan pada waktu Covid, 25 jenazah 1 hari dishalatkan di Masjid al-Jihad. Bahkan sekarang sudah 1.000 lebih,” jelas Taufik.
Kenapa orang banyak menyerahkan pemulasaraan jenazah ke Masjid al-Jihad? Menurut Taufik, pihaknya melayani 24 jam dengan sarana prasarana lengkap.
“Bahkan kita untuk mobil jenazah saja dua buah itu bermerek Alphard. Meskipun waktu hidup tidak naik Alphard tapi jenazah naik Alphard,” ujarnya.
Dari hasil pengamatannya, 70 persen penerima manfaat layanan ini dari umum sedangkan dari Muhammadiyah cuma 30 persen. “Menshalatkan saja 500 sampai 1000 orang bahkan hampir lima waktu ada. Subuh ada, dhuhur, ashar, maghrib dan kita 24 jam menyelenggarakan shalat jenazah ini,” ungkapnya.
Menariknya, kata Taufik, orang non Muhammadiyah ikut serta. Bahkan orang NU tulen menyerahkan jenazah ke Muhammadiyah. Sebab, pihaknya mempersilakan mereka melakukan talkin ketika mendoakan di kubur.
“Setelah jenazah dimandikan di Masjid Muhammadiyah, menyalatkan pakai cara Muhammadiyah, kita antar ke kubur. Setelah itu kita serahkan ke mereka dan mereka mencari sendiri untuk pendoa talkinnya,” jelas Taufik.
Awalnya ada yang mengira pihaknya memaksakan dengan cara Muhammadiyah dalam hal mendoakan di kubur itu. Padahal tidak. “Nah ini adalah hal yang sangat sensitif bagi non Muhammadiyah karena bedanya di sana, talkin itu. Kita persilakan,” ujarnya.
Banyak Potensi
Yang juga menarik di Masjid al-Jihad ini, kata Taufik, adalah pelaksanaan ibadah kurban yang minimal 90 ekor sapi. “Bahkan banyak yang kami tolak,” ujarnya.
“Karena kita setiap sehari penuh melaksanakan, jadi tidak dua hari supaya terlayani dengan baik. Kalau kami buka lagi, mungkin sampai 150 bisa tapi karena terbatasnya panitia sekitar 500 jamaah dan pemuda,” terang Taufik.
Terkait dengan Lazismu, pihaknya mendirikan pada 2021. “Sekarang semua zakat infak sedekah itu kita serahkan kepada Lazismu. Terakhir 2023 sudah angka Rp 2,6 miliar,” imbuhnya.
Jadi Taufik menyimpulkan, memang banyak potensi-potensi di masjid al-Jihad ini. Ia juga bersyukur banyak warga antusias mendukung.
“Pernah kita lakukan donasi tanah yang di samping Masjid al-Jihad. Dalam waktu 13 hari terkumpul Rp 24 miliar. Jadi mudah sekali kita mencari dana dan menghimpun dana,” ujarnya.
Menurutnya, ini karena kepercayaan dan mereka bisa melihat langsung apa yang pihaknya berikan kepada mereka. “Bahkan kita setiap hari ada kegiatan-kegiatan. Dalam satu bulan kita pengajian 52 kali,” imbuhnya.
Pengajian anak muda juga ada. Ada videonya. “Mereka dengan tema-tema yang terakhir ini kan tentang pernikahan. Itu sudah menurun. Ini diangkat ke permukaan oleh mereka,” kata Taufik.
Ia yakin, banyak hal yang bisa mereka lakukan. “Kita bisa berkiprah di masjid ini!” ujarnya optimis.
Selain itu, sambung Taufik, bank sampah al-Jihad sudah mendapat prestasi tingkat nasional dan provinsi. “Karena kita kelola dengan baik untuk bank sampah ini. Itu sumber pemasukan juga dari DKM ataupun Masjid al-Jihad,” katanya.
Manajemen Keuangan
Dalam hal manajemen keuangan, pihaknya sudah pakai aplikasi. “Satu hari kita menginput data pemasukan itu, satu hari langsung terposting ke neraca sebagainya,” ujar Taufik.
“Kita punya aplikasi Akurate namanya. Jadi tidak perlu lagi kita manual. Itulah salah satu juga kepercayaan daripada jamaah kita bisa menyampaikan pemasukan dan pengeluaran dari jamaah setiap saat,” lanjutnya.
Taufik menilai, partisipasi ibu-ibu luar biasa. “Ibu-ibu ini kita berdayakan di sana dan bahkan mereka senang dengan keterlibatan-keterlibatan kita berkegiatan di sana,” kenangnya.
Pihaknya pun melakukan pendekatan dan pembinaan kepada remaja. “Mereka senang untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang ada di masjid ini,” imbuhnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni