PWMU.CO – Pondok Ramadhan Mimdaka (MI Muhammadiyah 2 Karangrejo), Manyar, Gresik, diselenggarakan di gedung sekolah, Kamis-Jumat (21-22/3/2024).
Kegiatan yang diikuti oleh 101 siswa kelas 1-6 ini dibuka oleh Kepala Mimdaka Tineke Wulandari ST.
Dalam sambutannya Tineke menyampaikan rasa syukur karena hari ini para siswa dan guru Mimdaka diberi kesehatan dan kekuatan. “Alhamdulillah, hari ini anak-anak dapat mengikuti kegiatan pondok Ramadhan semua,” ujarnya.
Anak-anak, lanjutnya, harus mengikuti kegiatan pondok Ramadhan dengan baik. Maka anak-anak harus tertib. “Anak -anak juga harus disiplin dan taat semua aturan serta mengikuti kegiatan sesuai jadwal yang telah ditetapkan,” pesa ibu dua anak ini.
Kisah Seorang Dermawan dan Ustadz
Sebelum membuka pondok Ramadhan, Tineke memberikan nasihat kepada peserta. Dia kemudian berkisah tentang seorang dermawan yang berteman dengan seorang ustadz.
“Suatu hari seorang Dermawan bertemu dengan Ustadz tersebut,” kata dia mulai berkisah.
Menurutnya dermawan tersebut ingin memberikan seekor sapi agar dipotong-potong kemudian dagingnya disuruh untuk membagikan kepada warga sekitar.
“Bagikan semua dagingnya Ustadz, tetapi sisakan sedikit untuk saya bagian yang terburuk dari sapi,” pinta dermawan pada ustadz.
Kemudian dipotonglah sapi tersebut dan dibagikan kepada masyarakat.
Setelah itu ustadz tadi memberikan bungkusan kepada dermawan tersebut. “Ustadz, terima kasih engkau telah memberikan bagian yang paling buruk dari sapi yaitu lidah dan hati,” ucap dermawan.
Selang beberapa hari, dermawan mendapat rezeki yang banyak. “Ustadz, alhamdulillah saya dapat rezeki yang banyak dan saya ingin memberikan seekor sapi lagi untuk dipotong-potong dan dibagikan ke masyarakat,” pintanya.
Dan jangan lupa, lanjutnya, sisakan kembali untuk saya bagian yang paling baik dari sapi.
Seusai disembelih dan dipotong-potong sapi tersebut, diberikanlah sisa hasil potongan sapi kepada dermawan sesuai permintaannya.
Betapa terkejutnya dermawan tadi, lalu dia bertanya kepada ustadz. “Ustadz, mengapa sudah dua kali ini engkau memberiku benda yang sama yaitu lidah dan hati, padahal aku ingin bagian yang paling baik dari sapi?” tanyanya penasaran.
Kemudian ustadz menjelaskan mengapa ia memberi lidah dan hati untuk kedua kalinya. “Karena sebuah tingkah laku kita yang baik dan buruk ditentukan dari lidah dan hati kita,” jelas ustadz.
Dari kisah di atas Tineke ingin agar semua siswa Mimdaka mempunyai perilaku yang baik. “Khususnya dapat menjaga hati dan lidahnya di bulan Ramadhan,” tutur wanita kelahiran Sidoarjo ini.
Harapannya agar siswa Mimdaka menjadi lebih baik lagi, dapat bertutur kata yang baik dan sopan. “Baik kepada gurunya, temannya dan orang tuanya di rumah, serta terhindar dari sifat iri, dengki dan hasud,” harapnya.(*)
Penulis Musyrifah Editor Mohammad Nurfatoni