PWMU.CO – Jangan sombong dan foya-foya harta menjadi bahasan Kuliah Tujuh Menit (Kultum) yang disampaikan oleh Hafidz Ashari SPdI di Masjid At-Taqwa Pandan Banyuwangi, Selasa (26/3/2024).
Hafidz Ashari menyampaikan Kultum di depan jamaah laki-laki dan perempuan setelah mengimami shalat Tarawih berjamaah.
Memulai Kultumnya dia mengajak jamaah untuk memanjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT karena masih diberikan rahmat, hidayah, dan nikmat kesehatan.
Selanjutnya dia mengucapkan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Dalam Kultumnya Hafidz Ashari yang juga anggota Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Genteng Devisi Informasi dan Digitalisasi itu menceritakan kisah sahabat nabi yang bernama Abdurrahman bin Auf RA.
Dia mengisahkan, sahabat Abdurrahman bin Auf adalah sahabat nabi yang kaya raya. Begitu kayanya, katanya, tak ada sahabat lain yang mampu menandingi kekayaannya itu.
Di samping itu, Abdurrahman bin Auf pernah mendapat kabar gembira dari rasul, kalau ia pasti masuk surga. “Karena ia tidak pernah sombong dan foya-foya untuk menghambur-hamburkan hartanya itu,” ujarnya.
Namun dia akan masuk surga di urutan paling akhir. Karena hartanya harus dihisab terlebih dulu. Mendengar itu Abdurrahman bin Auf sering menangis disebabkan kekayaannya itu. Dia selalu takut dengan hartanya yang terus bertambah banyak.
Atas ketakutannya itu, maka Abdurrahman bin Auf berusaha untuk hidup miskin. Dia sedekahkan separo hartanya. Namun hartanya tak kunjung habis. Bahkan hartanya semakin bertambah banyak.
Usaha memiskinkan diri berikutnya, dia membeli kurma busuk dengan harga pasar. Setelah itu, justru ada utusan dari Yaman yang membelinya kembali kurma busuk itu dengan harga 10 kali lipat.
Melanjutkan kisahnya, Hafidz Ashari mengatakan, Abdurrahman bin Auf gagal menjadi miskin. Upaya terakhir yang dia lakukan adalah menyedekahkan semua harta kekayaannya itu di jalan Allah dan Rasul-Nya.
Menutup kultumnya, Hafidz Ashari berpesan kepada jamaah untuk mengambil hikmah dari kisah sahabat nabi tersebut agar jangan sombong dan foya-foya terhadap harta.
“Harta adalah titipan Allah, ia tidak bisa dibawa mati, kecuali dengan sedekah,” pesannya. (*)
Penulis Taufiqur Rohman. Editor Ichwan Arif.