PWMU.CO – Waktu Mekah menunjukkan pukul 03.20 pagi. Agus Wahyudi sudah 15 menit belum juga mendapat tumpangan bus “Shalawat”—kendaraan yang mengangkut jamaah dari hotel ke Masjid Alharam dan sebaliknya. Bis nomer 8 Syisyah 2 Shib Amir pagi itu (20/8) selalu penuh oleh jamaah yang hendak menunaikan shalat Subuh. Sepuluh menit kemudian pria asal Gresik Jawa Timur itu baru mendapat tumpangan. Itupun dengan kondisi bus yang penuh, uyel-uyelan.
Begitulah pemandangan sehari-hari yang dialami para jamaah calon haji. Semangat menunaikan ibadah (thawaf, iktikaf, atau shalat) di Masjid Alharam memang luar biasa, di setiap waktu shalat 5 waktu. Kepadatan, kamecetan, atau suhu yang mencapai 46 derajat Celsius, tidak mengendurkan semangat mereka untuk berasyik-masyuk di Baitullah dalam menemui-Nya. Bahkan menjelang hari H, mereka tumplek blek karena jamaah yang ada di Madinah juga sudah berada di Mekah.
Ustadz Abdul Aziz dari Surabaya yang dihubungi PWMU.CO Selasa (22/8) menjelaskan bahwa ibadah di Masjid Alharam memang menjadi idaman umat Islam. Bukan hanya karena pahalanya yang berlipat ganda sampai 100 ribu kali dibanding ibadah di masjid lain, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw, tapi banyak keistimewaan lainnya.
(Baca: Subhanallah! Hujan Turun di Masjid Al Haram, Jamaah Bergembira dan Menemukan Senyum Afrika di Depan Kabah)
“Di Masjid Alharam, Allah menurunkan barakah dan rahmat-Nya,” terangnya sambil mengutip surat Ali Imran ayat 96, “Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.”
Penulis buku Berhaji kepada Allah itu juga menjelaskan tentang keutamaan Baitullah. “Berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas, Nabi saw mengatakan bahwa Allah menurunkan 120 rahmat setiap hari di Baitullah: 60 untuk yang thawaf, 40 bagi yang shalat, dan 20 untuk yang memandang Kabah,” ungkapnya.
Tapi, ustadz yang juga pengusaha ini mengingatkan, bahwa jamaah jangan hanya terjebak mengejar pahala. Yang penting, katanya, sebagaimana surat Ali Imran di atas, dalam beribadah di Baitullah jamaah mendapat anugerah petunjuk Allah.
(Baca juga: Meski Berada di Saudi, Jangan Kearab-araban… dan Ihram Pakai Celana Kolor)
Yang juga tak kalah pentingnya, ujar Aziz, semangat beribadah di masjid jangan berhenti hanya di Baitullah saat berhaji atau umrah. “Mari kita ‘pindahkan Baitullah’ ke Tanah Air,” pesannya.
Maksudnya, tutur Aziz, semangat beribadah yang luar biasa di Tanah Suci itu hendaknya dibawa pulang dengan memakmurkan masjid-masjid lokal.
Aziz lalu mengutip surat Attaubah ayat 18, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Baca juga: Kisah Surban yang Terbang Kembali ke Mekah)
Jadi, terangnya, jamaah haji setelah kembali ke negaranya masing-masing harus bisa menjadikan masjid-masjid di lingkungannya semakmur Baitullah di Mekah Almukaramah. “Demikian pula ihram-nya. Harus diperpanjang sampai pulang. Semangat ihram yang selalu menjaga agar tidak berbuat maksiat harus diteruskan sekembali di rumah,” pesannya. (MN)