Hiduplah dengan Iman dan Ilmu; Oleh Dr Dian Berkah SHI MHI; Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, dosen FAI Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan founder Waris Center.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ النَاسَ عِلْمًا, لِيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُوْرِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. المَلِكُ السَمِيْعُ العَلِيْمُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.وَصَلَوَاتُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ. اُوْصِيْ بِنَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَّقْوَى اللّهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اَيَةِ الاُخْرَى, يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ.
Tiada sesuatu yang berharga bagi seorang hamba, kecuali lantunan syukur yang selalu terucap di bibir dan perbuatan terpuji yang selalu terukir dalam meluapkan rasa terima kasih kita kepada Allah yang tetap mengiringi hamba-Nya disetiap detik, menit, dan setiap jam hingga akhir puncak hidup untuk kembali kepada-Nya. Begitu juga, seruan shalawat yang selalu terucap atas Muhammad saw, Rasulullah yang telah membangkitkan daya pikir manusia, untuk selalu bertaqwa kepada pencipta-Nya dan kehidupan yang tetap istikamah di jalan yang lurus atau shirat al-mustaqim.
Allahu Akbar, Allah Akbar Lailaaha illa Allah Allahu Akbar
Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah
Indahnya hembusan angin dan pancaran cahaya di pagi hari, menandakan adanya kehidupan baru. Umat Islam di seluruh dunia, mereka dan kita semuanya telah menjalankan puasa Ramadhan di tahun 1445. Berpuasa yang mengantarkan manusia menjadi Insan yang bertakwa. Tidak ada kata yang pantas terucap. Kecuali rasa syukur atas nikmat Iman dan Ilmu yang dianugerahkan Allah kepada kita semuanya.
Dengan iman dan ilmu, Allah jadikan manusia beribadah kepada-Nya. Dengan Iman dan Ilmu, Allah jadikan manusia mendapat kebahagiaan dunia dan Akhirat. Dengan kerendahan hati, izinkan dan perkenankanlah, naskah khutbah yang singkat ini menjadi bacaan bagi seluruh jamaah shalat Idul Fitri tahun 1445H. Khutbah Idul Fitri yang berjudul hiduplah dengan Iman dan Ilmu”.
Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT
Saat inilah kiranya, kesempatan yang berharga dirasakan oleh setiap individu Muslim seantero dunia, dalam memanifestasikan kemenangannya setelah menjalani berbagai aktivitas kehidupan dalam satu bulan Ramadhan di tahun 1445. Berpuasa dengan iman dan ilmu. Berbagi dengan iman dan ilmu, shalat dengan iman dan ilmu, berbuka dan makan sahur dengan iman dan ilmu seraya merendahkan diri kepada Allah SWT.
Tibalah saatnya, kita sampai kepada hari yang penuh dengan luapan kebahagiaan dan kekhusukan dalam mengingat Allah dan mencari karunia-Nya. Seraya memohon kesempurnaan petunjuk dari Allah SWT. Sebagimana yang tersirat dalam Surat al-Kahfi 10:
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
“(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”
Oleh karena itu, melalui ibadah shalat Idul Fitri ini. Marilah kita membuka kembali kehidupan dengan iman dan ilmu, baik dalam kehidupan individu, keluarga, maupun kehidupan sosial-kemasyarakatan yang include sebagai tanggung jawab insan yang bertakwa. Mereka dekat dengan Allah (habluminallah). Mereka juga dekat dengan manusia (habluminnas).
Sebagai individu, manusia merupakan sosok pertama yang tidak mengetahui apa-apa walau hanya sedikit. Disadari atau tidak, manusia adalah makhluk yang harus mengakui akan kekurangannya sebagai seorang hamba. Keterangan tersebut telah disebut Allah dalam al-Quran, sebagaimana yang tersirat dalam Surat al-Nahl ayat 78:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun.”
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillah Ilham
Melalui Kesadaran ini, kita akan mulai membuka jati diri kita sebagai seorang hamba yang sangat membutuhkah uluran tangan Sang Pencipta, karena memang Allah telah memberikan beberapa alat indra sebagai alat pengetahuan agar hamba-Nya menjadi orang yang bersyukur. Sebagaimana lanjutan dari ayat 78 Surat an-Nahl tersebut di atas, Allah SWT berfirman dalam al-Quran,
وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Pada saat itulah, ar-Rifa’I dalam Tafsir Ibnu Katsir (1999:1050) menjelaskan bahwa Allah menerangkan berbagai karunia yang dianugerahi kepada hamba-hamba-Nya yang tidak memiliki kemampuan sedikit pun. Bahkan, dalam ungkapannya yang sangat terkenal, Aristoteles mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh Muthahhari (2008: 62), bahwa “Barang siapa yang kehilangan satu indra, maka ia telah kehilangan satu ilmu.” (man faqada hissan faqad faqada ‘ilman). Sehingga, pantaslah, manusia menjadi hamba yang harus selalu bersyukur kepada Allah dalam menghiasi kehidupannya dengan ilmu disetiap situasi dan kondisi apapun.
Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT
Karena itu, jelaslah kiranya mengapa Allah meminta pertanggungjawaban kepada hamba-hamba-Nya atas apa yang telah diberikan-Nya itu, sebagaimana yang disiratkan dalam Surat al-Isra ayat 36,
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”
Sampai di sini, coba perhatikan kalimat pembuka dari ayat tersebut di atas. Allah mengawalinya dengan kalimat وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ, menurut hemat kami, kalimat inilah yang bisa dijadikan pegangan untuk mengatakan bahwa pentingnya sebuah ilmu atau pengetahuan dalam membaca berbagai orientasi dan aktivitas kehidupan manusia. Terutama kehidupan dewasa ini, yang sarat akan disintegrasi moral yang disebabkan oleh hilangnya akal sehat dari kebanyakan manusia. Terutama, langkah manusia dalam menentukan orientasi hidupnya yang tidak mampu lagi membedakan mana perbuatan halal dan haram.
Kenyataan kehidupan zaman now menjadi data yang membuktikan hadis Rasulullah SAW dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukahri nomor 2083, bahwa Beliau bersabda “Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram”. Tentunya, dengan semangat iman dan ilmulah kita akan mampu membaca firman Allah, baik dalam bentuk ayat Kauniyah dan ayat qauliah, serta hadist-hadist Nabi SAW.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilham
Dalam al-Quran, Kata “ilmu” sendiri dengan kata derivasinya disebutkan sebanyak 95 kali dan diterangkan sebanyak 843 ayat (al-Baqi, 1992: 596-611). Inilah bukti, bahwa Islam benar-benar menganjurkan ilmu atau pengetahuan bagi pemeluknya. Bahkan dengan jelas Allah mengungkapkan kalimat tanya di dalam Surat al-Zumar 9:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”
Boleh jadi, dengan mata terbuka lebar, manusia dapat memperhatikan dan membaca kehidupan manusia. Sungguh sangatlah berbeda kehidupan manusia yang dihiasi ilmu dengan kehidupan mereka yang tidak berilmu. Contoh pembeda sederhananya dapatlah disebutkan. Mereka hidup tidak teratur, gelisah, keluh-kesah. Tanpa terkecuali, mereka membuat kerusakan, pertumpahan darah- baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun bermasyarakat.
Semua itu benar-benar terjadi dalam kehidupan zaman now. Betapa berharganya, kita belajar kepada Nabi Allah Adam alaihi salam. Allah mengajarkan langsung ilmu kepada Nabi Adam, sehingga beliau mendapatkan kedudukan yang lebih dari makhluk Allah yang lain seperti Malaikat. Sebagaimana Allah jelaskan dalam al-Baqarah 31-32.
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ, قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!, Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah SWT
Banyak sejarah dalam al-Quran yang harus menjadi pelajaran sebagai contoh kehidupan manusia generasi awal hingga generasi sebelum kita semuanya. Para Nabi dan Rasul Allah serta orang-orang yang beriman dan berilmu. Mereka hidup sukses dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat kelak.
Tentu sebaliknya, ada di antara manusia yang tidak beriman dan tidak berilmu. Mereka hidup Bahagia, tetapi sesungguhnya mereka tidak Bahagia. Karena mereka gelisah, berbuat kerusakan dan pertumpahan darah, serta menumpuk harta kekayaan, mereka arogan dengan kekuasaannya. Karena itu, Allah hinakan mereka dengan ditimpa berbagai malapetaka yang mengakhiri kehidupan mereka.
Belajar dari perkataan ulama kita, Imam Syafi’i yang banyak dikutip dari kitab Manaqib as-Syafi’I (2/139). Tidaklah kita semua mendapatkan keinginan untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak, kecuali dengan ilmu. Tentu, beliau menggariskan akan pentingnya ilmu dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sebagai berikut:
وَمَنْ اَرَادَ الدُنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ , وَمَنْ اَرَادَ الاَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ , وَمَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Dan siapa yang menginginkan dunia maka dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan akhirat maka dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan keduanya (dunia-akhirat) maka dengan ilmu”.
Berpijak kepada hadis Nabi SAW, beliau menjelaskan Kembali bahwa siapapun berikhtiar dalam mencari ilmu. Mereka akan mendapatkan kemudahan menjadi bagian penghuni surga. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan al-Turmudzi dalam Hadits Nomor 1388, sebagai berikut:
وَعَنْ اَبِيْ الدَرْدَاءِ رَضَيَ اللهْ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَبْتَغِيْ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Siapa yang melalui jalan mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilham
Akhirnya, marilah bersama-sama kita bekali kehidupan dunia yang fana ini dengan hiasan iman dan ilmu atau pengetahuan yang konferehensif dan integral. Karena dengan bekal itulah, kaum muslim di belahan dunia manapun, dia akan lebih mengenal dirinya sebagai hamba Allah dan mengenal Allah sebagai Khaliq-nya (Sang Pencipta). Mereka Oleh karena itu, dengan penuh kesegeraan, kita mengharap maghfirah atau ampunan Allah dan Surga-Nya yang disiapkan bagi hambanya yang bertakwa.
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (Ali Imran: 133).
Begitu pula, dengan bekal takwa jualah, Allah akan memberikan solusi dari setiap urusan yang kita lalui di dalam kehidupan
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (at-Thalaq: 2)
Demikianlah khutbah yang singkat ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Sebagai kesimpulan dari khutbah ini, bahwa sesungguhnya Islam sangat menekankan iman dan ilmu” atau pengetahuan atas pemeluknya. Karena dengan itulah, kaum muslimin akan lebih mampu membaca orientasi kehidupannya dewasa ini ke arah yang lebih baik. Mereka akan mendapatkan kedudukan dan derajat di atas yang lainnya.
Akhirnya, marilah bersama-sama kita berdoa dengan menundukkan dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT, mudah-mudahan Allah selalu menghiasi diri kita dengan ilmu, ketakwaan, menerima ampunan dan membalas amalan yang kita lakukan.
Doa Penutup
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَصَلَوَاتُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْلِنَا وَلِوَالِدَيْنَا, وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اللَّهُمَّ إِنَّنَا نَسْاََلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَ رِزْقًا وَاسِعًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ, وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ اَنْتَ تَوَّابُ الرَّحِيْمِ
رَبَّنَا اتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الاََخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Editor Mohammad Nurfatoni