PWMU.CO – Ada rawon dan asem-asem balungan di Safari Ramadhan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkompincam) di Masjid Manarul Islam PRM Sekaran Lamongan, Rabu (3/4/24).
Acara ini kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sekaran. Hadirin ikut shalat Isya dan Tarawih.
Hadir Camat Sekaran Ahmad Kurniawan SSP MSi, Ketua MUI KH Nurul Usman dan jajarannya, Kapolsek, Danramil, Wakil Ketua MWC NU, PC LDII, Kepala Desa Sekaran dan jajarannya serta 26 Ketua RT se Desa Sekaran.
Saat ramah tamah menikmati masakan yang disediakan oleh ibu-ibu Aisyiyah Ranting Sekaran. Banyak menu yang disajikan. Ada rawon, asem-asem balungan, gule, kare, dan pecel lele.
Undangan bisa memilih menu sesuai seleranya. Acara makan jadi lahap dan gayeng dalam obrolan yang akrab. Ternyata asem-asem balungan yang paling disukai. Demikian juga es buah habis duluan.
Sekretais MUI Sekaran Musyafak SPdI menjelaskan, tujuan Safari Ramadhan MUI dan Forkopimcam untuk silaturahim supaya terjalin keakraban antara warga dan umaro.
Safari Ramadhan kali ini putaran keempat. Putaran pertama di Masjid Jami’ NU Baiturrohim Desa Bugel (15/3/24), putaran kedua di Masjid Jami’ NU Baiturrohman Desa Kebalankulon (22/3/24), putaran ketiga di Masjid LDII Miftahul Jannah Desa Sungegeneng (28/3/24).
Camat Ahmad Kurniawan yang baru satu pekan bertugas bersyukur masuk Sekaran masyarakatnya sangat agamis, rukun, dan harmonis.
Safari Ramadhan malam hari ini adalah buktinya, sambung dia, Ormas Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan LDII berkumpul dalam majelis silaturahim di Masjid Manarul Islam ini.
”Bapakibu dan jamaah, saya mohon izin bergabung di desa dan kecamatan panjenengan. Mohon dukungan dan doanya, semoga saya bisa melaksanakan tugas dengan baik,” ujarnya.
”Sedikit berkelakar, Pak Sutaji (Camat sebelumnya) yang mengawali Safari Ramadhan, dan saya yang mengakhirinya,” canda camat berusia 38 tahun itu.
KH Abu Naim, Wakil Ketua MUI, berharap majelis ini mendapat ridho Allah swt dan menjadi taman-taman surgaNya di dunia.
Nabi shalallahu alaihi wassalam bersabda :
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا
Jika kalian melewati taman-taman surga, maka nikmatilah (duduk bersenang-senanglah) padanya.
Para sahabat bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah itu taman-taman surga?”
Jawab Rasulullah, taman-taman surga itu adalah majelis-majelis ilmu.
Lantas Kiai Abu Naim mengajak jamaah bersyukur karena sampai Ramadhan malam ini masih diberi oleh kekuatan oleh Allah, kita berharap di fase akhir, kita tetap semangat dan bisa menuntaskan ibadah puasa kita dengan baik dan sempurna.
”Sebagai keberhasilan dari ibadah puasa kita mendapat pembebasan dari api neraka, Aamiiin,” katanya.
Sebagai umat Rasulullah saw, lata dia, kita berusaha menirunya. Salah satu sunnah adalah mengencangkan ikat pinggang dan membangunkan keluarga untuk beriktikaf berharap mendapatkan malam lailatul qadar
Dia mengutip hadits dari Aisyah ra.
“Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.”
Dia menyampaikan, kita semua yakin al-Quran adalah kitab panduan dari Allah bagi kita dalam menjalani hidup. Dengan demikian, kita kalau mau hidup selamat dan bahagia di dunia maupun di akhirat, maka harus berpedoman kepada al-Quran.
”Apapun yang kita perbuat, jangan sampai keluar dari aturan al-Quran, menerjang aturan yang ada dalam al-Quran, maka kebahagiaan hidup akan dicabut oleh Allah swt,” ujarnya.
Kiai Naim kemudian mengupas nikmat Allah swt. Dia mengutip hadits Rasulullah saw, ”Ada dua perkara yang kebaikannya tidak ada yang bisa mengalahkannya. Yaitu iman dan bermanfaat bagi manusia.”
” Jika seseorang itu beriman kepada Allah dan bisa terus menjaga keimanannya sampai akhir hayatnya, alias meninggal dengan husnul khotimah. Nikmat terbesar di dunia bukan harta benda juga bukan kesehatan, tetapi nikmat terbesar di dunia ini adalah jika seseorang itu beriman dan berislam.”
Baru di bawahnya nikmat sehat, lalu nikmat rezeki. Sehat dan rezeki itu sama-sama nikmat, tetapi kelasnya masih tinggi nikmat sehat.
Dengan beranalogi, misalnya seeorang mempunyai rezeki yang banyak, lalu dipakai untuk membeli macam-macam, termasuk sawah misalnya. Lalu seseorang itu diuji sakit, yang terjadi, jual sawahmu untuk berobat ke rumah sakit. Jadi sehat itu lebih penting dari sekadar rezeki berupa barang.
Yang kedua adalah bisa memberi manfaat bagi orang lain. Ibadah puasa mengandung dimensi uluhiyah dan dimensi kemanusian.
Dengan melaksanakan puasa, manusia bisa menjaga keimanannya kepada Allah, demikian dengan ibadah puasa akan melatih kita menjadi orang-orang yang mudah berbagi dan memberi.
Maka diharapkan dengan berpuasa kita akan menjadi manuisia yang bermanfaat bagi manusia lain. Demikian sabda Nabi,”Khoirunnaas anfauhum linnaas” Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. (HR Ath-Thabari).
Penulis Mustain Masdar Editor Sugeng Purwanto