PWMU.CO – Begini SD Mutu Dukun mengakhiri Pondok Ramadhan 1445 pada Sabtu (30/3/2024). Terhitung empat hari mereka menjalani Pondok Ramadhan, yakni sejak Rabu (27/3/2024).
SD Muhammadiyah 1 (SD Mutu) Dukun mengawali dengan bakti sosial (baksos) dan Festival Outfit Ramadhan (FOR) pada pagi, berlanjut santunan pada sore, lalu mengakhiri dengan kajian pada malamnya.
Kepala SD Mutu Dukun Zakiyatul Faikhah SPd dalam sambutannya mengungkap baksos ini agenda tahunan yang dilakukan di sekolah ini.
“Syukur Alhamdulillah pagi tadi, kita bisa memberikan baksos sebanyak 125 sembako kepada semua siswa, calon siswa dan juga masyarakat sekitar,” urai Ita, sapaan akrabnya.
Selain itu, sambungnya, sore harinya berlanjut santunan anak yatim piatu sebanyak 18 siswa. “Terdiri dari 8 siswa sekolah internal dan 10 siswa sekolah kompleks perguruan Muhammadiyah Padangbandung,” ungkap Ita di salah satu ruang kelas SD Mutu Dukun itu.
Sebelum kajian berlangsung, SD Mutu Dukun memberi penghargaan setinggi-tingginya kepada anak-anak kelas tahfidh. Sebab, mereka telah menyelesaikan hafalan juz 30 di tahun ke-3 pada Imtihannu Tahfidhil Quran.
Ada lima siswa yang menerima penghargaan. Yakni Muhammad Anhar Munaf, Farel Albar El Haqqony, Muhammad Revan Renaldi, Muhammad Arfad Abdillah, dan Muhammad Eko Saputra.
“Selamat untuk anak-anakku atas pencapaiannya semoga ke depannya dapat istikamah dalam menjaga hafalan dan bisa menyelesaikan hafalannya hingga 30 Juz,” ucap Zakiyatul Faikhah.
Kemudian, SD Mutu Dukun menyelenggarakan Kajian Islam bertema ‘Raih berkah Ramadhan dengan Tilawah al-Quran’. Dalam kajian ini, Ketua PCM Cabang Dukun Ustadz Afifudin Aminin SAg MPdI menjadi pentausiyahnya.
Pendidikan Agama
Afifudin Aminin awalnya menegaskan, “Satu hal penting yang tidak boleh kendor dalam lembaga pendidikan di bawah Muhammadiyah adalah pendidikan agama.”
Maka, sambungnya, penanaman pendidikan agama–al-Islam dan Kemuhammadiyahan–sejak dini harus benar-benar mendapat perhatian yang serius. Sebab, lanjutnya, pendidikan agama merupakan pondasi yang harus ditanam kuat dan mendalam sehingga saat anak-anak sudah dewasa dan menjalani kehidupan bisa menjalaninya dengan baik dan bermartabat.
“Seandainya ada yg menjadi politikus, menjadi politikus yang baik; menjadi birokrat, birokrat yang baik; menjadi pejabat, pejabat yang baik; menjadi pengusaha, pengusaha yang baik; menjadi guru, guru yang baik dan seterusnya,” tutur Afif, sapaan akrabnya.
Bahkan, sambung Afif, Nabi SAW bersabda di salah satu hadistnya, merujuk HR Bukhari dan Muslim:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
Artinya, “Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.”
Dari hadist ini, ia mengungkap, “Jelas tergambar, Allah SWT jika menghendaki kebaikan pada seseorang maka orang itu dimudahkan dalam memahami agama. Dengan bekal pemahaman keagamaannya yang baik itu, seseorang dapat menjalani kehidupannya dengan baik pula.”
Selanjutnya, Afif menekankan, “Anak-anak harus dibiasakan rajin membaca al-Quran, terlebih saat bulan Ramadhan.”
Tiga Keutamaan Baca Quran
Afif kemudian memaparkan tiga fadhilah atau keutamaan membaca al-Quran yang luar biasa. Pertama, dapat memberi syafaat kepada orang yang membacanya. Ia lantas menyampaikan sabda Nabi SAW:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ))
Artinya, “Bacalah al-Quran! Sesungguhnya ia datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya.”
Kedua, pahalanya berlipat-lipat. Kali ini Afif merujuk HR. Tirmidzi.
عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتاب الله فَلَهُ حَسَنَة، والحَسَنَة بِعَشْرِ أمْثَالِها، لا أقول: ألم حَرفٌ، ولكِنْ: ألِفٌ حَرْفٌ، ولاَمٌ حَرْفٌ، ومِيمٌ حَرْفٌ».
[صحيح] – [رواه الترمذي]
Artinya, “Siapa yang membaca satu huruf dari al-Quran, maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut. Satu kebaikan itu dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan Alif Laam Miim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Miim satu huruf.”
Ketiga, baunya harum. Afif akhirnya menukil HR Bukhari berikut:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ؛ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ, وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ؛ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ)) [ أخرجه البخاري ]
Artinya, “Perumpamaan orang beriman yang membaca al-Quran adalah seperti buah utrujjah, rasanya enak dan aromanya wangi. Dan perumpamaan orang beriman yang tidak membaca al-Quran adalah bagaikan buah kurma, tidak ada aromanya dan rasanya manis. (*)
Penulis Mohammad Hasbi Amirudin Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni