PWMU.CO – Siswa Mimude mengikuti Pondok Ramadhan selama dua hari, Rabu-Kamis (3-4/4/2024). Kegiatan ini diikuti siswa kelas 3-6 Mimude, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
Kepala Sekolah Islami, Kreatif, Inovatif MI Muhammadiyah Dermosari (Mimude) Imam Nur Kozin SPd SDMPdI, mengatakan Pondok Ramadhan dibuat menginap sebagai bahan ajar mondok bagi siswa. “Ketika mondok ya tentu menginap di tempat tersebut, untuk fokus belajar materi Pondok Ramadhan yang telah disiapkan oleh ustadz dan ustadzah di sekolah,” ujarnya.
Dia menjelaskan, tema kegiatan “Ramadhan Ceria” sebagai bentuk stimulus kepada para siswa, meskipun puasa tidak boleh bermalas-malasan ataupun lengah. “Gunakan puasa Ramadhan yang tinggal menghitung hari ini dengan semangat yang tinggi. Mengikuti materi yang telah disediakan dengan fokus dan rasa senang tanpa adanya beban,“ ujarnya.
Menurutnya selain diisi oleh ustadz dan ustadzah Mimude, Pondok Ramadhan juga mendatangkan para pemateri dari luar sekolah. Yaitu dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Kecamatan Tugu serta Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Trenggalek.
Adapun materi yang akan disampaikan adalah perihal praktik menyucikan, mengkafani, dan menyalatkan jenazah. Imam Nur Kozin menerangkan materi ini perlu dipahami oleh para siswa sejak usia sekolah dasar.
“Mengapa demikian? Karena, jika para siswa tidak diajarkan sejak dini, maka mereka akan menjadi manusia-manusia akhir zaman yang tertinggal dari pada pentingnya belajar agama,” ujarnya.
Dia menyampaikan, Mimude menjadi salah satu sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islami, sehingga penguatan karakter Islami pada diri para siswa perlu diperkuat sejak saat mereka duduk dibangku sekolah dasar, melalui materi-materi yang menguatkan pembelajaran islami namun tidak membuat mereka jenuh.
Oleh karena itu, lanjutnya, materi dibalut dengan metode ajar yang menyenangkan, yang gampang diterima oleh para siswa, seperti halnya dalam Pondok Ramadhan ini.
Imam Nur Kozin berharap dari kegiatan, para siswa mampu mengaplikasikan ilmunya di masyarakat. Nantinya para siswa diharapkan ikut menyalatkan ketika ada orang yang meninggal.
“Tentu dalam hal ini membutuhkan peran para orang tua dan masyarakat sekitar untuk membantu menjadi gambaran dan pelajaran pada diri siswa ketika melihat dan mengikutnya. Kelak saat orang tua mereka meninggal maka mereka akan kuat menjadi Imam shalat jenazahnya,” ujarnya. (*)
Penulis Rizka Ayu Fitrianingsih Editor Mohammad Nurfatoni