Ketika Ramadhan Meninggalkan Kita oleh Ridwan Manan, Pengajar Pondok Pesantren Al-Fattah Sidoarjo, anggota LP2M PDM Sidoarjo.
PWMU.CO – Ketika Ramadhan tiba para sahabat dan kaum muslimin menyambut suka cita penuh dengan kegembiraan.
Bagaimana ketika Ramadhan meninggalkan kita? Mestinya sedih dan kuatir.
Kesedihan ditinggalkan Ramadhan karena pertama, keistimewaan dan keberkahan Ramadhan tidak kita temui lagi di bulan yang lain.
Kedua, belum tentu Ramadhan tahun berikutnya Allah memberikan umur untuk berjumpa dengannya. Ketiga, mungkin amalan kita pada Ramadhan tahun ini belum maksimal karena disibukkan dengan urusan dunia.
Kekuatiran mungkin hinggap di hati amalan tidak diterima Allah karena belum murni, karena Allah masih mencari menilaian di mata manusia.
Pesan Syekh Hasan al-Basri ketika Ramadhan akan berakhir patut menjadi motivasi untuk beramal lebih baik.
“Berbuat baiklah di sisa Ramadhan niscaya diampuni kesalahan yang berlalu maka manfaatkanlah hari-hari yang tersisa karena anda tidak tahu kapan bisa meraih rahmat Allah. (Hilyah Auliya)
Sepatutnya di penghujung Ramadhan, sebentar lagi berlalu untuk memaksimalksn amal saleh, mendulang pahala, menggugurkan dosa dengan mempernyak istighfar dan memberikan kebermanfaatan bagi sesama.
Menjadi Insan Takwa
Ketika dinyatakan “lulus dalam pendidikan Ramadhan” dengan gelar muttaqin merupakan puncak kehormatan tertinggi di sisi Allah.
Firman Allah dalam surat al-Hujarat: 13
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Takwa proses tertinggi yang disematkan Allah bagi mereka yang berpuasa. Takwa adalah sikap kehati-hatian.
Berkenaan tentang takwa ini, Umar bin Khattab pernah bertanya kepada sahabatnya Ubay bin Ka’ab. Lalu Ubay menjawab dengan balik bertanya kepada Umar.
”Bukankah Anda pernah melewati jalan yang penuh duri?”
”Ya, pernah,” jawab Umar.
”Apa yang Anda lakukan?” tanya Ubay lagi.
”Saya akan bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati,” jawab Umar.
”Itulah takwa,” kata Ubay bin Ka’ab.
Berhati-hati, waspada jangan sampai diri menginjak duri-duri yang bertebaran di jalanan kehidupan, itulah takwa. Sikap kehati-hatian dalam hidup akan melahirkan kesalehan individu dan kesalehan sosial. Bukan hanya saleh ritual saja.
Dampak Positif Ramadhan
Jaminan Allah bagi suatu negeri penduduknya beriman dan bertakwa maka keberkahan diturunkan Allah pada negeri tersebut. Dampak positif puasa melahirkan ketakwaan akan membawa kemakmuran bagi masyarakat.
Firman Allah dalam surat al-A’raf: 96
وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ
Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.
Lam Taukid لَفَتَحْنَا yang berarti benar-benar, sungguh, atau pasti. Makna ayat tersebut Allah pasti akan menurunkan keberkahan suatu negeri dengan syarat penduduknya beriman dan bertakwa.
Puasa dan ibadah lainnya di bulan Ramadhan seharusnya membawa perubahan lebih baik bagi negeri ini yang mayoritas penduduknya muslim.
Amanah ketika mengemban tugas dan jabatan, tidak menyelewengkan uang negara. Keprihatinan kita di tengan ibadah Ramadhan dan ekonomi yang kurang sehat penyelewengan uang negara mencapai triliunan rupiah.
Mari wujudkan nilai ibadah Ramadhan dengan kesalehan ritual, individu dan sosial. Tujuan diturunkan syariat Allah melalui nabiNya untuk kebaikan dan kesejahteraan umatnya.
Firman Allah surat al-Anbiya: 107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Tidaklah Kami mengutus engkau, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Editor Sugeng Purwanto