PWMU.CO – Kajian Ahad Sore Ramadhan Gembira diselenggarakan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Kroman, Gresik, Jawa Timur, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kroman, Ahad (7/5/2024).
Kajian kali ini merupakan yang keempat dan menghadirkan pemateri, Ketua Bidang Dakwah Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Gresik, Hudzaifaturrohman SThI.
Sebelumnya, kajian ini telah menghadirkan beberapa pemateri di antaranya Wakil Ketua PDM Gresik Bidang MEBP dan UMKM dan Lembaga Produk Halal, Hasan Abidin MPd pada Ahad (17/3/2024), mantan Ketua PCM Gresik KH Muchtar Buchory BA pada Ahad (24/3/2024), dan Ketua PCM Benjeng Su’udi ST pada Ahad (31/4/2024).
Hudzaifaturrohman menyampaikan materi terkait menyambut Lailatul Qadar. Sebelum acara dimulai, kegiatan diawali dengan penampilan dari paduan suara PRA Kroman yang membawakan lagu Lailatul Qadar yang dipopulerkan oleh grup band Gigi.
Sebelum masuk pada materi, Hudzaifaturrohman menyampaikan empat kondisi manusia dan bagaimana menyikapinya.
“Pepatah Arab mengatakan kehidupan manusia terbagi menjadi empat bagian,” ucapnya.
Ia lantas menjelaskan bahwa pertama, ada kalanya seseorang dalam ketaatan maka wajib baginya untuk Istiqomah.
“Kedua, immaa an yakuuna fii ma’shiyatin, fa ‘alaihi bil istighfar, ada kalanya seseorang melakukan kemaksiatan, maka dia wajib beristighfar,” imbuhnya.
Ketiga, ada kalanya seseorang dalam keadaan terkena bencana, maka dia wajib bersabar. Dan Keempat, ada kalanya seseorang mendapatkan kebaikan, maka dia wajib bersyukur.
“Iman itu kadang naik kadang turun,” tegasnya.
Ia lantas menukil Fathir 32
ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.
“Jadi, kalau ada orang mau membaca dan merenungkan al-Qur’an itu adalah orang-orang terpilih,” terangnya.
Ia menjelaskan ada tiga macam orang yang menerima al-Qur’an, pertama dzalimun linafsih, yaitu orang yang suka menzalimi dirinya sendiri.
“Zalim itu meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Bagaimana meletakkan al-Qur’an? Al-Qur’an kita baca dan kita letakkan di hati kita,” jelasnya.
Singkatnya, menurutnya, orang yang zalim terhadap diri sendiri dalam kaitannya menerima al-Qur’an ialah orang yang perbuatan maksiatnya lebih banyak dari pada perbuatan baiknya.
“Golongan kedua adalah Muqtasidun, tengah-tengah. Yaitu orang yang terhenti pada perkara-perkara wajib saja. Tidak melaksanakan ibadah-ibadah sunah,” terangnya.
Ia mencontohkan orang yang Muqtasidun misalnya melaksanakan shalat wajib namun tidak melaksanakan shalat-shalat sunah.
“Golongan ketiga, Sabiqun bil Khairat, orang yang mendahului dalam kebaikan. Orang yang imannya paling tinggi. Tidak berhenti pada perkara wajib saja, namun perkara sunah ia juga kerjakan,” terangnya.
Hudzaifaturrohman menambahkan, kriteria dzalimun linafsih seakan sengaja diletakkan di awal karena Allah hendak menunjukkan peringatan bahwa orang yang melakukan kejahatan itu lebih banyak dari pada orang yang melakukan kebaikan.
Terakhir, ia menjelaskan bagaimana cara menyambut malam Lailatul Qadar.
“Tidak ada yang tahu kapan malam Lailatul Qadar. Kalau menurut ciri-cirinya adalah ada di malam ganjil di sepuluh hari terakhir, maka nanti malam adalah saat yang tepat untuk berburu malam Lailatul Qadar,” katanya.
Ia lantas menyarankan agar fokus melakukan amal ibadah.
“Yang sanggup iktikaf maka silakan beriktikaf. Bagi ibu-ibu, juga mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Bahkan meskipun ketika sedang haid. Bisa dengan membaca al-Qur’an, karena menurut Majelis Tarjih, wanita haid itu tidak dilarang untuk membaca al-Qur’an,” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Mohammad Nurfatoni