Hikmah dan Spirit Ramadhan bagi Umat oleh Abu Nasir, Ketua PDM Kota Pasuruan.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
إنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ ونَستَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنا مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ ومن يُضْلِلْ فَلا هَادِي لَهُ، أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون.
أَمَّا بَعْدُ:
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Segala puja dan puji hanya milik Allah swt, penguasa semesta. Dia yang menjadikan Ramadhan sebagai bulan ibadah.
Kita berharap semoga ibadah kita sepanjang bulan itu dapat mengokohkan ketakwaan dan iman kita kepadaNya.
Shalawat dan salam teruntuk Nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para penerus ajarannya sampai akhir zaman kelak.
Berlalunya Ramadhan menyadarkan kita kepada satu langkah hidup bahwa jatah umur kita telah berkurang sehingga kita tinggal berharap semoga masih dipertemukan dengan bulan ini pada tahun yang akan datang.
Pagi ini bersama jutaan kaum muslim di seluruh dunia melakukan shalat Idul Fitri. Kita meratakan dahi dan kening dengan tanah seraya menunduk dan mengaku sebagai diri yang lemah di hadapan Allah yang maha perkasa.
Rukuk dan sujud kita pagi ini sekaligus mennadai telah usainya saat saat indah Bersama keluarga ketika makan sahur dan berbuka bersama. Keindahaan momen bersama keluarga itu membawa kita kepada momen suka cita berikutnya yakni ber-Idul Fitri sehingga nuansa pagi ini diselimuti rasa suka cita tersebab kembali kefitrahan atau kesucian jiwa layaknya bayi baru lahir dari kandungan bunda.
Kondisi kebersihan hati dan jiwa pasca hari hari amaliyah Ramadhan, digambarkan Rasulullah swt:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِحْتِسَابًا خَرَجَ مِنَ الذُّنُوْبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
“Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan shalat malam harinya. Barangsiapa puasa Ramadhan dan shalat malam dengan mengharap ridha Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang dilahirkan ibunya.” (HR. Ahmad).
Kita patut khawatir jika momentum Ramadhan yang telah usai belum dimamfaatkan sebaik-baiknya, berpuasa hanya meninggalkan makan dan minum di siang hari Ramadhan, bertarawih mengejar jumlah rakaat tanpa kekhusyukan, tilawatil Quran hanya mengejar target khatam, bersedekah sekadar ingin dikatakan dermawan.
Itu sebabnya para sahabat Rasul menangis jika mereka tidak akan berjumpa dengan Ramadhan yang akan datang dan bersedih kalau-kalau Ramadhan yang telah berlalu merasa amalnya sedikit meskipun mereka sesungguhnya benar-benar telah memanfaatkan momentum Ramadhan dengan sempurna.
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ramadhan merupakan sarana pendidikan kepribadian dan pembinaan umat manusia untuk memperbaiki sikap mentalnya. Di dalamnya kita digembleng, dididik, dilatih dan dibina secara ketat dan terprogram, sehingga kelak pasca Ramadhan menjadi manusia yang mumpuni, berprestasi dan unggul serta berdaya guna. Sehingga diharapkan menjadi sosok manusia memberikan maslahat dan bermanfaat untuk negara dan agamanya.
Sesungguhnya kita hidup di sebuah negara yang memiliki keunikan tersendiri. Keunikan ini misalnya dapat dilihat dari kondisi bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
Komponen anak anak bangsa terdiri dari ragam konteks sosial kemasyarakatan dengan budaya yang terus berkembang dari kurun waktu ke waktu.
Kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat dikategorikan sangat melimpah ruah disertai dengan letak geografisnya, kepulauan yang berada di lintasan jamrud khatulistiwa, tanah air yang subur, air yang melimpah, udara yang segar, kekayaan sumber energi dan mineral yang melimpah di dalam tanah dan laut, semuanya memberikan keunikan terhadap bangsa ini yang merupakan karunia Allah SWT tanpa terhingga sehingga dapat dikatakan: “Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan ?”.
Sayangnya hingga saat ini bangsa Indonesia masih saja dilanda kemiskinan, ketidakadilan, ketidakpastian hukum, ketidakstabilan, korupsi merajalela dan lain sebagainya.
Sejenak mari sama-sama kita renungan dan pikirkan beberapa indikasi tentang apa yang salah dengan bangsa ini? Tentu salah satu jawabannya adalah rapuh dan rusaknya moral anak bangsa yang menjadi akut, korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminalitas hampir sampai pada titik nadir dan pada semua sektor pembangunan.
Oleh karenanya pendidikan karakter melalui Ramadhan merupakan suatu kebutuhan mutlak untuk mencerdaskan anak bangsa untuk membangun moralitas, kepribadian, mental dan akhlakulkarimah guna menjadi tiang penyangga bagi bangsa dan negara ke depannya.
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Kaum Muslimin yang Berbahagia.
Karakter merupakan aspek kepribadian manusia yang sangat penting yang diyakini dapat mendorong terciptanya kondisi moral ideal yang dikehendaki al- Quran.
Pembangunan karakter menjadi urgen dalam kehidupan manusia baik dalam skala individu maupun bermasyarakat dan berbangsa. Dalam konsep Islam, umat disuruh meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW, yaitu shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (terbuka) dan fathanah (cerdas).
Sifat jujur diperlukan dalam kehidupan kita, jika orang tidak jujur akan berimplikasi menjadi koruptor, pencuri, pezina, pemabuk, bandar narkoba, pecundang, teroris, makelar kasus dan lain sebagainya.
Pengembangan karakter dapat dilakukan melalui pendidikan Ramadhan yang telah usai kemudian diaplikasikan dan diimplementasikan sebelas bulan yang akan datang.
Kondisi sarat krisis multi dimensi dalam berbagai sisi kehidupan baik pada sisi sosial, budaya, ekonomi, politik, agama, maupun pertahanan dan keamanan ini dapat kita minimalisir sekiranya kita mampu menangkap spirit, nilai-nilai atsar Ramadhan yang baru saja berlalu. Ada sejumlah hal yang bisa kita ambil dari hikmah Ramadhan tersebut antara lain
Pertama : Istiqamah dalam Iman dan Ajaran Islam
Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk kembali menapak jalan iman dan Islam sepenuh penuhnya. Rasulullah saw mengajarkan satu doa sebelum memasuki bulan Ramadhan;
اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ
Artinya: Ya Allah, tampakkanlah bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah.
Dalam doa ini terdapat spirit bahwa ketika memasuki bulan Ramadhan kita memohon kepada Allah swt agar diberikan ketenangan, keselamatan, keimanan dan keislaman.
Kita memohon kepada Allah agar Iman semakin kokoh, pengamalan Islam semakin intens dan kehidupan menjadi berkah. Itulah sesungguhnya yang dituju dengan datangnya bulan Ramadhan ini. Tujuan puasa tidak akan tercapai tanpa itu semua.
Fenomena dominan yang kini sempat membelenggu kaum muslimin adalah bahwa menegakkan kehidupan berbasis Islam seakan ancaman bagi keutuhan negara.
Ada juga di kalangan umat Islam yang salah paham terhadap ajaran Allah Rabbul alamin. Bila Allah swt memerintahkan suatu perbuatan tertentu, mereka menganggap akan merugikan dan menyusahkan hidupnya, sedang bila dilarang mengerjakan tindakan tertentu, justru melanggar larangan dianggap menguntungkan dirinya.
Mengapa ini menimpa kaum Muslim? Rasulullah Saw telah menubuwahkan akan datangnya suatu zaman setelah beliau, yang menimpa umat manusia sebagaimana sabdanya:
يَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ مَا الإِسْلاَمُ إِلاَّ اِسْمُهُ ، وَمَا القُرْآنُ إِلاَّ رَسْمُهُ ، وَمَا المْسْجِدُ إِلاّ بُنْيَانَهُ يَتَابَاهُ بِهِ النَّاسُ [الطبراني]
“Akan datang suatu zaman pada manusia tiada tinggal dalam Islam kecuali namanya, tiada tinggal dalam al-Quran kecuali tulisannya, dan masjid-masjidnya tinggal menjadi bangunan megah.” (ath-Thabrani)
Nubuwah Rasulullah saw tersebut berdimensi masa depan. Betapa banyak orang yang mengaku muslim, bahkan dunia internasional mengenal negara RI berpenduduk umat Islam terbesar di dunia. Tetapi jumlah mayoritas, tampaknya tidak berpengaruh besar dalam membangun masyarakat yang diridhai Allah, mengangkat harkat dan martabat kemuliaan negeri ini di bawah naungan syariatNya.
Penduduk mayoritas justru dijadikan objek ajaran sesat, sistem hidup jahiliyah serta misi imperialisme negara-negara asing. Akibatnya, bangsa ini bukan saja kehilangan rasa takutnya kepada Allah, tapi juga kehabisan rasa malunya kepada Rasulullah saw.
Dahulu Rasulullah saw berjihad di jalan Allah untuk mengangkat harkat dan martabat umatnya dengan al-Quran. Tapi kini memang ada orang Islam yang memahami al-Quran dan mengamalkan isinya.
Celakanya, terdapat orang Islam yang memahami al-Quran tapi tidak mengamalkan isinya. Lebih celaka lagi orang yang mengaku Islam, tapi tidak memahami al-Quran, dan tidak mengamalkan ajaran al-Quran.
Baru-baru ini, orang-orang kafir kembali mendiskreditkan ajaran Islam. Pada bulan Juli 2011, parlemen Belanda mengesahkan UU larangan menyembelih hewan sesuai syariat Islam, dianggap melanggar hak asasi kehewanan.
Penindasan terhadap umat Islam terus berlanjut. Di Prancis, Inggris, wanita muslimah dilarang mengenakan jilbab di tempat umum, dan sebelumnya di Swis dilarang membangun menara masjid.
Sebelumnya, di California, AS, warganya dilarang khitan/sunat. Siapa saja yang melakukan sunat akan di denda seribu dollar.
Beberapa waktu belakangan ini, Swedia dan Denmark menjadi sorotan masyarakat Islam di dunia. Sebab kedua negara tersebut “rutin” menjadi lokasi aksi pembakaran al-Quran.
Terbaru, aksi pembakaran kitab suci agama Islam dilakukan oleh imigran asal Irak, Salwan Momika, di depan Parlemen Swedia.
Aksi tersebut adalah ketiga kalinya Momika membakar dan menistakan al-Quran. Sementara itu, aksi pembakaran al-Quran dilakukan selama tiga hari berturut-turut oleh kelompok anti-Islam, Danske Patrioter.
Dia melakukan aksi tersebut di depan Kedutaan Turki ke Kopenhagen, Denmark. dengan dalih al-Quran tidak menghargai kebebasan.
Sementara di Indonesia, kaum kesetaraan gender menuntut supaya pemerintah mengesahkan UU yang melarang sunat bagi wanita karena dianggap diskriminatif dan mengurangi kenikmatan seksual wanita.
Atas nama demokrasi, orang-orang kafir menggunakan otoritas negara untuk mendiskreditkan Islam dan memusuhi kaum muslim. Diskriminasi seperti ini justru digunakan untuk mengintimaidasi umat Islam, agar tidak mengamalkan syariat Islam.
Mereka menggambarkan, seolah-olah Islam adalah agama yang telah kehilangan relevansinya untuk terus dipertahankan di era globalisasi ini.
Anehnya, sikap orang-orang kafir terhadap Islam memengaruhi sikap umat Islam terhadap agamanya sendiri. Sehingga tokoh-tokoh Islam melakukan negosiasi kebenaran Islam, atas nama toleransi dan hak asasi.
Mereka menetapkan manakah di antara ajaran Islam yang boleh dikerjakan dan mana yang harus dinegosiasi dengan orang-orang kafir. Dalam urusan ibadah mereka tidak ikut campur. Tapi jangan bicara jihad, karena itu sumber kekerasan.
Wahai kaum Muslimin Allah berfirman Allah
Aku diperintahkan untuk membacakan Al-Qur’an kepada semua manusia: “Siapa saja yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, berarti dia telah mengusahan kebaikan bagi dirinya sendiri. Dan siapa saja yang menolak Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, maka katakanlah kepada mereka, “Aku diutus hanya untuk menyampaikan peringatan Allah kepada kalian.” (An-Naml, 27:92).
Menyikapi kenyataan ini, supaya istiqamah pada kebenaran Islam, ingatlah nasihat Khalifah Umar bin Khathab ra.
Beliau pernah mengatakan: Kebenaranlah yang membuat kamu menjadi kuat, dan bukan kekuatan kamu yang membuat jayanya kebenaran.” Sedangkan Khalifah Utsman berpesan: “Kejayaan umat ini akan terpelihara selama Al- Qur’an berdampingan dengan kekuatan. Bilamana kekuatan tanpa Al-Qur’an akan menjadi anarkhis, dan bilamana Al-Qur’an tanpa kekuatan tidak bermakna bagi kehidupan.”
Kedua : Muhasabah dan Instropeksi Diri
Ramadhan mengajarkan kita untuk memiliki kemampuan reflektif, muhasabah dan isntropeksi diri. Kewajiban puasa di siang hari lalu disempurnakan di malam hari dengan sholat lain dan membacaal qur an membimbing dan menuntun umat untuk merenungkan jati diri dan posisinya sebagai umat terbaik. Umat terbaik tidak akan terwujud kecuali dengan terus menerus meningkatkan kualitas kemusliman. Karena hakekatnya kualitas seseorang dapat menentukan kualitas masyarakatnya dan kualitas masyarakat dapat menentukan kualitas pemimpinnya.
Dari sini kita dapat berefleksi bahwa ketika masyarakat dipimpin oleh seorang pemimpin itu merupakan cermin keadaannya sendiri.
Pemimpin adil bersumber dari kualitas masyarakat yang mengedepankan keadilan. Sebaliknya pemimpin zalim bersumber dari kezaliman yang merajalela di masyarakat.
Allah swt berfirman :وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴿١٢٩﴾
“Demikianlah Kami jadikan untuk orang zalim itu pemimpin dari kalangan yang sama juga disebabkan oleh perbuatan dosa mereka.” (Al-An’am [6]: 129)
Dalam ayat di atas tergambarkan setiap amal perbuatan rakyat akan tecermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya.
Ketika masa-masa awal Islam merupakan masa terbaik, maka demikian pula pemimpin pada saat itu. Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga akan ikut rusak.
Dengan demikian berdasarkan hikmah Allah, apabila pada zaman kita ini dipimpin oleh pemimpin seperti Mu’awiyah, Umar bin Abdul Azis, apalagi dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar, maka tentu pemimpin kita itu sesuai dengan keadaan kita.
Begitu pula pemimpin orang-orang sebelum kita tersebut akan sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu. Masing-masing dari kedua hal tersebut merupakan konsekuensi dan tuntunan hikmah Allah ta’ala
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan,
وتأمل حكمته تعالى في ان جعل ملوك العباد وأمراءهم وولاتهم من جنس اعمالهم بل كأن أعمالهم ظهرت في صور ولاتهم وملوكهم فإن ساتقاموا استقامت ملوكهم وإن عدلوا عدلت عليهم وإن جاروا جارت ملوكهم وولاتهم وإن ظهر فيهم المكر والخديعة فولاتهم كذلك وإن منعوا حقوق الله لديهم وبخلوا بها منعت ملوكهم وولاتهم ما لهم عندهم من الحق ونحلوا بها عليهم وإن اخذوا ممن يستضعفونه مالا يستحقونه في معاملتهم اخذت منهم الملوك مالا يستحقونه وضربت عليهم المكوس والوظائف وكلما يستخرجونه من الضعيف يستخرجه الملوك منهم بالقوة فعمالهم ظهرت في صور اعمالهم وليس في الحكمة الالهية ان يولى على الاشرار الفجار الا من يكون من جنسهم ولما كان الصدر
“Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zalim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zalim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan.
Di mana umat bergelimang dosa, permusuhan dan kezaliman, di sana pemimpin seperti itu akan selalu ada. Umat diminta teguh hati, tahan banting, tabah dan sabar dalam menghadapinya sampai terbentuk umat dengan kualitas memadai untuk memilih pemimpin idaman sesuai kualitas iman dan keislaman.
Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً ، فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ
Kalian nanti akan menemukan setelahku pemimpin-pemimpin yang lebih mementingkan dirinya daripada rakyatnya, bersabarlah sampai kalian berjumpa denganku di telaga haudh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan akan munculnya pemimpin-pemimpin yang jahat lagi zalim. Dalam hadits riwayat Muslim Nabi bersabda:
يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ ، وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي
“Akan ada setelahku nanti pemimpin-pemimpin yang mengambil petunjuk selain petunjukku dan mengambil sunnah selain sunnahku.”
Artinya mereka membuat undang-undang sendiri.
Lalu beliau bersabda:
وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ
“Nanti akan ada pemimpin-pemimpin, hati mereka hati setan dalam badan manusia.”
Bayangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyifati pemimpin tersebut hatinya hati setan dalam tubuh manusia (saking jahatnya pemimpin itu). Apa kata Rasulullah ketika ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah, Apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Kata Rasulullah:
تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ ، وَأُخِذَ مَالُكَ
“Dengarkan dan taatlah walaupun punggungmu dipukul dan hartamu diambil.”
Dalam riwayat atsar Suwaid bin Ghafalah bahwasannya Umar bin Khattab berkata kepada Suwaid bin Ghafalah:
إن أُمِّر عليك عبد حبشي مجدع فاسمع له وأطع، وإن ضربك فاصبر، وإن حرمك فاصبر
“Apabila kamu diberikan pemimpin orang Ethiopia yang hidung dan telinganya putus, sabarlah. Jika ia memukulmu, sabarlah. Dan kalau ia tidak memberi harta kepadamu, maka sabarlah.”
Ke depan, umat perlu mempersiapkan diri dengan persiapan terbaik pasca instropeksi diri dan muhasabah atas segala kekeliruan dan kesalahannya agar terjadi perubahan ke arah lebih baik melalui perubahan setiap orang mengoreksi dan mengubah dirinya sendiri, bukan mengubah penguasa yang ada.
Hendaklah setiap orang mengubah dirinya yaitu dengan mengubah akidah, ibadah, akhlak dan muamalahnya. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du [13] : 11)
Saatnya umat introspeksi diri, tidak perlu rakyat selalu menyalahkan pemimpin atau presidennya. Semuanya itu bermula dari kesalahan rakyat itu sendiri. Jika mereka suka korupsi, begitulah keadaan pemimpin mereka. Jika mereka suka “suap”, maka demikian pula keadaan pemimpinnya.
Jika mereka suka akan maksiat, demikianlah yang ada pada pemimpin mereka. Jika setiap rakyat memikirkan hal ini, maka tentu mereka tidak sibuk mengumbar aib penguasa di muka umum. Mereka malah akan sibuk memikirkan nasib mereka sendiri, merenungkan betapa banyak kesalahan dan dosa yang mereka
Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata bahwa kezaliman pemimpin tidak bisa dilawan dengan pedang,. Akan tetapi kezaliman pemimpin itu kita berusaha lawan dengan cara taubat kepada Allah, dengan cara kita kembali kepada Allah, dengan cara memperbaiki diri-diri kita, karena semua itu akibat dosa-dosa kita
Ketiga : Bersikap jujur
Jujur merupakan sikap auliya wa al ambiya. Kejujuran adalah karakter yang dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari bahaya laten perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme, serta premanisme.
Kejujuran (ash shiddiq) merupakan salah satu sifat utama yang harus dimiliki orang-orang bertakwa. Begitu pentingnya sifat mulia itu, sehingga tidak kurang dari 145 kali disebut dalam al-Quran.
Ibadah puasa yang kita laksanakan pada bulan Ramadhan merupakan sarana untuk melatih kita berbuat jujur. Sebab hanya kita sendiri dan Allah SWT yang mengetahui bahwa kita benar-benar berpuasa atau tidak.
Sebagaimana yang difirmankan Allah taala dalam hadits Qudsi:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan anak cucu Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnya dan makannya karena Aku’.
Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembira ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik Muslim).
Dalam hadits di atas terkandung maksud: bahwa Allah sendiri akan membalas orang yang berpuasa. Hal ini karena ada kesadaran bahwa orang yang berpuasa, tidaklah ia berpuasa kecuali ia berada dalam pengawasan Allah semata dan hanya berharap akan ridho Allah swt.
Dalam kondisi apapun dan dimanapun. Puasa dapat menjadi kendali dan penjaga bagi pelakunya. Sering dijumpai di antara umat Islam yang di hadapan orang lain terlihat berpuasa ikut makan sahur, dan turut berbuka puasa dan ikut lemes, namun secara diam-diam dia sebenarnya tidak berpuasa.
Di sinilah, orang yang benar-benar berpuasa dilatih kejujurannya. Memang secara hukum puasanya tidak batal ketika seseorang berbuat tidak jujur, namun ibadah puasanya telah rusak, artinya tidak mendapatkan pahala, malahan dosa yang diperolehnya, meskipun telah merasakan haus dan lapar. Rasulullah SAW bersabda:
“Banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan haus.” (HR Bukhari).
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Allah berfirman :
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصّٰدِقِينَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah: 119)
Puasa Ramadhan yang telah ditunaikan sebagai sarana meraih derajat taqwa, yang salah satu kriterianya senantiasa berlaku jujur. Jaga setiap amanah (termasuk amanah jabatan dan kekuasaan) yang dipercayakan kepundak kita. Ciptakan suasana aman dan ketenangan hidup bermasyarakat dengan berlaku jujur. Sebab Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits: “Kejujuran itu menciptakan ketenangan”.
Buah yang didapat orang orang yang jujur adalah kebersamaan di surga sebagai bentuk pertemanan terbaik dengan para nabi. Syuhada, orang orang sholeh. Alah berfirman dalam surat an Nisa ayat 69 :
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا
Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Dibutuhkan kejujuran seorang pemimpin untuk dapat mewujudkan keadilan, kenyamanan dan ketenteraman hidup bawahannya. Pejabat publik yang jujur, dambaan rakyatnya, dengannya dapat memberikan kemaslahatan besar untuk rakyatnya, sekalipun kondisi dirundung masalah. Penegak hukum yang jujur, harapan pencari keadilan, sehingga dapat mengeluarkan putusan hukum yang adil, tidak memihak kepada yang kuat atau punya kepentingan. Rusaknya tatanan sistem kenegaraan bangsa adalah tidak ada kejujuran.
Mari kita akhiri rangkaian ibadah Idul Fitri pagi ini dengan berdoa ke hadirat Allah SWT dengan menadahkan kedua tangan dan hati yang khusuk semoga doa kita diijabah-Nya:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اَلْحَمْد ُلِلَّهِ رَبِّ اْلعَالمِيْنَ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَامَهُ وَيُكَافِىْ مَزِيْدَه يَارَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصىْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ وَلَكَ اْلحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى. اَللَّهُمَّ صَلِّ وسلم عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْن.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ.
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari doa yang tak didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’I).
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
Nasrun min allah wa fathun qarib
Wassalamu’alaikum wr.wb.