Makna Idul Fitri; Oleh Kumara Adji Kusuma; Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dan Wakil Ketua Majelis Tabligh PDM Sidoarjo
PWMU.CO – ‘Berarti’ atau ‘bermakna’ adalah suatu kondisi di mana sesuatu itu memiliki nilai, signifikansi, atau relevansi tertentu bagi seseorang atau suatu konteks tertentu. Ini bisa berlaku untuk berbagai hal, seperti kata-kata dalam sebuah kalimat, tindakan seseorang, atau pengalaman hidup. Misalnya, sebuah karya seni dikatakan ‘bermakna’ jika ia mengandung pesan, emosi, atau gagasan yang dapat dipahami atau diinterpretasikan oleh penontonnya.
Memang manusia memiliki dimensi yang kompleks. Sehingga pemaknaan suatu kata, kalimat, tindakan, pengalaman hidup bisa tergantung dari masing-masing subjek. Dalam hal ini, subjek tersebut adalah ‘aku’.
Dalam Islam, diketahui ‘aku’ terdiri atas tubuh, aKal, nafs, qalbu, dan roh. Aku dalam konteks ini adalah kompleksitas dari eksistensi keseluruhan elemen aku tersebut, sehingga, masing-masing subjek kemudian bisa memiliki makna atas sesuatu secara unik bagi dirinya sendiri, maupun bagi kolektivitas sosialnya.
Karena itu, ‘makna’ dapat masuk ke berbagai ranah, tergantung pada konteksnya. Dalam konteks Idul Fitri, misalnya, makna tersebut dapat terkait dengan banyak ranah atau aspek.
Momen yang Dinantikan
Secara umum dapat dikatakan, Idul Fitri adalah momen yang dinantikan umat Islam setelah menjalani bulan Ramadan penuh ibadah dan refleksi diri. Namun, Idul Fitri tidak sekadar menjadi perayaan tradisional, tetapi lebih jauh, ia mengandung makna mendalam yang meliputi ranah spiritual, sosial, dan budaya.
Secara spiritul atau rohani, makna Idul Fitri mencakup penghayatan dan pengalaman mendalam terkait dengan ibadah selama bulan Ramadan. Ini melibatkan hubungan individu dengan Allah SWT, penerimaan rahmat-Nya, peningkatan spiritual, dan pemurnian diri. Dalam hal ini Idul Fitri menjadi momen penting untuk merefleksikan perjalanan spiritual selama bulan Ramadan, memperkuat ikatan dengan Tuhan, dan merayakan kemenangan atas diri sendiri dalam mengendalikan hawa nafsu.
Keberhasilan dalam pengendalian hawa nafsu memberi dampak emosional yang cukup signifikan. Makna Idul Fitri kemudian mencakup perasaan suka cita, kebahagiaan, dan kelegaan setelah menjalani bulan penuh ibadah dan pengorbanan. Ini adalah momen kebahagiaan bersama keluarga, merayakan kesuksesan dan kemenangan spiritual, serta merasakan kedamaian dalam hati setelah menghadapi tantangan puasa dan introspeksi diri.
Interaksi antarsesama membawa dampak pemaknaan Idul Fitri dalam ranah sosial dan budaya. Hal ini tentang solidaritas umat Islam, persaudaraan, dan kebersamaan. Ini mencakup berbagi kebahagiaan dengan keluarga, tetangga, dan komunitas, menghormati tradisi-tradisi lebaran, serta memperkuat hubungan sosial dan kebersamaan dalam masyarakat.
Dan tentunya, dari sudut pandang rasionalitas, makna Idul Fitri dapat diinterpretasikan sebagai waktu untuk memperbaiki diri, memperkuat ikatan sosial, dan meneguhkan nilai-nilai moral. Ini melibatkan pengambilan keputusan yang rasional dalam memperbaiki hubungan yang terganggu, memberikan zakat fitrah sesuai ketentuan agama, dan mempertahankan tradisi-tradisi yang memiliki makna penting dalam masyarakat.
Momen Kemenangan Spiritual
Secara umum dan lebih mendalam, Idul Fitri, menjadi momen yang meriah dan bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia, tidak hanya dirayakan sebagai akhir dari bulan Ramadan yang penuh berkah, tetapi juga mengandung makna filosofis yang dalam.
Karena itu kemudian Idul Fitri adalah simbol kemenangan spiritual individu. Proses berpuasa Ramadan bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sebuah perjalanan pencerahan batin. Idul Fitri menandai pencapaian spiritual yang mendalam, di mana jiwa seseorang telah berhasil mengendalikan hawa nafsu dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Lebih dari itu, Idul Fitri juga menjadi momen pemurnian jiwa dan pembaruan spiritual. Proses berpuasa Ramadan memungkinkan individu untuk membersihkan jiwa dari ketidaksempurnaan dan memperkuat hubungan mereka dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Perayaan Idul Fitri menjadi titik tolak untuk memulai lembaran baru dalam perjalanan spiritual, di mana setiap individu diingatkan akan tanggung jawabnya untuk terus tumbuh dan berkembang dalam keimanan dan ketakwaan.
Dari sudut pandang sosial dan kemanusiaan, Idul Fitri juga memiliki makna yang dalam. Penting memahami nilai-nilai keadilan sosial dan berkontribusi dalam memperbaiki kondisi sosial. Perayaan ini seharusnya menjadi panggilan bagi umat Islam untuk melakukan pembaruan sosial yang lebih luas, mengurangi kesenjangan, dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia.
Di balik serangkaian makna tersebut, tentu makna Idul Fitri adalah mengajak umat Muslim untuk merayakan pertumbuhan intelektual dan kreativitas. Idul Fitri bukan hanya tentang ibadah ritual, tetapi juga tentang pengembangan diri dalam bidang ilmu pengetahuan dan seni. Bahwa pemahaman yang mendalam tentang makna Idul Fitri akan mendorong pertumbuhan yang lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan.
Bukan Sekadar Perayaan Tradisional
Karenanya Idul Fitri bukan sekadar perayaan tradisional, tetapi juga sebuah panggilan untuk pertumbuhan spiritual, pembaruan sosial, dan pengembangan intelektual. Idul Fitri juga bermakna mengajak umat Muslim untuk merayakan kemenangan spiritual, memperkuat nilai-nilai kebenaran, berkontribusi dalam masyarakat, dan terus berkembang sebagai individu yang lebih baik dan berdaya.
Lebih dari itu, Idul Fitri juga menjadi panggilan untuk memperkuat toleransi dan keanekaragaman. Pentingnya memahami dan menghargai perbedaan, baik dalam agama maupun budaya. Perayaan ini menjadi ajang inklusi, di mana semua latar belakang dan keyakinan dapat bersatu dalam semangat kebersamaan yang lebih luas.
Namun, perayaan Idul Fitri juga memunculkan tanggung jawab sosial yang lebih besar. Makna Idul Fitri juga mendorong umat Islam untuk melakukan refleksi kritis terhadap kondisi sosial saat ini. Perayaan ini seharusnya menjadi waktu yang tepat untuk memikirkan bagaimana kita dapat berkontribusi dalam memperbaiki kondisi sosial, mengurangi kesenjangan, dan memperjuangkan keadilan.
Dengan demikian, Idul Fitri bukan hanya perayaan keagamaan, tetapi juga panggilan untuk menghidupkan nilai-nilai spiritual, solidaritas, toleransi, dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah momen yang mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati yang bersih, mempererat hubungan sosial, dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Namun, di atas segalanya, Allah telah menggarisbawahi, bahwa manusia pada prinsipnya adalah makhluk yang diciptakan Allah untuk menyembah-Nya (ad-Dzariat: 56). Karenanya dalam melaksanakan penyembahan dan persembahan kepada Allah dalam semua ranah kehidupan hendaknya dilakukan atas dasar ketakwaan, Ini adalah pemaknaan absolut dan objektif yang semua orang kemudian tidak bisa membantahnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni