PRM Sendangagung Datangkan Khatib Idul Fitri dari Situbondo, Ini Khotbahnya; Liputan Shalat Idul Fitri 1445 oleh Gondo Waloyo
PWMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur mendatangkan imam dan khatib shalat Idul Fitri 1445 dari Situbondo, Rabu (10/4/2024).
Kegiatan shalat Idul Fitri yang digelar di Lapangan Kopen—lapangan sepakbola milik Pemerintah Desa Sendangagung, yang berada di barat daya Pondok Pesantren Al-Ishlah—ini dihadiri kurang lebih 800 orang yang sebagian besar warga Muhammadiyah Sendangagung.
Menurut Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Sendangagung Ahmad Muhtar MPd jumlah sebesar itu karena ada penambahan dari para perantau yang mudik. Ada juga warga sekitar yang lebih memilih shalat Idul Fitri di lapangan.
“Jumlah ini bisa lebih besar lagi kalau Ponpes Al-Ishlah sedang tidak libur, maka jumlah bisa mencapai 3.000 karena jumlah santri Al-Ishlah 2 200 santri,” jelas ayah tiga anak ini.
Bendahara PRM Sendangagung H Milhan Muin mengungkapkan, hasil kaleng yang terkumpul dari shalat kali ini ialah Rp 13.171.000.
Zsang imam dan khatib kali ini ialah Dr H Munawar MA dari Panji Situbondo. Pria kelahiran Sidodadi, Kranji, Paciran ini datang di lapangan Kopen bersama dua anaknya yang kembar.
Dalam khotbahnya pria kelahiran 14 Mei 1963 ini mengajak jamaah bersyukur karena telah sukses melalui Ramadhan dan kini memasuki Syawal. Menurutnya syukur itu tidak hanya di mulut, syukur itu dengan amal seperti banyak infak dan sedekah.
“Bersyukur itu cermin bertakwa seorang muslim tidak hanya alhamdulillah di bibir tetapi dengan banyak berinfak dan shadaqah,” tandas alumnus S-3 UIN Maliki Malang tahun 2018 ini.
“Selain itu Islam juga mengajar kebersihan. Jepang suatu contoh ketika warganya yang bawa anjing ketika berak, maka dia kantongi kotoran itu untuk dibuang di tempat. Segitunya orang non-Muslim/Jepang menjaga kebersihan,” urainya.
“Atau di Singapura di Masjid Musthafa,” lanjutnya. “Saking bersihnya sehingga semua seperti baru dipasang. Saya datang lima tahun berikutnya tetap sama bagus dan bersih. Bahkan ada alarm untuk penggunaan air sehingga tidak ada pemborosan air.”
Munawar mengajak jamaah agar tidak bersikap mubadzir. “Termasuk saat meminum air yang disiapkan tuan rumah saat kita bertamu. Harus kita habiskan tidak tersisa. Jika tidak habis lebih baik air dibawa pulang tak ada tuan rumah yang menggerutu atau marah: ‘tamu Iki kok gragas, sisa banyu kok digondol muleh (tamu ini kok rakus air sisa kok dibawa pulang)’,” tuturnya.
Tak pelak guyonan khatib yang pernah menjabat Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDMO Situbondo ini disambut tawa oleh jamaah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni