50 Tahun Dua PRM Ini Shalat Idul Fitri Bersama, Khatib Bahas Surat Al-Ashr; Liputan Shalat Idul Fitri 1445 oleh Tholin
PWMU.CO – Shalat Idul Fitri bersama antara PRM Durikulon dan PRM Centini, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur sudah berlangsung lebih dari 50 tahun.
Pelaksanaan shalat Idul Fitri tahun ini ditempatkan di Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Durikulon, tepatnya di lapangan futsal desa, Rabu (10/4/2024).
H. Syamsul Huda tokoh perintis sekaligus pendiri PRM Centini berpesan, hendaknya shalat Idul Fitri dan Idul Adha sebisa mungkin dilakukan bersama. Di samping untuk menjaga kesatuan dan kerja sama selama ini, juga sebagai syiar.
Hal senada juga disampaikan Ketua PRM Durikulon Nur Sidik S Pd. Dia berharap shalat Idul ini tetap dilaksana bersama. “Kecuali misalnya hujan bisa dilakukan di ranting masing-masing,” ujarnya.
Shalat Idul Fitri 1445 diikuti kurang lebih 500 orang. Selain berasal dari PRM Centini dan Durikulon, mereka berasal warga Desa Simorejo Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban yang kebetulan belum ada PRM-nya.
Pesan Khatib
Sementara yang menjadi imam dan khatib adalah Abdul Rozak Ali Maftuhin SPdI, Ketua Majelis Pustaka, Informasi, dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Blitar.
Di awal khotbahnya, pria kelahiran DuriKulon itu berpesan agar tidak lengah setelah melakukan puasa Ramadhan, apalagi sudah mendapatkan tarbiah satu bulan penuh dari para khatib, sehingga setelah puasa tetap istikamah menjadi pribadi mulia
Kemudian dia menyampaikan kandungan surat al-Ashr yang artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.”
Menguto cendekiawan Muslim Sultan Rosyidi, hikmah yang terkandung surat al-Ashr adalah setiap peribadatan mengandung dua dimensi.
Pertama ibadah dalam konteks ritual yaitu ibadah yang sudah ada contoh dan aturan dalam menjalin hubungan dengan Allah. Salah satunya puasa Ramadhan, termasuk rangkaian ibadah sunah di dalamnya.
Kedua ibadah dalam konteks aktual. “Artinya setelah melaksanakan beribadah kepada Allah, maka hendaknya diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Dia memberikan contoh, setelah melakukan puasa dengan dilandasi iman dan mengharapkan ridha Allah, maka harus melakukan sedekah, memberikan buka puasa, menjaga lisan ,dan lainnya
Contoh lain setiap shalat berjamaah imam menyerukan merapatkan barisan. “Maka sebagai aktualisasi dalam bermasyarakat tidak boleh berpecah-belah,” ujarnya.
Setelah kegiatan shalat Idul Fitri, jamaah tidak langsung pulang tetapi dilanjutkan berjabat tangan, yang merupakan tradisi Lebaran, di samping untuk mengantisipasi tidak bisa berkunjung ke setiap rumah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni